Pages

Friday, December 30, 2016

Catatan Sangat Ringan Tentang 2016

Sudah cukup lama rasanya saya tidak mengisi blog sepak bola ini, blog yang biar jelek-jelek begini, merupakan pintu gerbang saya untuk bertemu dengan teman-teman baru yang sama-sama memandang sepak bola lebih dari sekadar permainan sebelas melawan sebelas.

Dari catatan terakhir yang saya buat pada tanggal 5 September lalu, saya bercerita tentang menggeliatnya dunia football writing di kota Depok, sebuah kota berkembang di selatan Jakarta, tempat saya tinggal. Sejak saat itulah kegiatan dan teman-teman sepak bola saya bertambah. Kelompok pertemanan yang tidak asing mendengar istilah seperti Danubian School atau tokoh-tokoh seperti Nandor Hidegkuti dan Gianni Rivera.

Teman-teman sepak bola yang saya maksud sekarang ini tidak berada jauh dari rumah saya. Kemudahan proksimitas inilah yang membuat setiap pertemuan terjadi dengan mudahnya, ketimbang jika saya harus menyambangi beberapa kolega yang tinggalnya di wilayah Jakarta yang kian hari kian macet ini.

Proyek demi proyek yang berhubungan dengan literasi sepak bola pun dijalani, baik online maupun offline. Beberapa berlangsung ramai, beberapa lagi sepi. Namun ramai atau sepi, antusiasme mereka masih tinggi, setidaknya hingga saat ini. Kebetulan, teman-teman saya ini merupakan pribadi-pribadi yang aktif dan tidak sulit diajak ketemuan. Di tahun ini pula, proyek-proyek jangka panjang ini dimulai, dan diharapkan rampung pada tahun depan. Apakah saja proyeknya? Nantikan saja.

Ini menjadikan tahun 2016 saya lebih berwarna, dalam perspektif sepak bola tentunya. Jika 2015 saya lebih banyak berdiam, baik dalam dunia nyata maupun maya, 2016 ini keadannya berbeda, dan semua itu karena kehadiran teman-teman baru. Sekali lagi, kedatangan teman-teman baru di tengah-tengah terputusnya banyak pertemanan gara-gara saling baper postingan bias soal politik di Facebook adalah hal yang patut di-sujud syukuri.

Monday, September 5, 2016

Football Writing Di Depok

Apakah Anda senang bertemu orang-orang baru?
Apakah Anda menyukai keramaian?
Di sebuah pesta, apakah Anda dapat berbaur?
Apakah Anda cepat dekat dengan orang lain?
Apakah Anda nyaman memulai percakapan dengan orang yang baru Anda kenal?

Jika seluruh pertanyaan standar tes kepribadian tersebut diajukan kepada saya, maka saya dengan mudah akan menjawabnya dengan kata “Tidak”. Lalu hasilnya, saya akan dibilang sebagai pribadi yang introvert.

Tapi coba saja jika seluruh pertanyaan tadi ditambahkan embel-embel sepak bola.

Apakah Anda senang bertemu dengan orang-orang baru yang juga menyukai sepak bola?
Apakah Anda menyukai keramaian di stadion sepak bola?
Di sebuah acara pertemuan orang-orang penyuka sepak bola, apakah Anda dapat berbaur?
Apakah Anda cepat dekat dengan orang yang menyukai sepak bola?
Apakah Anda nyaman memulai percakapan dengan orang yang baru Anda kenal, namun ia menyukai sepak bola?

Untuk semua pertanyaan yang ini, saya akan menjawab "YA", tentu asalkan orang-orang ini baik hati, tidak sombong, asik dan gak ribet. :)

Itulah yang saya alami dalam beberapa minggu terakhir. Ketika ketertarikan dengan dunia penulisan sepak bola sedang meluntur, dan saya semakin (di)tenggelam(kan) oleh urusan pekerjaan di kantor dan keluarga di rumah, saya malah menemukan komunitas penulis sepak bola yang baru.

Ya, sebetulnya tidak baru-baru amat, karena nama-nama mereka sudah tidak asing lagi. Kami sudah saling follow dan sering menyapa di Twitter. Saya juga sering membaca karya-karya mereka, baik di blog pribadi, blog komunitas, hingga situs-situs sepak bola yang lebih besar. Yang memudahkan kami berkolaborasi adalah kami sama-sama berdomisili di kota Depok, Jawa Barat. Jarak yang dekat memang membuat pertemuan jadi lebih mudah. Walaupun sudah era digital, tapi tetap saja tidak ada yang mampu mengalahkan makna pertemuan tatap muka. Kalau tidak percaya, tanya saja sama yang sedang LDR.

Walaupun kami baru sekitar sebulanan bertemu, sudah ada dua proyek sehubungan dengan penulisan sepak bola yang kami jalankan.

Proyek pertama yang sudah saya jalani bersama teman-teman baru ini adalah Indonesia FC (dengan alamat website www.indonesiafc.com), portal sepak bola yang baru diluncurkan sekitar Agustus 2016. Masih bayi, dan menurut saya, orang-orang yang berada di belakang proyek ini cukup nekat, karena sepengetahuan saya, sudah banyak sekali komunitas-komunitas sepak bola di Indonesia, dan dari sekian banyak komunitas itu, banyak pula yang tenggelam.

Tetapi ketika saya ketemuan dengan Imam dan Abi, dua Co-Founder dari Indonesia FC, mereka menjelaskan bahwa kegiatan Indonesia FC tidak berkisar di dunia maya saja. Komunitas dengan akun twitter @indofccom ini juga hendak menggalakkan kegiatan offline antarpenulis sepak bola di kota Depok, yang selama ini boleh dibilang belum ada. 

Saya setuju bahwa faktor-faktor yang dapat membuat sebuah komunitas eksis dalam waktu yang panjang adalah konsistensi, konten yang bermutu, dan kegiatan offline yang kontinyu. Kegiatan offline ini memegang peranan penting, karena tentu saja banyak ide-ide yang memang lebih efektif jika dikeluarkan pada saat bertatap muka secara langsung. Sebagai contohnya adalah kegiatan diskusi, kelas menulis, atau penerbitan buku. Dari sini, hubungan antarpenulis pun akan lebih cair.

Jika secara konsep yang digagas sudah kurang lebih sama, mungkin Indonesia FC dapat mengeluarkan ciri khas lewat gimmick-gimmick lain, yang tentu saja tergantung dari tingkat kreativitas dan inovasi dari para pengurusnya. 

