Pages

Monday, January 14, 2013

Sampdoria vs Milan: A lethargic display


A lethargic display. Kelelahan. Mungkin itulah yang bisa menjadi alasan logis Milan atas ketidakmampuan mereka mempertahankan intensitas permainan selama 90 menit di Luigi Ferraris. Milan harus puas dengan skor kacamata dengan Sampdoria. Skor kacamata pertama dalam 35 pertandingan terakhir seri a yang dilalui Milan menurut Opta Paolo.

Pertandingan Coppa Italia di midweek lawan Juventus memang sangat menguras tenaga. Mexes, De Sciglio, Montolivo, Boateng dan El Shaarawy yang bermain selama 120 beberapa hari lalu kembali menjadi starter dalam skema 4-3-3 Allegri. Nampak sudah comfort dengan patron ini, Allegri kembali menempatkan Boateng di pos Mezz’ala bersama Ambrosini dan Montolivo. Di lini depan, Allegri menurunkan Bojan dan Niang menemani El Shaarawy.

Banyak yang berpendapat bahwa potensi Bojan akan lebih keluar jika bermain sebagai trequartista dalam skema 4-2-3-1, namun saya punya perkiraan bahwa Allegri ingin memaksimalkan peran Boateng. Boateng tampil bagus lawan Juventus, dan nampaknya Allegri makin menemukan pembenaran untuk terus memainkannya. Menempatkan Bojan sebagai trequartista berarti mengorbankan Boateng.



Line up yang sepertinya menjadi line up impian ini seharusnya juga menampilkan permainan yang impresif, namun nyatanya tidak demikian. Kelelahan yang mendera pemain-pemain kunci membuat Milan tidak mampu memainkan permainan terbaiknya. Ambrosini terlihat kentara dengan faktor kelelahan itu. Ia mengalami cedera dan harus diganti Mathieu Flamini. Ball possession cukup baik diperagakan sepanjang 45 menit pertama, namun peluang-peluang yang dimiliki masih gagal menembus gawang Sergio Romero, yang pantas merebut gelar Man of The Match.

Di awal babak kedua, Milan masih mengupayakan penguasaan bola, dengan berporos pada pergerakan Niang dan De Sciglio di sisi kanan lapangan. Niang memang menunjukkan talentanya ketika pada suatu momen berhasil melakukan dribble cantik dan memaksa Romero meregangkan badannya untuk melakukan penyelamatan.

Namun sayangnya ancaman meyakinkan di awal babak itu tidak menjadikan Rossoneri kian berbahaya, malah mereka kehilangan ball retention. Kombinasi 1st touch yang kurang baik dan kesalahan passing berulang kali mengonfirmasi kelelahan sudah melanda tim. Insiden salah passing paling fatal jatuh pada Mexes yang berujung nyaris bobolnya gawang Abbiati oleh Icardi, penyerang muda yang pekan lalu membobol dua kali gawang Gigi Buffon. Mexes seperti berperan sebagai double agent seperti Theodore Winter dalam film thriller konspirasi Salt. Matteo Bonetti bahkan berkelakar jika Mexes akan diperiksa atas tuduhan match fixing di pertandingan ini.

Sejelek-jeleknya ball retention, ancaman dari Milan tetap ada. Kevin Prince Boateng nyaris memecah kebuntuan, jika bukan karena Romero tampil apik. Beberapa peluang juga hadir melalui Niang, namun pemain ini selain menunjukkan bakat besarnya, juga menunjukkan kehijauannya. Seringkali pengambilan keputusannya salah dan ia masih belum mampu mengontrol akurasi tembakannya.

Kelelahan juga menandai performa buruk El Shaarawy. Sebelum ditarik keluar, ia melakukan 3 turn over dan membuang 2 eksekusi tendangan pojok. Hal ini juga membuat serangan Milan jarang dilakukan melalui tempatnya bermain, sehingga terlalu berat di posisi Niang dan De Sciglio.

Zonal Marking pernah mengatakan bahwa 1st touch yang baik adalah modal dasar untuk mempertahankan penguasaan bola. Milan yang biasanya begitu baik mempraktekkan hal ini jadi terlihat pincang karena buruknya 1st touch.

Sampdoria juga bukan tim kacangan. Tridente Eder, Icardi dan Estigarribia berulang kali merepotkan Abbiati dibawah mistar gawang. Kesigapan kiper veteran ini berulang kali menyelamatkan Milan dari kebobolan.

Pertahanan kolektif rapat Sampdoria yang digalang Daniele Gastadello juga mampu memaksa Milan terus bermain melebar. Kombinasi crossing kurang sempurna dan tidak adanya Pazzini yang piawai memanfaatkannya membuat Milan memang harus puas berbagi angka sama dengan tuan rumah.

Formasi improvisasi ketika dipaksa bermain melebar


Disini terlihat bahwa Milan telah terbiasa mengandalkan Pazzini sebagai prima punta. Meskipun bukanlah yang terhebat yang pernah dimiliki Milan, Pazzini cukup handal menahan bola, memenangkan tendangan bebas, dan juga memanfaatkan crossing. Peran bergantian dengan Bojan yang selama ini berjalan memang cukup efektif karena Bojan memang seorang game changer, yang dalam kondisi terbaik dan bugarnya sering mengubah jalannya laga dengan visi, kontrol bola dan 1st touch eksepsional miliknya.

Memang kemenangan urung diraih, pembalasan atas kekalahan di San Siro juga urung terjadi, namun inilah hasil maksimal yang bisa didapat. Beberapa pemain tampil baik. Flamini, De Sciglio dan Abbiati terutama. Khusus Flamini, pemain ini sedikit menutupi kekhawatiran karena nyatanya ia mampu menutupi area gelandang bertahan. Selisih tinggal 1 poin dengan AS Roma diatas tentunya akan melebarkan kans untuk terus merangkak ke tangga lebih tinggi.

No comments:

Post a Comment