Pages

Monday, January 21, 2013

Milan vs Bologna: Mantap dengan 4-3-3

European zone, here we come!


Sebuah pertunjukan menghibur kembali diperagakan dalam laga-laga Liga Italia Seri a di awal tahun 2013 ini, pertunjukan yang menurut saya tidak kalah dengan yang dipertontonkan oleh EPL.

Setelah sebelumnya menyaksikan bagaimana Fiorentina berjibaku melawan tangguhnya Napoli -diantaranya disuguhi gol setengah lapangan Facundo Roncaglia-, saya kemudian disuguhi atraksi menawan dari anak-anak Milanello saat menghadapi Bologna. Pesta Spaghetti Bolognaise akhirnya terlaksana.

Masih belum mampu berpesta di babak pertama
Dalam laga ke 11 di San Siro musim ini tersebut, Milan seperti biasa memulai laga dengan positif dan menguasai ball possession. Allegri memasang tridente El Shaarawy, Pazzini dan Niang dan menghapus spekulasi bahwa Il Faraone akan diistirahatkan. El Shaarawy nyatanya menyingkirkan keraguan banyak pihak terkait penurunan performanya. Meski tidak mencetak gol di babak pertama ini –juga hingga usai pertandingan- namun pergerakan tanpa lelah dan skill eksepsionalnya berkontribusi pada raihan 7 tembakan di babak pertama.

Statistik El Shaarawy sendiri cukup memuaskan. Dari 7 tembakan yang dilakukan pemain-pemain Rossoneri, 3 diantaranya adalah hasil jerih payahnya. Berdasarkan catatan saya, beginilah catatan El Shaarawy.

Stephan El Shaarawy: Pass (12/15), Dribble (3/5), Shots (2/3), Tackle 1, Cross (0/1), Intercept 2, Foul ag 1, Headers (0/1).
Tampilnya Niang di sisi kanan penyerangan memang sempat membuat banyak pihak ragu. Nyatanya, Niang memang membukukan catatan dribbling yang apik, ia sukses 4 kali melewati lawan dalam 6 percobaan. Jika kehilangan bola, pemain ini memiliki kecenderungan untuk merebutnya kembali. Crossing-nya juga sering menimbulkan prahara di lini pertahanan lawan. Kelihaiannya ini memang mengonfirmasi bakat besar penyerang yang baru berusia 18 tahun ini. Work rate-nya sangat tinggi. Namun memang dasar masih hijau, pengambilan keputusannya seringkali salah dan kontrol bolanya sering terlepas.

Selain Riccardo Montolivo yang mampu melakukan 33 passing dengan 26 diantaranya tepat sasaran, di babak pertama ini Kevin Constant menunjukkan aksi terbaiknya. Keahliannya mengiris pertahanan lawan lewat kecepatan, kemampuan dribble dan crossingnya yang menawan menjadikannya penampil terbaik di babak pertama ini. Constant tidak hanya apik menyerang, dalam bertahan yang memang menjadi tugas utamanya, pemain kelahiran Guinea ini juga tetap disiplin. Itulah kelebihan Constant yang membuatnya menjadi kandidat transfer terbaik Rossoneri musim ini. Yang luar biasa, Constant berhasil dalam seluruh upaya dribelnya.

Kevin Constant: Pass (17/21), Dribble (7/7), Shot (0/1), Cross (1/2), Intercept 2, Foul against 1. 
I am the best dribbler! Get away!
Gelombang serangan Milan yang membara di menit 30 hingga akhr babak pertama tidak membuahkan gol. Peluang terbaik didapat Giampaolo Pazzini  ketika sundulannya mampu ditepis kiper Federico Agliardi, juga Constant yang terlambat menembak setelah menerima umpan terobosan cantik Montolivo.

Di sisi lain, Milan terbantu dengan penampilan kurang impresif Bologna. Kelelahan karena habis meladeni Inter Milan di Coppa Italia midweek lalu membuat anak asuh Stefano Pioli ini tampil seperti Milan saat menghadapi Sampdoria minggu lalu. Mereka jelas kelelahan. Alessandro Diamanti yang biasanya tampil menginspirasi juga tidak mampu membangkitkan timnya.

Kecenderungan lamban mencetak gol
Melihat penampilan bagus di babak pertama dan Bologna yang tidak memberi perlawanan lebih, memang nampaknya hanya masalah waktu saja bagi Milan untuk memecah kebuntuan. Di babak kedua, Milan lebih banyak menyerang lewan crossing dan karena itu Pazzini jadi lebih berbahaya. Setelah serangkaian kegagalan memanfaatkan bola-bola yang sebenarnya menjadi makanan empuknya, akhirnya di menit 65 sang striker yang sekilas mirip aktor Bradley Cooper ini mampu mencetak gol juga.

Memanfaatkan crossing Abate, Pazzini dengan liat mampu mengalahkan penjaganya dan melepas tendangan mendatar. Bek Bologna sempat melakukan blok namun tetap tidak mampu mencegah terjadinya gol. Setelah gol itu, Milan kian percaya diri, begitu juga Pazzini. Setelah sebelumnya banyak melakukan turn over, dan gagal memanfaatkan crossing, kepercayaan diri sang striker membuat Milan seperti memiliki Ruud Van Nistelrooy di masa jayanya.