Saya sendiri merasa senang ketika Indonesia FC mengajak untuk mengisi website mereka. Saya pun menyambut ajakan mereka untuk berkolaborasi offline di proyek kedua, yaitu sebagai pembicara dalam acara bertajuk “How To Be A Sport Writer” yang digagas oleh komunitas lain di depok, yaitu Depok Menulis. Saya juga bertemu dengan Talita, founder dari Depok Menulis, sebuah komunitas dengan akun twitter @depokmenulis yang menampung karya-karya literasi yang berhubungan dengan kegiatan menulis, membaca, dan bahasa.

Seumur-umur, saya lebih suka mendengar ketimbang menulis ketimbang berbicara. Berbicara, apalagi di depan orang banyak, adalah kegiatan yang normalnya saya hindari. Tapi ketika topiknya adalah sepak bola, saya buat pengecualian. Ternyata setelah dicoba, saya bukanlah seorang pembicara yang jelek-jelek amat, kalo menurut standar saya sih ya. :)

Acara talk show santai ini berlangsung kemarin (4/9) di panggung utama Depok Town Square. Ada beberapa wajah baru yang saya temui, di antaranya Handi (@Indosoccer) yang juga bertindak sebagai moderator, Ibnu (eks Bolatotal), juga Katon yang sekarang aktif menulis bersama Fandom Indonesia. Selain mereka, saya juga melihat wajah-wajah lain yang sepertinya amat tertarik dengan dunia penulisan sepak bola, dan saya juga senang karena turut hadir pula Bang Kubil (@superdepokcyber) yang juga seorang anggota supporter klub Persikad Depok. Oh iya, sebagai tambahan informasi, sejak 2015, laman Indosoccer (www.indosoccer.id) sudah diisi dengan tulisan-tulisan sepak bola Indonesia non berita.

Tambahan lagi, kemarin saya juga akhirnya bertemu dengan Ruli, admin dari akun twitter @CSKAMoskwaIDN. Dari perbincangan yang singkat saja, saya bisa langsung menyimpulkan bahwa dialah salah satu admin twitter fanbase klub yang paling berwawasan. Yah, selama ini saya sih belum banyak bertemu dengan orang yang begitu lancar menceritakan CSKA Moskow, Partizan Belgrade, Dinamo Tiblisi, Eduard Streltsov, sampai Vitaly Mutko.

Akhir kata, semoga kami dapat menjadikan kota Depok sebagai satu lagi kantung literasi sepak bola Indonesia. Grup whatsapp sudah kami buat, dan semoga memudahkan kami untuk rutin ketemuan. Dan semoga grup ini kelak tidak menjadi terlalu formil dan kaku layaknya grup kantor yang isinya banyak bos-bos, atau grup besar alumni sekolah yang terlalu serius tapi susah banget kalo diajak ketemuan. :)

Monday, August 8, 2016

Life After Berlusconi

Spekulasi tentang penjualan saham AC Milan oleh sang patron Silvio Berlusconi kepada grup investor dari negeri Cina akhirnya menjadi kenyataan. Tepat pada tanggal 5 Agustus waktu Italia, Berlusconi melalui perusahaannya yang juga menjadi induk dari Milan, Fininvest, resmi melepas kepemilikan Milan sebanyak 99,9% lebih dengan nilai 740 juta euro kepada grup yang dikabarkan bernama Haixia Capital dan Yonghong Li. Nilai ini termasuk pelunasan hutang-hutang Milan yang jika dijumlahkan bernilai sekitar 220 juta euro.

Bersama Berlusconi, Milan telah menjalani periode pasang surut prestasi. Namun yang patut diingat, Berlusconi adalah salah satu presiden tersukses dari sebuah klub. Bukan semata jumlah gelar yang didapat (total 28 gelar dalam 30 tahun, 5 di antaranya Liga Champions), namun cara Berlusconi mengelola klub pula yang menjadi inspirasi banyak kesebelasan di Italia, dan mungkin saja bahkan berpengaruh hingga ke seluruh benua Eropa. Termasuk obsesinya akan keindahan di lapangan, berwujud sepak bola menyerang dengan permainan atraktif.

Namun kemudian kekuatan finansial Berlusconi tak lagi mampu menopang kebutuhan Milan, termasuk berkompetisi dengan para pesaing di domestik maupun kontinental, yang sudah dikelola dengan lebih modern. Pengelolaan modern dimaksud yaitu menjadikan klub sepak bola sebagai institusi yang mandiri, atau istilah keuangannya sustainable.

Kepayahan Milan dalam menghadapi persaingan terlihat dari lemahnya pergerakan di bursa transfer, sehingga kualitas pemain-pemain yang memperkuat Rossoneri pun tidak mampu menyaingi para rival. Pun demikian dengan mentalitas pemenang yang sudah hilang sejak para senatori pensiun atau hengkang tahun 2012 silam. Dampaknya begitu jelas, yaitu merosotnya prestasi berujung nihilnya keikutsertaan di kompetisi antarklub Eropa selama tiga musim beruntun.

Namun hari-hari ini telah berlalu, dan kita masih akan memiliki banyak waktu untuk mengharu-biru mengenang era Berlusconi. Segera setelah Berlusconi mengumumkan penjualan, Milan kembali bergerak di bursa transfer dan dipastikan akan diguyur dana transfer sebesar 350 juta euro yang diberikan secara gradual. Dana 100 juta euro disiapkan untuk musim ini, di mana 15 juta di antaranya dapat segera cair, dan sisa 85 juta baru akan didapat tiga minggu dari sekarang, atau paling lambat Januari tahun depan.

Dengan hadirnya pemilik baru dan keluarnya dana untuk transfer pemain, berikut hal-hal yang perlu segera dilakukan:

Membeli Sedikit Saja Pemain-Pemain Yang Dibutuhkan
Sejak dibukanya bursa transfer 1 Juli kemarin, Milan baru mendatangkan tiga pemain, yaitu penyerang yang juga merupakan capocannonieri kompetisi Seri B Italia, Gianluca Lapadula, lalu bek kiri asal River Plate, Leonel Vangioni, dan yang terbaru adalah bek tengah Lanus asal Paraguay, Gustavo Gomez. Pembelian Gomez sendiri baru diresmikan sehari sebelum penjualan klub.

