Pages

Thursday, December 1, 2011

Sepotong pizza dan sepiring pasta dari kota mode

Sebentar lagi, 16 Desember adalah ultah ke 112 klub favorit gw sejak lama, AC Milan. Klub sarat prestasi dan identik dengan permainan campuran skill samba Brazil dan defense catenaccio Italia ini sudah lama melakukan ekspansi ke seluruh dunia dengan program2 mereka. Divisi marketing mereka bekerja dengan baik nampaknya.

Indonesia adalah negara yg beruntung menjadi perhatian klub elit kota mode ini. Udah 2 taun ini Milan menyambangi Indonesia dalam rangka program mereka, Milan Junior Camp. Disini, mereka menyeleksi ratusan pemain usia 6-17 tahun untuk diajak mengisi liburan sekolah mereka untuk berlatih di Milanello dan mengikuti kompetisi internal junior Milan. Walaupun internal, tentu gak bisa dipandang sebelah mata karena peserta datang dari berbagai belahan dunia.

Milan yg banyak mengorbitkan pemain dari akademi sendiri, tentu sangat perhatian dengan pembinaan pemain mudanya. Paolo Maldini, Franco Baresi, Alessandro Costacurta, Mauro Tassotti yang menjadi legenda Milan, hingga pemain seperti Alessandro Matri yg sekarang jadi andalan Juventus adalah alumni sekolah sepakbola Milan. Melanjutkan pencapaian tersebut, Milan memperluas jaringannya ke seluruh dunia. Melalui Danielle Massaro, Indonesia direkomendasikan menjadi salah satu negara tujuan pencarian bakat2 muda.

Dan hasilnya tentu kita sama2 tau kalo tim Indonesia mampu juara dalam 2 edisi terakhir. Mereka mengalahkan tim2 dari negara elit sepakbola dunia seperti Brazil dan Italia. Masihkah PSSI menutup mata atas talenta2 super ini? Intinya adalah saat usia remaja, anak2 Indonesia mampu diadu dengan anak2 Brazil dan Italia, tapi coba adu lagi mereka 5 tahun kemudian. Jelas ada gap antara usia 12-17 tahun anak2 Indonesia. Mereka gak dinaungi kompetisi untuk mengimplementasi bakatnya, akhirnya waktu berlalu tanpa terasa di masa remaja mereka, dan kita kembali menjadi pecundang.

Tom Byer, orang yg bertanggung jawab atas melejitnya prestasi Jepang belakangan ini, dengan mengorbitkan pemain2 muda dalam output Shinji Kagawa dan Keisuke Honda, menegaskan bahwa usia 12 adalah usia krusial seorang pemain bola. Jika seorang anak ingin serius main bola sebagai mata pencahariannya, di usia inilah saatnya. Disinilah Byer membenahi struktur di Jepang. Dia mengubah kebiasaan bahwa pelatih dibayar makin mahal jika menukangi tim yg makin senior. Jadi, kisah Kapten Tsubasa bisa jadi bukanlah khayalan belaka bagi negeri sakura.

Di Indonesia, pemahaman sepakbola anak usia 12 tahun setara dengan anak umur 8 tahun di Eropa. Disinilah Paul Barrett mencoba menjembatani gap tersebut. Melalui akademi Liverpool di Indonesia, dia akan memberikan program beasiswa kepada 20 siswa terbaik untuk berlatih di Liverpool dalam program unggulan "golden scholarship"

Kembali ke Milan, setelah 2 tahun berturut2 Indonesia menjuarai Milan Junior Camp, para petinggi Milan akhirnya membuka mata buat Indonesia. Wacana untuk membuka akademi di Indonesia sudah digaungkan, dan mudah2an terimplementasi segera.

Mari berharap di masa mendatang kita gak hanya menikmati pizza dan pasta dari kota mode ini, tapi juga berharap suatu saat anak2 kita ikut jadi bagian dari sejarah klub kota mode Italia bagian utara ini. Forza Milan! Forza Indonesia!

No comments:

Post a Comment