Benar saja, beberapa menit setelahnya, aksi terbaik Pazzini tercipta. Dengan teknikal, ia mengontrol crossing dari Boateng dan mengangkat bola melewati kepala pemain lawan sebelum menghujamkan bola ke gawang Agliardi untuk kedua kalinya. Untuk pertama kalinya, gol yang mungkin terbaik sepanjang karir eks striker Inter ini membuat saya melonjak spontan didepan televisi. Gol yang dari prosesnya dapat disamakan dengan gol cantik Paul Gascoigne di Euro 1996 setelah ia mengangkat bola melewati kepala Colin Hendry sebelum menjebol gawang Skotlandia. Gol ke 10 Pazzo musim ini, dimana 5 diantaranya tercipta ke gawang Bologna. He likes Spaghetti Bolognaise a lot.

A goal to remember


Milan seharusnya bisa mengakhiri pertandingan dengan gol ini, namun kenyataannya permainan Bologna berkembang dengan masuknya dua pemain muda, Taider dan Christian Pasquato. Dalam sebuah momen, Pasquato berhasil menyundul bola hasil crossing, yang sialnya malah dihalau Mexes ke gawang sendiri. Sayang sekali gol bunuh diri ini menodai catatan penampilan impresif sang bek Prancis sepanjang pertandingan.

Gol yang menaikkan semangat anak-anak Bologna ini memang membuat tim yang sebelumnya tertidur selama 80 menit berubah garang dalam 10 menit terakhir. Milan terus ditekan, sementara serangan balik yang kemudian mereka andalkan selalu mentah akibat kurang tenangnya para pemain di daerah final third. Beruntung kebangkitan itu hanya di 10 menit akhir, jika pertandingan masih tersisa 10 menit lagi, bukan tidak mungkin Bologna mampu menyamakan kedudukan.

Kesimpulan: Pemantapan pola 4-3-3
Pola 4-3-3 dan penempatan Kevin Prince Boateng di posisi mezz’ala, juga Mathieu Flamini menemani Montolivo memang menjadi kunci bertenaganya lini tengah Milan. Boateng memang belum menemukan jodohnya dengan gawang lawan seperti musim lalu, namun agresivitasnya kadangkala berguna bagi tim. Sementara Montolivo memang menjadi andalan dalam hal distribusi bola. Pemain ini selalu menjadi passer terbanyak Milan yang menjadikan Milan sebagai tim dengan ball possession terbaik nomor dua di Italia dibawah Juventus.

Serangan sayap Milan juga berjalan baik. El Shaarawy yang sering melakukan cut-inside lalu melepas tembakan dan Niang yang mulai percaya diri dengan melakukan cross down the line selalu dibantu overlap kedua full back yang mengirim variasi crossing baik melalui early cross maupun down the line. Dua gol Pazzini kemarin adalah hasil dari dua skema umpan silang tersebut.

Permasalahan akan muncul jika Pazzini absen. Sebagai striker, kemampuan Pazzini menyambut umpan silang masih salah satu yang terbaik di Italia. Ketajamannya di kotak penalti membuatnya mampu meraih produktivitas dua kali lipat ketimbang tahun lalu ia banyak ditempatkan di sayap.

Jika Pazzini absen, Allegri biasanya menempatkan Bojan sebagai ujung tombak, dimana gaya main Bojan sangat berbeda dengan Pazzini. Bojan dengan 1st touch eksepsional lebih piawai dalam bola daerah maupun permainan kombinasi berbekal hasil latihannya di La Masia. Berpartner dengan pemain seperti El Shaarawy, Niang, atau bahkan Urby Emanuelson yang lebih banyak menggiring bola memang menjadikan Bojan belum maksimal menjadi starter di posisi ujung tombak.

Bojan lebih berguna ditempatkan sebagai trequartista dalam skema 4-2-1-3 dimana ia bergerak bebas dibelakang si nomor 9. Dalam hal ini, Allegri memiliki preferensi untuk menurunkan Boateng, dan untungnya ia telah menyadari bahwa Boateng adalah seorang Mezz’ala bernomor 8 ketimbang fantasista bernomor 10.

Lalu dengan peningkatan performa yang juga memantapkan skema 4-3-3 ini, apakah Milan masih butuh kehadiran Ricardo Kaka? Well, pembahasan itu akan saya kupas tuntas di tulisan berbeda.

Sebuah display yang menawan memang diperagakan Milan, namun sedikit kekhawatiran bakal timbul terkait kesulitan mereka untuk membobol gawang lawan di babak pertama. Musim ini gol-gol Milan sebagian besar tercipta di babak kedua. Di satu sisi, hal ini menunjukkan mental bertanding yang bagus dari tim ini karena tidak mudah menyerah, namun di lain sisi menunjukkan bahwa ketidakmampuan mengakhiri perlawanan lawan dengan cepat bukanlah ciri seorang petarung yang baik. Milan perlu memperbaiki hal ini karena jika lambat mencetak gol saat megnhadapi tim kuat, lawan akan lebih dulu melancarkan pukulan mematikan sebelum Milan sempat bangkit. Bercerminlah pada pertandingan lawan AS Roma.

Bagaimanapun, kemenangan ini menjadikan Milan naik ke posisi 6 klasemen sementara, posisi tertinggi Rossoneri musim ini, ironisnya. Milan menggeser Roma yang ditahan Inter di Olimpico beberapa jam setelah pertandingan ini. Kini, selisih Milan tinggal sembilan angka dari posisi 3, posisi impian Milan musim ini. 

No comments:

Post a Comment