Pembelian pemain-pemain ini memang masih jauh dari kata cukup untuk meningkatkan daya saing. Namun karena waktu bergulir kompetisi resmi yang semakin dekat, ada baiknya untuk tidak terlalu banyak mendatangkan pemain baru. Pertimbangannya, akan sulit bagi pelatih Vincenzo Montella untuk mempersiapkan tim dengan pemain-pemain yang belum terbiasa dengan metodenya.

Namun sayangnya, Milan baru akan mendapatkan injeksi 100 juta euro saat bursa transfer musim panas akan ditutup. Kini menjadi tugas dari Adriano Galliani bersama Marco Fassone, CEO baru yang ditunjuk oleh grup investor Cina untuk meyakinkan para pemilik klub pemain incaran untuk setidaknya mau menerima penundaan pembayaran.

Jika memang sulit mendapat persetujuan penundaan pembayaran itu, ada baiknya Milan segera merampungkan penjualan pemain. Carlos Bacca yang memang ingin pergi sebaiknya segera dicarikan klub baru, begitu pula Alessandro Matri dan Luiz Adriano. Dana segar dari penjualan mereka, ditambah 15 juta euro yang sudah di tangan, dapat digunakan untuk membeli dua atau tiga pemain.

Mungkin Galliani dan Fassone dapat memfokuskan diri untuk bernegosiasi ulang dengan bek Villareal, Mateo Musacchio. Banderol 30 juta dapat dipenuhi segera setelah Bacca dijual. Untuk gelandang bertahan, Badelj mungkin saja dapat diikat dengan mahar 10-12 juta euro. Sementara target lain yaitu Juan Cuadrado dan Simone Zaza dapat diupayakan kedatangannya dengan skema pinjaman dengan kewajiban membeli.

Segera Umumkan Struktur Organisasi Baru
Sembari memperkuat tim dengan pemain-pemain baru, tidak kalah pentingnya adalah pengumuman struktur organisasi baru di kursi manajemen. Pembagian peran harus jelas dan tegas, plus jabatan harus diemban oleh mereka yang memiliki kompetensi. Jika Fassone menjadi CEO, ada kemungkinan bahwa ia perlu menunjuk direktur olahraga baru, dan semoga saja berasal dari mantan legenda.

Kehadiran para legenda di jajaran manajemen tidak hanya berfungsi sebagai duta klub. Lebih dari itu, pengisi peran ini dapat menggunakan pengaruh dan pengalamannya sebagai pemain untuk bisa berdiplomasi dengan klub penjual maupun si pemain langsung. Paolo Maldini sepertinya cocok untuk menduduki jabatan ini.

Hidupkan Kembali Scouting dan Perbaiki Kebijakan Transfer
Pembelian pemain yang dilakukan Milan dalam tiga tahun ke belakang, dalam pandangan pribadi penulis, tidak didasari oleh kegiatan scouting yang dilakukan oleh pemandu bakat. Pembelian dilakukan dengan melihat ketersediaan pemain di bursa, harga yang cocok atau mengandalkan hubungan baik dengan sesama direktur olahraga atau pemilik klub lain.

Model seperti ini memang tidak selamanya salah, namun tidak semestinya selalu dijalankan. Pembelian pemain, termasuk penggajiannya sebaiknya memperhatikan betul kualitas si pemain dan kecocokannya dengan kultur dan nilai-nilai klub. Sudah saatnya Milan kembali membeli pemain-pemain dengan bakat yang nyata, untuk kemudian ditempa menjadi bintang. Contohnya adalah pembelian pemain-pemain seperti Thiago Silva atau Ricardo Kaka.

Kerjasama Komersial
Performa keuangan Milan dalam hal pendapatan komersial sebetulnya sudah bagus. Milan konsisten menjadi klub dengan pendapatan komersial tertinggi di Italia, dengan nilai total kerjasama berkisar di atas 100 juta euro setahun. Kehadiran investor dari negeri Cina semestinya dapat meningkatkan pendapatan Milan dari sektor ini, dengan cara menggali potensi-potensi kerjasama komersial baru berbentuk sponsorship atau penjualan merchandise.

Rencanakan Pembangunan Stadion Baru
Stadion merupakan hal penting bagi klub sepak bola di masa ini demi menghimpun seluruh potensi pendapatan. Di Italia, sepanjang pengetahuan penulis, tidak ada stadion sepak bola baru yang dibangun pemerintah. Negara ini terakhir kali menyelenggarakan kejuaraan sepak bola ataupun olahraga berskala global tahun 1990 lalu, sehingga tidak ada urgensi untuk membangun stadion baru.

Milan tidak dapat meniru langkah West Ham United yang menyewa London Olympic Stadium, stadion yang dibangun pemerintah kota untuk menyambut Olimpiade London tahun 2012 sebagai kandang baru mereka menggantikan Boleyn Ground. Yang dapat Milan lakukan adalah membangun stadion baru, proyek yang sebetulnya pernah diinisiasi oleh Barbara Berlusconi tahun 2015, namun gagal karena harga tanah yang terlalu mahal di distrik Portello.

Monday, July 18, 2016

Wawancara Dengan Akun Penggemar CSKA Moskow di Indonesia

Ada rubrik baru yang ingin saya isi di blog ini agar lebih terasa personal dan bersahabat, yaitu wawancara dengan mereka yang juga menyukai sepak bola. Tidak harus dengan mereka yang bersinggungan (atau pernah bersinggungan) langsung dengan dunia sepak bola, tetapi bisa juga dengan mereka yang menikmati sepak bola dengan caranya masing-masing. Juga tidak ada kriteria khusus siapakah yang saya wawancarai, yang penting orangnya asik dan gak ribet :)

Dalam edisi perdana ini (sedaap), saya mewawancarai seorang pengelola akun twitter basis penggemar sebuah klub sepak bola. Bukan kesebelasan yang sering didengar, bukan pula dari liga sepak bola yang ditonton banyak orang di Indonesia. Yang saya maksud ini adalah kesebelasan yang merupakan juara Liga Primer Rusia musim 2015-16, CSKA Moskow.

Begitu cepatnya respon dari admin yang memiliki akun twitter @CSKAMoskwaIDN, sehingga pertanyaan demi pertanyaan yang semula mengusik benak, dijawab tuntas oleh si empunya akun. Terima kasih banyak saya ucapkan atas kesediaan pemuda yang juga kerap menulis di situs berita dan opini sepak bola Rusia, Russian Football News ini dalam meluangkan waktunya. Berikut kutipan wawancara yang saya lakukan, plus jawaban dari sang admin, tentunya setelah saya edit seperlunya.

