Pages

Wednesday, May 30, 2012

Player you’ll miss in Euro 2012: Stevan Jovetic

<><><><><><><><>
Stevan Jovetic, the next best thing


Setiap pemimpin besar kelak namanya akan diabadikan. Pengabadian dilakukan entah atas dasar respek kepada jasa-jasa yang diberikan atau karena takut ataupun ingin cari muka saja. Tidak jarang bentuk penghargaan itu diabadikan dalam bentuk menjadikan nama tokoh tersebut menjadi nama kota. Josip Broz Tito adalah salah satu pemimpin besar dunia kelahiran Kroasia. Kepemimpinannya selama tahun 1945 hingga 1980 menyatukan seluruh wilayah Balkan dalam satu negara.

Banyak kota di kawasan Balkan dinamai dengan nama Tito. Titograd adalah salah satunya. Pasca kematiannya di tahun 1980, perpecahan kerap melanda salah satu kawasan paling bergejolak di muka bumi tersebut. Perang etnis dan agama seolah tidak pernah berhenti. Solusi yang mereka ambil adalah jalan masing-masing alias merdeka. Waktu berlalu, dan kini Titograd kembali ke nama asalnya yaitu Podgorica, yang kini menjadi ibukota dari negara Montenegro seiring perpisahan mereka dengan Serbia, sekaligus menghapuskan negara Yugoslavia dari peta dunia.

Cerita di kawasan Balkan tidak melulu soal konflik. Sepakbola menjadi olahraga nomor satu disana, seperti layaknya tempat mereka di banyak bangsa di dunia. Negara-negara Balkan tersebut tidak sekadar menjadi partisipan dalam turnamen antar negara yang mereka jalani. Mereka juga banyak melahirkan banyak pemain legendaris seperti Dejan Savicevic dan Dragan Stojkovic (Yugoslavia) hingga Davor Suker (Kroasia).

Kembali ke kota Podgorica. Di kota ini 22 tahun lalu, lahirlah seorang bocah yang kelak akan menjadi seorang pesepakbola ternama. Pesepakbola yang kini menjadi harapan bagi negara berpenduduk tidak sampai sepersepuluh penduduk kota Jakarta tersebut adalah Stevan Jovetic. Jovetic kecil mengawali perkenalan sepakbolanya di klub lokal kota kelahirannya, Mladost Podgorica di usia 11 tahun. Permainan cemerlangnya membuat klub besar Red Star Belgrade tertarik untuk merekrutnya ketika usianya beranjak 14 tahun. Tapi Red Star bertepuk sebelah tangan. Pemain yang di masa kecilnya dipanggil “Pujo” karena kemiripan rambutnya dengan Carles Puyol ini malah memilih rival Red Star, yaitu Partizan Belgrade.

Jovetic adalah pemain yang sudah menunjukkan bakat luar biasa sejak muda. Dia mencetak hattrick profesional pertamanya di usia 17. Selanjutnya dia menjadi kapten di tim yang saat itu diasuh Juergen Rober itu di usia 18 yang memecahkan rekor kapten termuda  yang sebelumnya dipegang oleh Albert Nad di usianya yang ke 19. Skill tinggi dan kepemimpinannya seperti sebuah anugerah dari Sang Pencipta, dan dia menggunakannya dengan baik.

Bermain cemerlang di Balkan, Jovetic mencoba peruntungannya di liga-liga besar Eropa. Permainan briliannya sudah lama dilirik oleh banyak talent scout. Manchester United dan Real Madrid termasuk yang paling menginginkannya saat itu, tapi dia malah memilih untuk hijrah ke kota Firenze, tempat klub bernama AC Fiorentina bermarkas. Saat itu, Fiorentina hanya membayar 8 juta euro untuk memindahkannya ke Artemio Franchi. Belakangan, mantan legenda AC Milan yang juga presiden federasi sepakbola Montenegro, Dejan Savicevic, bahkan mengaku bahwa dia pernah menyarankan Ariedo Braida, salah satu direktur Milan, untuk merebut Jovetic sebelum Fiorentina merekrutnya. Namun saat itu, Milan tidak melakukan pergerakan.

