Pages

Sunday, October 25, 2015

Gigi Donnarumma, Shawn Drover dan Sistem Yang Gagal

Gianluigi Donnarumma (Photo from Gazzetta)
Jelang laga Milan melawan Sassuolo, terdapat kabar yang cukup mengejutkan terkait kemungkinan diturunkannya kiper remaja berbakat, Gianluigi Donnarumma oleh pelatih Sinisa Mihajlovic. Kisah Donnarumma sedikit mengingatkan saya pada mantan drummer band Megadeth, Shawn Drover. Seperti apa hubungannya? Saya terpaksa harus menceritakannya dengan agak panjang.

***
Saat masuk studio tahun 2004 lalu, Dave Mustaine sebagai vokalis, gitaris, pemimpin sekaligus pendiri band metal Megadeth baru saja pulih dari cedera pergelangan tangan kiri yang hampir saja mengakhiri karir musiknya.

"Jari dan tangan kiri ini menghasilkan karya-karya besar, atau dalam kacamata industri musik, the money maker," ujar Mustaine.

Mustaine berhasil pulih setelah menjalani serangkaian perawatan. Setelah sempat membuat Megadeth vakum, Mustaine bermaksud kembali ke studio untuk merilis album. Sedianya, proyek ini diperuntukkan sebagai album solo, album penanda kembalinya sang musisi besar metal, namun setelah berembuk, diputuskan bahwa album yang bertitel The System Has Failed ini akan rilis di bawah bendera Megadeth.

Sebetulnya, toh tidak jauh berbeda apakah album ini rilis sebagai album solo atau band. Megadeth adalah Mustaine, dan sebaliknya. Lagu-lagu Megadeth adalah ciptaan Mustaine, dan ia juga dengan mudahnya menggonta-ganti personel band. 

Pasca kesepakatan digunakannya format Megadeth, materi album memang sudah rampung, hanya tinggal menjalankan proses mixing dan mastering. Mustaine memiliki pekerjaan rumah yang baru yaitu mencari personel. Setelah cedera itu, Mustaine memang membebastugaskan personel lain dari band ini. 

Berturut-turut, ia menghubungi tiga eks penggawa band thrash metal ini. Nick Menza sang mantan drummer, Marty Friedman si mantan gitaris, dan tentunya David Ellefson mantan pencabik bass.

Di antara ketiganya, hanya Menza yang merespon positif, meski kemudian orang ini disebut Mustaine tidak menunjukkan komitmen total hingga akhirnya gagal mengamankan posisinya sebagai penabuh drum. "Bersamanya, kami memainkan satu-dua lagu, lalu kemudian ia meminta izin untuk pergi ke minimarket. Kadang ia kembali dengan cepat, namun sering kali ia baru kembali lima jam kemudian," ujar Mustaine.


Sementara itu, Friedman masih menganggap Jepang sebagi rumah barunya. Gitaris virtuoso idola bagi para penggemar Megadeth ini memang sudah lama merasa jenuh dengan ingar bingar genre metal. 

Yang mengejutkan adalah Ellefson. Setelah dihubungi, ia malah mengajukan gugatan sebesar 18,5 juta dollar AS kepada Mustaine sebagai permintaan pembayaran haknya selama hampir dua dekade menjadi pembetot bass

Mustaine pada akhirnya terpaksa menggunakan musisi tamu untuk tahap finalisasi album, promo album dan juga tur. Selanjutnya, nama Megadeth masih berkibar sampai sekarang. Album ini memang memiliki judul yang berarti kegagalan sebuah sistem, namun pada kenyataannya, album ini cukup penting dalam perjalanan karir Megadeth sebagai salah satu band thrash metal terbesar dunia karena menandai sebuah kelahiran kembali.

***

Situasi ini sebetulnya agak mirip dengan yang dialami Milan pada awal musim 2015-16.

Ada dua hal besar yang (semula akan) terjadi bagi Milan, yaitu pembangunan stadion baru dan pembelian 48% saham oleh kelompok investor dari Asia yang direpresentasikan oleh seorang pengusaha asal Thailand bernama Bee Taechaubol. Pembangunan stadion baru berujung kegagalan, sementara suntikan modal masih belum terealisasi hingga kini, tapi itu adalah bahasan lain.

Dua hal ini mendorong sang patron, Silvio Berlusconi untuk menggebrak. Pada awalnya ia mengutus Adriano Galliani, sang tangan kanan, untuk membujuk Carlo Ancelotti, sosok pelatih yang bersinonim dengan kejayaan Milan tahun 2000an. Ancelotti menolak, lalu pilihan Berlusconi jatuh pada Sinisa Mihajlovic, sosok berkarakter dan konon segalak tokoh Terence Fletcher dalam film Whiplash. Ketegasan Miha diharapkan mampu mengembalikan kedisiplinan dan keinginan menang dari para pemain Milan yang dituding malas, susah diatur dan sudah terlena gaji besar.