Pertanyaan (Q) 1:
Sejak kapan menggemari CSKA Moskow, sekaligus mengikuti sepak bola Rusia? Apa yang menjadi latar belakangnya?

Jawaban (A) 1:
Pertama kali kenal dengan CSKA Moskow ketika CSKA secara mengejutkan mengalahkan Sporting CP 3-1 di final Piala UEFA 2005. Tapi saat itu masih belum mengikuti betul karena internet yang masih lambat, walaupun sudah lama terpasang. Saat itu masih dalam taraf membaca situs Wikipedia aja.

Dibilang sudah mulai serius mengikuti CSKA sejak musim 2009. Kagum dengan pencapaian di Euro 2008 (timnas Rusia berhasil melaju hingga babak semifinal - red). Seneng banget liat pertahanan Rusia yang kuat; Igor Akinfeev, Berezutskiy Bros (Vassili dan Alexei - red), plus Sergei Ignasevitch. Juga munculnya Alan Dzagoev yang dulu disebut-sebut sebagai wonderkid Rusia.

Alasan lain yang ikut mendorong suka dengan Liga Rusia adalah sekolah. Selepas SMA, saya mengincar masuk jurusan radiofisika di Lomonosov (Lomonosov Moscow State University - red). Saat itu berpikir dengan terbiasa sesekali mendengar komentator atau iklan dalam Bahasa Rusia bisa membantu memahami –walaupun lama banget efeknya hehe.

Mulai full nonton RFPL ketika format liga ngikuti kalender UEFA (2011/12) karena saat itu internet yang dipasang kampus kenceng banget.


Q 2:
Apakah memiliki afiliasi dengan akun fanbase CSKA Moskow dari kota Moskow? Jika belum, apakah ke depannya punya rencana membuat afiliasi?

A 2:
Sejauh yang saya tahu, akun fanbase CSKA dari Moskwa itu @wearecska11; keterkaitan kami sebatas saling follow dan berinteraksi di dunia maya, sama seperti interaksi dengan akun fanbase CSKA yang berasal dari Inggris.

Terpikir untuk membuat afiliasi, bahkan akun yang terverifikasi oleh Leningrad Prospekt (sebuah nama jalan protokol di kota Moskow - red), hehe. Tapi itu masih lama, mungkin akan direalisasikan kalo memang fans CSKA sudah cukup besar atau Liga Rusia cukup populer di Indonesia. setidaknya, ketika orang yang kita ajak ngobrol nggak mengeluh “Ya elah, Liga gak jelas”


Q 3:
Di Indonesia sendiri, ‘kan jarang sekali penggemar Liga Rusia, apakah memiliki komunitas, misalnya dengan kelompok suporter klub Rusia lain. Atau dalam keseharian, adakah interaksi dengan fanbase klub negara lain?

A 3:
Dulu, tahun 2013 atau 2014 sempat muncul akun fanbase Zenit SPb Indonesia di twitter. Saling follow dan berinteraksi; sayangnya akun tersebut kemudian hilang. Sempat jug aada akun Fanbase Liga Rusia, tapi bernasib sama. Selebihnya belum lagi menemukan akun fanbase, termasuk Fratriya (sebutan bagi penggemar klub Spartak Moskow).

IndoTorino (@indoTorino) adalah fanbase klub pertama di Indonesia yang berinteraksi dengan akun CSKA ini. Mungkin karena sesama tim minor Eropa di mata orang Indonesia, kami berhubungan baik. Selain itu, semenjak saga transfer Ahmed Musa ke Leicester City mencuat, kami menjalin hubungan juga dengan akun fanbase Leicester City (@LCFC_Indonesia) di Indonesia.


Q 4:
Sejauh ini, selain menggunakan akun twitter, apakah ada usaha untuk lebih memperkenalkan CSKA (dan Liga Rusia umumnya) kepada penggemar sepak bola di Indonesia? Misalnya dengan membuat blog dan sejenisnya.

A 4:
Sejauh ini, selain melalui twitter, usaha memperkenalkan CSKA, Liga Rusia, dan timnasnya hanya sebatas numpang menulis di Russian Football News kemudian menyebarkan ke peer group. Ke depan, sih, berharap juga bisa numpang di Futbolgrad atau webblog sejenis. Sekarang sedang merampungkan 2 calon tulisan hehe.

Untuk blog ‘official’ belum terpikirkan karena masalah waktu dan repotnya mengurus (desain yang ciamik, sih, lebih tepatnya)


Q 5:
Untuk penggemar yang belum banyak tahu tentang CSKA Moskwa dan sepak bola Rusia, adakah bacaan-bacaan berupa buku atau situs yang dapat direkomendasikan?

A 5:
Salah satu kelemahan fans CSKA dibanding Spartak atau Dinamo adalah pencatatan sejarah. Web web yang dikelola baik oleh Spartak maupun Fratriya cukup lengkap mengenai sejarah, legenda, dan profil pemain.

Sebenarnya, kalo memang mau tahu sejarah CSKA dari zaman OLLS (nama pertama klub saat pembentukan tahun 1911-red) sampe ganti ke CSKA, situs resmi klub sudah mencakup itu dengan cukup, kok. Kalo memang mau lebih lanjut, bisa ubek-ubek hasil pertandingan CSKA permusim di cska-games.ru. Sayangnya, bahasa yang dipakai Bahasa Rusia dengan huruf Cyrillic. Statistik permusim sejak Soviet Group A juga disajikan di footballfacts.ru yang sayangnya lagi-lagi dalam Bahasa Rusia. Namun karena disajikan round-per-round, dengan sedikit imajinasi kita bisa membayangkan jalannya liga. 


Q 6
Dari sepak bola Rusia, belakangan ini begitu banyak berita mengenai hal-hal negatif seperti kekerasan suporter, perilaku rasis, xenofobia, hingga kesulitan finansial klub dan kesalahan tata kelola. Bagaimana Anda memandang hal ini? Apakah ada hal positif yang bisa diangkat, yang tidak banyak orang tahu tentang sepak bola Rusia?

A 6:
Tidak ada tempat bagi tindakan diskriminasi atas suku, ras, agama, kewarganegaraan, gender, dan orientasi seksual; termasuk di dunia sepak bola. Kekerasan suporter –bukan hanya yang terjadi di Euro kemarin– dan tindakan rasis yang diberikan kepada pemain berkulit gelap sudah menjadi kebiasaan orang Eropa Timur yang cenderung chauvinis akan identitas Slav.

