Pages

Wednesday, October 28, 2015

Zaur Sadayev, Bangkitnya Sang Penyerang Nomaden

Zaur Sadayev, ketika bermain di Lech Poznan (Photo from psnfutbol,com)

Tidak ada yang terlalu istimewa dari kemampuan Zaur Sadayev sebagai pesepak bola. Sebagai penyerang, ia tidak segarang Diego Costa di kotak penalti lawan, tidak pula setajam Robert Lewandowski. Tehniknya tidak sebaik Zlatan Ibrahimovic, dribelnya juga tidak secanggih Luis Suarez, dan pergerakannya tidak seeksplosif Carlos Tevez. Namun berbeda dengan nama-nama besar tadi, Sadayev pernah menjalani salah satu karir sepak bola yang mungkin saja paling berani, unik sekaligus absurd di dunia sepak bola.

Tahun 2013 silam, Zaur Sadayev bersama rekannya, Dzhabrail Kadiev pernah bermain di klub Beitar Jerusalem, klub yang didukung oleh para peganut ekstrem kanan negara Israel. Mereka datang sebagai pemain pinjaman dari klub Rusia, Terek Grozny. Jika Sadayev dan Kadiev seorang non-Muslim, mungkin hal ini biasa saja, namun kenyataannya mereka adalah seorang Muslim tulen dari etnis Chechnya.

Perpindahan ini bukanlah keputusan mereka. Adalah kesepakatan antara Ramzan Kadyrov, sosok kontroversial pemimpin etnis Chechnya yang juga pemilik Terek, dan juga Arcadi Gaydamak di kubu Beitar yang memungkinkan hal ini terjadi. Dalam menjalankan Terek, Kadyrov berpartner dengan seorang oligarki Rusia-Azerbaijan keturunan Yahudi, Telman Ismailov. Ismailov disebut ingin membeli Beitar, dan untuk itu ia melakukan pendekatan dengan cara mengundang Beitar ke Grozny untuk memainkan laga persahabatan.

Suksesnya laga tersebut tidak bisa dilepaskan dari peran Kadyrov, yang juga seorang tentara berpangkat Mayor Jenderal. Dengan kekuatannya pula, Kadyrov pernah berhasil mengundang anggota timnas Brasil yang memenangi Piala Dunia 2002 untuk memainkan laga eksebisi ke stadion Akhmat Kadyrov. Pengiriman dua pemain Terek dengan skema pinjaman kemudian ditujukan untuk semakin melicinkan kerjasama antara dua kubu yang memang sejak lama sulit bersatu ini.

“Etnis Chechen, seperti halnya Yahudi, telah menjalani masa-masa sulit dalam sejarahnya, dan telah melewati tragedi demi tragedi. Kami memiliki banyak kesamaan,” demikian rilis dari kantor Kadyrov sewaktu proyek ini berlangsung.

Sudah bisa ditebak, Sadayev dan Kadiev menjalani masa-masa yang tidak menyenangkan di Jerusalem. Bukan hanya cacian, hinaan dan teror, tapi juga kejadian yang amat absurd dan menggelikan. Pada tanggal 3 Maret 2013 dalam sebuah laga kompetisi liga domestik, Sadayev berhasil mencetak gol untuk Beitar ke gawang Maccabi Netanya. Lumrahnya, supporter merayakan gol yang dicetak pemainnya, namun justru saat Sadayev mencetak gol, ratusan suporter Beitar malah kompak meninggalkan stadion sebagai wujud ketidaksukaan mereka akan kehadiran pemain Muslim di skuat ini.

Teror demi teror pun merebak hingga ke luar lapangan, terutama dari kelompok militan La Familia. “Reaksi kami terhadap pemain Muslim bukanlah rasis,” ujar salah seorang suporter Beitar, seperti dikutip dari Independent. “Tapi eksistensi klub berada di bawah ancaman. Beitar adalah simbol bagi negara,” lanjutnya. Tidak ada yang tahan dengan ancaman seperti ini. Khawatir akan keselamatan diri, mereka memutuskan untuk kembali ke tanah air setelah bertahan hanya enam bulan di kota suci bagi agama Samawi itu.

Kadiev memutuskan untuk kembali bermain di Terek, sementara Sadayev kembali berkelana. Kali ini ia dipinjamkan ke klub Polandia, Lechia Gdansk. Di klub ini, Sadayev membukukan tiga gol dalam 12 penampilan. Musim 2014-15, Sadayev masih belum pulang kampung. Ia kemudian bergabung dengan Lech Poznan, juga sebagai pinjaman. Di klub ini, Sadayev yang mulai matang turut berandil memberi gelar juara liga. Ia tampil sebanyak 25 kali dan mencetak lima gol.

Catatan ini tidaklah buruk untuk ukuran pemain yang lebih banyak tampil dari bangku cadangan. Poznan bahkan sempat berpikir untuk membelinya secara permanen, namun sayangnya banderol 500 ribu euro yang diminta Terek tidak disanggupi Poznan. Mulai musim 2015-16 ini, Sadayev akhirnya mudik ke Terek.

Dengan pengalaman yang lebih banyak dan kemampuan yang lebih terasah, Sadayev kini meramaikan Liga Primer Rusia. Kepercayaan tampil reguler akhirnya mulai didapat sang penyerang bertinggi 182 cm, di mana pelatih Rashid Rakhimov sering menduetkannya dengan Igor Lebedenko di lini depan klub berwarna dominan hijau ini. 

Perlahan tapi pasti, Sadayev mulai membuktikan bahwa ia memang memiliki kualitas yang dibutuhkan untuk menjadi penyarang handal. Dari 12 laga yang sejauh ini telah dijalani, sang penyerang nomaden berhasil menyarangkan lima gol. Dua gol di antaranya ia bukukan ke gawang Rubin Kazan, yang mengangkat namanya sebagai pencetak gol terbanyak Terek hingga kini.

Di kancah Liga Primer Rusia, kekuatan Terek Grozny memang belum mampu menyamai CSKA Moskow, Zenit St. Petersburg ataupun Spartak Moskow. Prestasi terbaik mereka pun hanya peringkat ke-8, yang didapat pada musim 2012-13. Mereka memang sempat membuat sensasi dengan mendatangkan sosok berprofil tinggi seperti pelatih Ruud Gullit, namun seiring aturan Financial Fair Play, mereka kini menjalankan klub dengan lebih hati-hati secara finansial, dengan cara mengandalkan pelatih lokal seperti Rakhimov dan juga talenta lokal seperti Sadayev.

Dilihat dari gaya permainan, Sadayev memang terbilang lamban. Ia juga tidak memiliki kemampuan duel udara yang menonjol dan tidak memiliki dribel istimewa. Namun situs Whoscored mencatat bahwa pemain ini adalah sosok pekerja keras yang memiliki tendensi untuk membantu pertahanan. Catatan intersepnya pun cukup lumayan, yaitu 0,5 kali per laga. Ia juga kerap membuat pelanggaran yang berguna untuk menghambat serangan balik lawan.

Momentum positif ini mungkin saja mengetuk pintu timnas Rusia, di mana Sadayev terakhir kali memperkuat timnas Rusia B tahun 2011 lalu. Leonid Slutsky, pelatih Rusia kini, dikenal gemar memainkan ujung tombak tunggal. Di posisi ini, ia memang sudah memiliki andalan yaitu Alexander Kokorin dan Artem Dzyuba. Level permainan Sadayev mungkin masih berada di bawah dua pemain tadi, namun jika Slutsky menginginkan sosok pemain berkarakter kuat, nampaknya ia perlu mempertimbangkan Sadayev.

No comments:

Post a Comment