Pilihan yang diambilnya ternyata pilihan yang bijak. Alih-alih langsung bermain di klub besar dengan gaji tinggi dan sorotan serta tekanan yang juga besar, dia memilih bergabung di sebuah klub papan tengah seri a, yang kompetisinya juga sedang mengalami penurunan. Sorotan kepadanya tidak sebesar dibandingkan jika dia bermain di United ataupun Madrid, hal yang makin membuatnya berkembang pesat.

Jojo, panggilan akrabnya, bagaimanapun tidak langsung nyetel dengan sepakbola Italia yang sangat mengutamakan taktik dan memiliki kultur yang kuat dalam pertahanan. Dia baru mencetak gol perdana bagi la viola sebelas bulan setelah bergabung, namun di musim pertamanya itu Fiorentina mampu lolos ke Liga Champions. Setelah melalui proses adaptasi yang berat, pemain kelahiran 1989 ini angkat nama di musim keduanya. Permainannya kala menghadapi Liverpool dan Bayern Muenchen dimana dia mencetak masing-masing dua gol bahkan membuat sebagian orang menyamakannya dengan si fenomenal Lionel Messi.

Keteguhan hati sang pemain diuji musim lalu saat cedera parah melandanya. Cedera kerusakan ligamen yang membuatnya absen sepanjang musim 2010/2011. Namun  ternyata cedera tidak mengurangi tekadnya untuk tetap bermain bola. Sekembalinya ke lapangan setahun kemudian, sihir Jojo tidaklah berkurang, malahan makin meyakinkan. Disaat para pemain la viola lainnya bermain buruk, Jojo seakan sendirian mengangkat performa timnya, sehingga mampu memaksakan timnya mapan di papan tengah seri a. Total 37 pertandingan dilakoninya di semua kompetisi musim 2011/2012 dengan torehan 14 gol.

Jojo adalah pemain multi posisi di lini serang. Dia bisa bermain sama baiknya di posisi trequartista, sayap, false nine bahkan prima punta. Namun potensi terbaiknya muncul di posisi false nine. Permainannya yang elegan dan naluri golnya yang tinggi membuatnya makin menjadi incaran klub-klub besar. Tifosi Fiorentina sudah terlanjur menahbiskannya sebagai penerus Roberto Baggio, sang legenda hidup sehingga Jojo dipagari rapat-rapat. Jojo telah menandatangani kontrak yang akan mengikatnya hingga tahun 2016 mendatang. Namun, semua orang tahu jika dalam sepakbola tidak ada yang pasti.

Dalam karir internasionalnya, Jovetic, yang potongan rambutnya juga dibilang mirip gitaris Queen, Brian May, tampil mengesankan dan membawa Montenegro menduduki posisi kedua dibawah Inggris dalam babak kualifikasi Euro 2012 Polandia-Ukraina. Sayangnya mereka gagal di babak play-off di tangan Republik Ceska. Kombinasinya dengan sang idola, Mirko Vucinic adalah mimpi buruk bagi lawan-lawan Montenegro. Jojo bahkan menjadi pemain Montenegro dengan rasio gol terbaik, yaitu 0,45 gol per pertandingan, setingkat diatas Vucinic dengan rasio 0,41 gol per pertandingan.

Entah apa yang akan dilakukannya nanti selama gelaran Piala Eropa berlangsung. Menjadi turis atau menonton dari layar kaca di televisi bisa dilakukannya sambil menyeleksi proposal penawaran kontrak dari klub-klub top Eropa yang tumpukannya kian meninggi diatas mejanya. Memang tidak ada yang pasti dalam sepakbola, namun Jojo sudah siap dengan segala ketidakpastian tersebut. Menjadi bintang di klub besar sudah saatnya kini.

1 comment:

  1. terakhir nonton udah gak kayak Brian May lagi deh ...

    ReplyDelete