Walaupun saya tidak memegang data resmi, kasus rasisme terus terjadi di Liga Rusia; suporter bola seolah olah tidak kapok meskipun klubnya dihukum bermain dengan pintu tertutup dan dikenai denda yang cukup besar. Saya rasa klub memiliki kewajiban membina suporter, ke depan pihak CSKA harus berunding dengan dua kelompok ultras yang mereka miliki (salah satunya Red-Blue Warrior – red). Fanatisme buta akan apapun tentu tidak baik.

Dan selaiknya sepak bola Indonesia, kondisi sepakbola di Rusia juga tidak berbeda jauh. Korupsi, pembinaan usia dini yang sporadis, ketimpangan pembangunan barat-timur, dan masalah finansial. Transformasi kepemilikan klub dari serikat dan milik negara menjadi milik swasta juga tidak begitu baik di Rusia, ditambah dengan kondisi asosisasi pemain, pelatih, dan wasit yang terpecah dan cenderung korup menambah runyam.

Sejujurnya, belum ada hal membanggakan yang bisa diangkat pasca 2008 selain tetap munculnya talenta muda di tengah situasi yang tidak baik; Alexandr Golovin, Ramil Sheydayev, Rifat Zhemaletdinov, dan Anton Mitryushkin jadi juara di Euro U17 tahun 2013 lalu. Boleh jadi, jika Rusia dapat menampilkan kejutan di 2017 dan 2018 akan menjadi catatan manis di tengah keterpurukan mereka selaiknya Irak yang di Piala Asia 2007 (Irak menjadi juara Piala Asia tahun 2007 di tengah situasi sulit yang melanda negara mereka – red).


Q 7:
Bagaimana Anda melihat peta persaingan Liga Primer Rusia musim 2016-17? Akankah ada tim kejutan seperti FC Rostov yang musim lalu menempati peringkat kedua?

A 7:
Hingga hari ini, bisa dibilang sangat susah memetakan kekuatan musim depan. Tim tradisional semacam Spartak Moskow melakukan cuci gudang dan menjalani pertandingan pramusim yang cukup baik. Rubin Kazan yang mendatangkan Gracia (Javi Gracia, pelatih asal Spanyol – red) sedang kebanjiran pemain baru berdarah Latin, plus mereka punya Maxime Lestienne (gelandang asal Belgia – red) yang musim lalu membobol gawang Akinfeev di UCL; ya, meskipun mereka sedang berusaha ‘membuang’ stok lama. Stanislav Kritsyuk musim depan akan sepenuhnya berada di bawah mistar FC Krasnodar; Lalu ada Anzhi Makhachkala yang memperkuat skuad dengan pemain eks-Kuban Krasnodar dan pinjaman lain.

Sementara FC Rostov baru mendapat tambahan Azmoun –yang juga sedang bermasalah (Sardar Azmoun, penyerang muda berbakat berusia 21 tahun asal Iran – red). Zenit sedang cuci gudang, dan belum menunjukkan intensi mendatangkan pemain. Sementara CSKA? Baru dua pemain pinjaman dan sedang krisis penyerang.

Kalau siapa yang akan menjadi tim kuda hitam, boleh jadi Rubin Kazan akan kembali masuk ke zona UCL, atau mungkin FC Krasnodar? Selain Krasnodar, sulit rasanya berharap tim asal Selatan dan Kaukasia Utara tampil mengejutkan seperti Rostov musim lalu mengingat sejarah kesulitan finansial di tengah musim yang kerap terulang.


Q 8:
Untuk CSKA sendiri, bagaimana peluangnya di Liga Champions musim 2016-17? Apakah setidaknya akan berhasil lolos dari penyisihan grup, terlepas dari belum dibaginya grup. Lalu sebagai fans, apakah puas dengan hanya berprestasi di liga lokal?

A 8:
Jawaban realistis? Tidak akan banyak berbicara (lagi). Paling hebat lolos ke UEFA Europa League.

Tapi tentu berharap lebih; CSKA akan langsung tampil di babak grup serta masuk pot 1 meskipun rangking UEFA-nya buruk. Sangat berharap bertemu dengan lawan yang lebih sepadan, jangan lagi ada Manchester City dan Bayern Munich di grup (dalam dua tahun terakhir secara beruntun, CSKA berada satu grup dengan Man. City dan Bayern – red). Hahaha. Dan memang tidak akan bertemu Bayern.
.
Sebagai fans yang terhitung baru, tentu tidak puas melihat Santo Igor (Akinfeev) dkk jadi ‘bancakan’ tim Eropa Barat seperti selama ini. selalu berharap CSKA bisa mengulangi kesuksesan saat memenangi Piala UEFA tahun 2005, atau setidaknya ketika lolos ke babak 16 besar dan bertemu Real Madrid di musim 2011/2012.

Kalo mau jujur, penampilan Rusia di Euro kemarin sangat mirip dengan tipikal CSKA selama bermain di UCL. Bermain defensif dan memanfaatkan serangan balik lewat sayap. Entah mengapa Leonid Slutsky (pelatih CSKA – red) selalu memilih memainkan taktik ini di kancah Eropa. Berbeda jauh dengan apa yang ia tampilkan di kompetisi lokal. Menarik dilihat, apakah Slutsky masih akan bermain ultra defensif saat kontra Zenit yang kehilangan cukup banyak pilarnya di Russian Super Cup esok. Jika iya, kemungkinan besar CSKA akan tampil defensif lagi di UCL dan lagi lagi berada di dasar klasemen grup.


Q 9:
Untuk pemain, siapa kira-kira yang bisa menjadi pemain kejutan musim depan bagi CSKA?

A 9:
Alexandr Golovin. Pemain yang seumuran adek saya (20 tahun – red), yang memiliki kecepatan tinggi serta permainan taktis. Pemain yang bisa ditempatkan sebagai sayap kanan, kiri, maupun ditempatkan di belakang striker utama.

Boleh jadi Golovin akan menempati pos Dzagoev yang sedang dalam masa pemulihan hingga pekan ketiga Russian Football Premier League (RFPL). Mengingat kembalinya Georgi Milanov dan dipinjamnya Alexei Ionov dari Dinamo Moskow, sepertinya Golovin tidak akan menjadi pilihan utama di sisi kiri; tidak menutup kemungkinan ia akan menjadi pelapis Zoran Tosic di kanan yang memang berniat hengkang musim depan.