Miha memang sudah mendapatkan keinginannya, lebih dari yang pernah didapat Clarence Seedorf dan Pippo Inzaghi, dua pelatih sebelumnya. Ia mendapatkan barisan penyerang yang tajam serta tambahan kekuatan di lini tengah serta belakang. Memang masih agak nanggung, tapi setidaknya skuat yang sekarang masih lebih baik ketimbang yang Milan miliki dalam dua tahun ke belakang.

Kini setelah kompetisi paruh pertama telah berjalan setengahnya, Miha masih belum mampu men-deliver hasil yang diharapkan. Milan masih saja sering gagal menang melawan tim yang lebih lemah, dan masih belum mampu menandingi tim-tim kuat. Silakan lihat sendiri di mana posisi Milan pada klasemen sementara.

The system has failed, Miha?

Kalimat the system has failed, seperti dijelaskan pada awal tulisan ini adalah kontradiksi bagi Megadeth. Namun bagi Milan, lebih terdengar seperti frasa yang harfiah.


Kalimat yang menggambarkan keadaan sebenarnya.

Rangkaian hasil buruk yang juga diiringi performa tidak kalah buruknya kini menjadi cerita yang sehari-hari memenuhi langkah Mihajlovic dan Milan. Akibatnya, sang patron menjatuhkan ultimatum kepada Miha, yang berisi obligasi untuk memenangi dua laga Seri A berikut: melawan Sassuolo dan Chievo.

Semua pemerhati Seri A dan penggemar Milan sudah paham bahwa Sassuolo adalah jinx bagi Milan, agak mirip Swansea City bagi Manchester United di Liga Primer Inggris. Musim lalu, Milan selalu dikalahkan Sassuolo baik dalam laga kandang maupun tandang, dan jangan lupa bahwa Sassuolo juga diperkuat Domenico Berardi yang begitu gemar membobol gawang Rossoneri. Hattrick Berardi pula lah yang tiga tahun lalu membawa Sassuolo menang 4-3 atas Milan sekaligus membuat pelatih Milan saat itu Max Allegri kehilangan jabatannya.

Data dan fakta ini tentu semakin membuat ultimatum Berlusconi terlihat makin menyeramkan bagi Miha, dan sosok Berardi siap menjadi penentu nasib sang pelatih.

Menariknya, Miha menjalani ujian ini dengan agak nyeleneh (atau ini memang menunjukkan desperasi dari sang allenatore, atau sekadar memberi wake-up call bagi Diego Lopez, kiper utama). Dikabarkan, ia akan menurunkan kiper remaja super berbakat Milan yang masih berusia 16 tahun, Gianluigi Donnarumma. Anda tentu masih ingat ketika kiper ini mampu menahan tendangan penalti Toni Kroos pada ajang pramusim lalu. Jika benar diturunkan, Donnarumma akan menjadi kiper termuda Seri A sepanjang sejarah Milan!


***

Kita kembali sejenak ke cerita Megadeth. Kegagalan bereuni dengan personel lama ternyata membawa hikmah. Tanpa diduga Mustaine menemukan musisi-musisi pengganti yang tidak kalah hebat dengan nama besar Menza, Ellefson dan Friedman, yaitu Glen Drover (gitar), Shawn Drover (drum) dan James LoMenzo (bass).

Khusus bagi Shawn, ada cerita yang mungkin sedikit nyambung dengan Donnarumma. Sebelum jamming dengan Megadeth, Shawn hanyalah drummer kelas garage band atau sekadar teknisi drum. Drummer kidal ini bergabung setelah direkomendasikan Glen, sang abang.

Glen tidak pernah menceritakan Mustaine tentang obscure background dari Shawn. Adalah kemampuan dan attitude Shawn nyatanya mampu membuat Mustaine percaya bahwa anak ini adalah musisi sungguhan dengan jam terbang tinggi. Namun setelah menyelesaikan show perdananya bersama Megadeth di hadapan ribuan penonton, Mustaine mendapati Shawn terdiam seperti orang mau mati. Ia terus muntah hingga membutuhkan pertolongan medis. Saat peristiwa ini terjadi, barulah Glen menceritakan latar belakang Shawn yang sebenarnya kepada Mustaine.


"Apa yang terjadi, Glen?"
"Mungkin ia terlalu tegang di luar tadi"
"Apa maksudmu? Bukankah ia sudah terbiasa tampil di panggung?"
"Memang betul, tapi tidak sebesar ini, tidak di hadapan ribuan orang"
"Oh man.."

Tapi kemudian, ia terus meningkatkan kemampuan, kepercayaan diri dan sikapnya. Hingga Mustaine sendiri pada akhirnya memuji Drover dengan tulus. "Shawn Drover adalah salah satu dari sekian musisi yang amat saya hargai."

***


Mampukah Donnarumma mengikuti jejak Shawn Drover? Jelas ia berpeluang, karena ia juga pernah menahan tendangan penalti Berardi dalam ajang Trofeo TIM tahun ini. Kita nantikan saja versi The System Has Failed seperti apa yang dialami Milan dalam beberapa jam ke depan.

No comments:

Post a Comment