Meskipun memiliki kecepatan dan naluri menerang yang baik, dalam beberapa pertandingan kematangan emosi Golovin justru masih buruk. Ia masih belum begitu paham kapan harus mengumpan, terus membawa bola, maupun melepaskan tendangan langsung.

Sangat berharap Golovin bisa bermain seperti Dzagoev di dua musim perdananya.


Q 10:
Terakhir, boleh dong dibagi sedikit biodatanya :)

A 10:
Nama saya Ruli Endepe AF, terlahir sebagai seorang Aremania namun sudah menjauh sejak adanya skisme dan kemunculan Cronus :)

Anak pertama dari pasangan pendidik yang sekarang juga menjadi pengajar dan peneliti. Sehari-hari memberikan tutorial mata kuliah di Departemen Ilmu Ekonomi FEUI, selain bekerja sebagai analis energi di sebuah konsultan migas di Jakarta.

***
Demikian wawancara singkat yang saya lakukan dengan pemilik akun @CSKAMoskwaIDN ini. Dari penuturan yang dilakukan, terlihat bahwa pemilik akun ini memiliki wawasan yang luas tentang kesebelasan yang didukungnya, dan yang pasti orisinil dan tidak sekadar ikut-ikutan :)


Nantikan wawancara-wawancara berikutnya, tentunya dengan pembahasan berbeda.

Friday, July 15, 2016

Sebuah Apresiasi Sederhana Untuk Mereka Yang Luar Biasa



Seiring berakhirnya Piala Eropa 2016, saya teringat momen yang sama pada tahun 2012, akan saya kenang dengan istimewa. Saya ingin menuliskan sebuah catatan sederhana yang menandai persinggahan saya yang sempat begitu intens dengan dunia sepak bola. Saat masih terpikir soal ini, salah seorang penulis sepak bola yang lebih senior, Zen RS juga baru saja menuliskan catatan tentang kiprahnya selama 12 tahun menulis sepak bola di akun Facebook-nya (yang kemudian dituangkan sebagai editorial di web Pandit Football).

Pada tahun 2012 itulah kali pertama saya mulai berusaha menulis sepak bola. Tujuan saya menulis awalnya adalah untuk mencari teman baru. Tepatnya, teman yang bisa diajak berbicara tidak sekadar skor pertandingan dan siapa pencetak gol dalam pertandingan sepak bola. Namun pada perkembangannya, saya juga menulis untuk berbagi informasi, tentunya informasi berbasis data, fakta atau pengalaman menjalani langsung. Dalam menuangkannya, saya juga terus belajar memperhatikan kaidah tata bahasa yang benar. 

Sebetulnya sebelum Piala Eropa 2012 pun saya sudah mulai senang menulis sepak bola. Mundur agak jauh, saya pernah menulis beberapa coretan sepak bola saat masih duduk di bangku SMA, tepatnya tahun 1998. Kegiatan ini saya lakukan sebagai bentuk pelampiasan kekecewaan saya karena gagal menjadi pesepak bola profesional (FYI, selepas lulus SMP saya sempat meminta didaftarkan ke Diklat Ragunan, dan tentu saja ditolak mentah-mentah oleh orang tua). Tulisan pertama saya saat itu adalah tentang Christian Vieri, pemain yang dulu saya idolakan sebelum Andriy Shevchenko. Saya menulisnya dengan tulisan tangan di buku diary. :)

Tapi memang tahun 2012 itulah keinginan untuk menulis sepak bola timbul kembali, seiring semakin banyaknya ide-ide dan berbagai kegelisahan yang sulit tersampaikan di dunia nyata. Saya lalu membuat blog ini, yang tentunya menjadi milestone pertama saya di dunia penulisan sepak bola (yha!). Blog yang dulunya sering berganti nama sebelum saya mantap meminjam istilah The Classic Number 10 untuk menjadi judul blog ini.

Mengetahui kebiasaan saya dalam ngeblog sepak bola, Hilda, seorang teman baik di kantor lama, memberitahu saya untuk mem-follow akun Twitter dari seorang penulis sepak bola bernama Pangeran Siahaan. Ini merupakan langkah awal. Dari tulisan-tulisan Pangeran, saya kemudian mengetahui penulis lain seperti Andibachtiar Yusuf di blognya yang berjulul Larger Than Life yang begitu naratif dan mengalir, lalu ada tulisan yang begitu enak dibaca dan kaya data dari Hedi Novianto di blognya berjudul Sekadar Blog, selanjutnya, beberapa catatan sepak bola Mas Zen yang begitu sastrawi dan bernas di blog Pejalan Jauh. Empat penulis inilah yang begitu menginspirasi saya pada awal-awal bergelut di dunia penulisan sepak bola. 

Ternyata dari situlah awal terbukanya kesempatan yang lebih luas. Saya lalu menghubungi Pangeran dan mengirimkan tulisan saya tentang sepak bola Indonesia ke blognya yang berjudul Indonesian Football Diary. 

Saya beruntung karena penulis yang juga penggemar kesebelasan Manchester United, FC Sankt Pauli dan PSMS Medan ini berbaik hati dan memuat tulisan saya, dan bahkan mengundang saya untuk mengisi proyek podcast perdananya (cmiiw) di Indonesian Football Diary untuk berbicara soal sepak bola Indonesia saat konflik ISL-IPL sedang hangat-hangatnya. Tentu saja sebuah apresiasi yang betul-betul meningkatkan moral seorang penulis pemula, dan saya amat berterima kasih kepadanya. Ini menandai milestone saya selanjutnya.

Dengan semangat yang masih menggebu-gebu, saya makin rajin mengisi blog pribadi, membagikan tautannya di akun Twitter kepada beberapa teman yang rajin membaca tulisan sepak bola seperti Saleh, penggemar Manchester United dan timnas Inggris yang juga ikut dalam podcast Indonesian Football Diary, Anton Congkreng si Juventino jenaka yang punya hobi kekinian yaitu lari dari kenyataan 42k, dan Toni Hadi yang begitu passionate dengan Manchester United, dunia perpajakan dan cewek-cewek kantoran yang hobi lembur, serta Dodin Anshorudin yang makin hari makin menawan di Menawan FC, juga beberapa kawan di kantor lama. Oh iya, saya juga berterimakasih kepada Mas Wolga dari Gilasepakbola yang berbaik hati me-Retweet tulisan-tulisan saya dan sering mengajak diskusi via Twitter. Berkat dorongan dari mereka pula, saya mulai pede mengirimkan tulisan-tulisan ke media yang lebih besar. Blog di media Beritasatu dan media Kompasiana saat itu menjadi wadah dalam menulis. 

Lalu kemudian datanglah ajang Piala Eropa 2012. Saya berusaha mengikuti dengan menuliskan catatan-catatan pertandingan, masih yang ala kadarnya. Namun dari coret-coretan ala kadarnya itu, siapa sangka terbuka kembali berbagai 'pintu'.

'Teman sepak bola' saya pun semakin bertambah, hingga saya kemudian mengenal mereka yang berada di luar Jakarta. Dalam momentum baik itu, Pangeran kembali merekomendasikan saya untuk menjadi penulis di proyek baru bernama Bolatotal. Gunther Tampubolon, pemilik Bolatotal saat itu kemudian meminta saya untuk mengirimkan contoh tulisan yang temanya adalah pengaruh kedatangan Robin Van Persie dari Arsenal ke Manchester United. Waduh, saya memang dikelilingi pendukung Manchester United :)

Selanjutnya, di Bolatotal saya diminta untuk menulis topik yang spesifik tentang industri sepak bola. Kegemaran menulis tentang industri ini berawal ketika saya sering membaca tulisan dari blogger ternama asal Inggris, Swiss Ramble, dan juga setelah membaca buku Soccernomics karya Simon Kuper dan Stefan Szymanski. 

Dari Bolatotal jugalah saya kemudian kenal dengan para penulis-penulis ciamik lain dalam 'formasi awal' seperti Marini Saragih, penulis wanita yang kekayaan literasinya amat mencengangkan, juga cara bertuturnya yang begitu puitis. Lalu ada Ekky Rezky, penggemar cewek-cewek Jepang dan Korea yang begitu rajin mengikuti begitu banyak kompetisi sepak bola, dari Bundesliga, Seri A, hingga J-League dan Chinese Super League. Selanjutnya ada Mahir Pradana, seorang novelis yang kini bekerja sebagai dosen, yang begitu fasih berbicara sepak bola Spanyol. Kemudian ada Angga Wirastomo, seorang pecinta kuliner olahraga rugby yang begitu ahli dalam urusan produk olahraga. Tidak lupa, ada Ranaditya, seorang Gooner realis (?) pecinta manga yang analisanya begitu cerdas tepat sasaran, Eddward Samadyo Kennedy "Panjul" yang begitu filosofis, dan juga Andica Haradi yang begitu menggebu-gebu jika membicarakan timnas Indonesia. 

Selain nama-nama tadi, banyak pula penulis-penulis lain yang kemudian turut meramaikan dan mewarnai Bolatotal dengan karya-karya yang begitu liar dan nyaman dengan gaya tulisan masing-masing. Membebaskan pikiran layaknya kebebasan seorang Juan Roman Riquelme dalam berekspresi di lapangan. Maaf jika ada yang terlewat dan terlupa, tapi pastinya tidak mengurangi rasa hormat. Di Bolatotal juga saya sempat beberapa kali diundang mengisi program podcast yang diarahkan oleh Mas Dovid yang baik. Sesuatu yang sebelumnya sangat tak terbayangkan.

Selain di Bolatotal, saya juga amat tersanjung ketika menerima ajakan dari anak-anak prodigy dari kota Yogyakarta untuk membentuk Football Fandom. Media Twitter pula yang menjadi penghubung kami hingga saling membaca tulisan masing-masing yang berujung ajakan untuk berkolaborasi. Bersama 'generasi awal' Sirajudin Hasbi, pribadi yang aktif, asertif dan dinamis yang begitu berdedikasi dengan sepak bola nasional, juga calon ketua PSSI di masa mendatang. Lalu ada Yoga Cholandha, sang penyuka film, musik, dan makanan enak yang referensi sepak bolanya begitu kaya, tercermin dari tulisan-tulisannya yang begitu brilian. Juga ada Arsyad Muhammad Fajri “Aad”, seorang insinyur yang khatam sepak bola Jerman sampai ke divisi-divisi bawahnya, kemudian ada Gayuh Adityo dan Galih Satrio, duo ilustrator, arsitek, desainer, kolektor jersey, sekaligus “guru” dalam urusan percintaan hehehe.

Bersama mereka, saya kemudian aktif meramu dan mengisi blog Fandom, juga ikut mengisi e-magazine Fandom yang proses penerbitannya tergantung niat dari para penyusun :), termasuk kemudian mengenal beberapa penulis muda berbahaya lain di lingkaran Fandom. Saya sempat mendatangi markas Fandom di Jogja bersama Anton, dan berterimakasih sekali atas keramahan dan kebaikan hati mereka, terutama kepada Hasbi, Yoga dan Lukman yang bersedia saya tumpangi rumahnya untuk bermalam. Perjalanan kami pun mengalami peningkatan setelah mengikat kontrak dengan media besar Yahoo untuk menjadi kontributor di blog olahraga. Kami mendapatkan kesempatan ini melalui seorang editornya yaitu Arya Perdhana, yang juga teman dari Aad. 

Inilah yang kemudian menjadi milestone selanjutnya.

Dengan kontrak-kontrak yang buat ukuran saya begitu besar ini (bukan semata nilainya, tapi apresiasi dan kepercayaannya), saya makin tergerak untuk membaca bermacam tulisan bertema sepak bola dan juga buku-buku sepak bola. Selain Soccernomics, saya juga kemudian membeli 'buku-buku bacaan wajib penulis sepak bola' seperti Inverting The Pyramid dan Behind The Curtain karya Jonathan Wilson, dan Memahami Dunia Lewat Sepak Bola karya Franklin Foer. Selain itu, saya juga senang membaca trilogi catatan sepak bola karya Sindhunata. Untuk media daring, sampai sekarang saya masih suka membaca situs These Football Times, Futbolgrad, FC Business, dan sebagainya.

Sembari bekerja kantoran, dunia tulis-menulis sepak bola saya terus geluti dengan intens sepanjang tahun 2013 hingga akhir tahun 2014, dengan begitu banyak suka dan duka. Begadang dan menghabiskan bercangkir-cangkir kopi. Juga beberapa hal menyebalkan terkait komitmen yang tidak ditepati. Saya coba telan semuanya, baik yang konstruktif hingga yang destruktif sekali pun, ataupun yang menghibur seperti saat membaca kolom komentar. 

Menulis bukan hanya mengajari saya untuk lebih telaten membaca, menganalisa data dan mengecek fakta, tetapi juga untuk menarik kesimpulan untuk selanjutnya menuangkan dalam bentuk bangunan tulisan yang terangkai cantik dan berisi dalam satu kesatuan. Menulis sepak bola juga memperhatikan atribusi, menakar 'bumbu-bumbu penyedap', 'menjahit' paragraf demi paragraf dengan sistematis serta membangun opini yang tajam. Bahkan sampai ke persoalan menemukan punchline dan menentukan judul tulisan. Dan terlepas dari kepuasan batin yang didapat dari pergumulan-pergumulan melelahkan tadi, menulis juga mengajari saya untuk menerima kritik, dari yang sehalus gulali hingga yang sepedas cabe setan.

Tahun 2014, milestone kembali saya capai. Saya diajak menulis buku sepak bola bersama Mahir, Aad, Ekky, Angga dan Galih. Kami mengikat kontrak dengan dua penerbit, yaitu Gagas Media dengan Resita Febriarti sebagai editor dan Salaris Publisher dengan Arifun Natik sebagai editor dalam rangka menyambut Piala Dunia 2014. Tidak peduli seberapa hasil penjualannya, tetap saja pengalaman ini begitu bernilai. Apalagi saat mempromosikan buku, saya dan Aad sempat diundang untuk melakukan siaran di Stasiun Radio RRI dipandu Si Mas penyiar kocak dan ramah yang, mohon maaf, saya lupa namanya. :)

Di luar itu semua, saya juga beruntung bisa berinteraksi baik langsung maupun virtual dengan para penulis ciamik dan penggiat sepak bola berpengaruh lainnya yang jumlahnya cukup banyak, dan tanpa mengurangi rasa hormat, akan terlalu panjang jika disebutkan satu persatu. Mungkin bisa saya ceritakan lebih detil tentang mereka dalam kesempatan lain.

Sepak bola memang membawa saya ke mana-mana, dari lapangan becek dekat rumah, studio radio, hingga stadion megah. Melalui orang-orang yang saya kenal tadi, saya diperlihatkan, baik langsung maupun tidak langsung, berbagai realita menarik yang bersinggungan dengan dunia si kulit bundar, termasuk sisi lain (dan sisi gelap) persepak bolaan nasional. Pengalaman yang betul-betul unik.

Bagi orang-orang yang saya sebut namanya di atas (dan juga yang mungkin saya lupa sebut tapi tetap memiliki kontribusi luar biasa di dunia sepak bola), membicarakan sepak bola tidak berhenti saat wasit meniupkan peluit tanda berakhirnya pertandingan, namun sepak bola bisa dibedah dari sudut pandang mana pun. Sepak bola bukan sekadar berapa skor dan siapa pencetak gol, tidak pula sebatas saling mencela klub rival. Sepak bola pun berhubungan erat dengan segala cabang ilmu pengetahuan, dunia pendidikan hingga dunia hiburan, bahkan menyentuh kearifan lokal seperti klenik. Sepak bola juga memiliki nilai yang amat universal yang tentunya bersinggungan nyaris dengan seluruh aspek kehidupan kita sehari-hari. 

Orang-orang seperti inilah yang memang saya cari dari dulu. Dari perkenalan-perkenalan maya ini, sebagian berlanjut menjadi teman hingga sekarang di dunia nyata. Dan ngobrolnya udah gak mesti soal sepak bola.

Pada pergelaran Piala Eropa tahun 2016 ini, saya malah tidak pernah menulis sekali pun. Rasanya sudah terlalu banyak kesibukan kantor dan rumah yang begitu menyita waktu. Dan rasanya tanpa saya sadari, ada prioritas yang mulai bergeser. Selepas menulis buku pada tahun 2014, kegiatan menulis sepak bola saya sudah jauh berkurang. Bolatotal sedang hiatus (?), Yahoo Indonesia sudah tidak ada, dan saya sudah tidak aktif lagi di Fandom. Meski demikian, saya masih sesekali mengirim tulisan ke Fandom yang kini sudah diisi 'generasi baru' yang semakin menjanjikan, Pandit Football yang terus berkibar di bawah arahan Mas Zen atau Four Four Two Indonesia, yang semakin menarik sejak bergabungnya Ekky. Saya senang dan bangga bukan main karena sempat (dan mudah-mudahan masih akan) menjadi bagian dari kalian, bagian dari berkembangnya literasi sepak bola Indonesia, yang mudah-mudahan semakin hari terus produktif menghasilkan karya-karya berkualitas, syukur-syukur bermanfaat bagi perkembangan sepak bola Indonesia. Yah, walaupun tidak pernah ada bukti bahwa sebuah negara yang penulis sepak bolanya banyak akan lebih besar peluangnya dalam memenangi Piala Dunia. :)

Tentunya, saya masih menyimpan keinginan untuk terus menulis, karena memang seperti yang sudah saya bilang, tujuan utama saya dalam menulis adalah berbagi informasi dan menambah teman. Dengan menulis, buah pikiran ini juga akan tertuang menandai sebuah zaman, yang mungkin saja dapat dinikmati oleh generasi-generasi berikutnya. 

Menulis sepak bola buat saya bukanlah untuk 'mengepulkan dapur' dan membayar tagihan-tagihan, walaupun harus diakui, rezeki yang mengalir hasil menulis memang cukup membantu menyambung hidup. Betul sekali kata orang, bahwa dibayar dari mengerjakan hobi adalah salah satu perasaan terbaik yang pernah ada. Namun untuk jadi pegangan hidup ya tidak juga, karena saya memilih berjuang di bidang lain saja. Biarkan sepak bola tetap di tempatnya, yaitu sebagai hobi dan hiburan. Sebagai teman menghabiskan akhir pekan.

Akhirnya, saya akan mencoba terus merawat blog ini jika memang belum terbuka kesempatan menulis lagi di media yang lebih besar. Toh dari blog inilah berawalnya segala hal yang saya tulis di atas.

PS: Mohon maaf saya tidak memberi link dari nama-nama orang, blog atau website yang saya jadikan rujukan. Karena itulah ada yang namanya mbah Google :)