Pages

Tuesday, September 17, 2013

Review Torino vs Milan: Milan yang Beruntung

Ada beberapa poin penting yang dapat diangkat sehubungan dengan ‘keberhasilan’ Milan memaksakan hasil imbang dalam laga lawan Torino, Minggu (15/9) dini hari lalu. Saya lebih suka menyebutnya ‘keberhasilan’ karena memang hasil ini sangat menyakitkan buat Torino. Mereka pantas meraup tiga poin dari Milan yang masih kagok dengan pola 4-3-1-2.

Poin pertama adalah kegagalan pola 4-3-1-2 di laga ini. 4-3-1-2 bukanlah pola asing. Musim lalu, mereka juga menggunakannya pada awal musim (dan hasilnya jelek) sampai kemudian mereka stabil dengan pola 4-3-3. Salah satu titah Berlusconi pada Allegri di libur kompetisi adalah dipakainya kembali pola 4-3-1-2. Berlusconi tidak asal suruh, ia kemudian memberikan trequartista-trequartista handal Ricardo Kaka, Riccardo Saponara lalu kemudian Keisuke Honda nanti di Januari sebagai amunisi penggunaan 4-3-1-2.

Perubahan pola permainan membutuhkan  waktu adaptasi. Bukan hanya Kaka yang harus beradaptasi, tapi juga pemain-pemain lain. Kelemahan pola 4-3-1-2 Milan dieksploitasi betul oleh Giampiero Ventura, pelatih Torino yang menggelar pola 4-2-3-1 (dengan modifikasi 3-5-2), sebuah pola seimbang yang mengandalkan lebar lapangan. Tiga gelandang serang, Danilo D’Ambrosio, Omar El Kaddouri dan Alessio Cerci begitu leluasa memanfaatkan sisi lapangan yang kurang mendapatkan cover dari pemain-pemain Milan. Sementara Kaka cukup kesulitan karena harus berhadapan dengan double pivot milik Il Toro, Giuseppe Vives dan Matteo Brighi.

Cerci menunjukkan kelasnya di pertandingan ini. Ia bergantian dengan bek sayap Matteo Darmian meneror sisi kiri pertahanan Milan yang dijaga Urby Emanuelson. Meski bek sayap kiri adalah posisi naturalnya, namun dalam beberapa musim kebelakang Urby lebih banyak ditempatkan sebagai gelandang. Bukan hanya Urby tidak optimal, namun ia juga tidak mendapatkan bantuan dari gelandang-gelandang Milan lainnya. Dengan demikian, Cerci dengan leluasa melakukan gerakan cutting inside sementara Darmian rajin mengirimkan crossing. Salah satu gerakan cutting inside Cerci ia akhiri dengan assist kepada D’Ambrosio. Cerci juga dengan padu bekerjasama dengan Ciro Immobile, penyerang yang meski belum mencetak gol, namun lihai membuka ruang dan memberikan umpan. Gol kedua yang dilesakkan Cerci adalah buah dari kejelian Immobile.

Jika memakai pola 4-3-3, bek sayap Milan mendapatkan proteksi dari penyerang sayap, sehingga ancaman lawan dari sayap lebih terminimalisir. Pola 4-3-1-2 yang lebih narrow membutuhkan fullback yang komplet alias kuat dalam bertahan dan menyerang, gelandang-gelandang yang memiliki kemampuan menguasai bola, juga penyerang yang mampu menahan bola.

Milan tidak memiliki ketiganya pada pertandingan lawan Torino. Absennya Ignazio Abate dan Mattia De Sciglio sangat berpengaruh. Ricardo Kaka juga tidak mendapatkan bantuan yang cukup dari Riccardo Montolivo dan Sulley Muntari, sementara Robinho dan Mario Balotelli terlalu sering kehilangan bola. Tidak heran, Kaka sering terpaksa menjemput bola melebihi garis tengah lapangan, lalu bingung akan mengumpan kemana.

Poin kedua adalah masih dipasangnya Robinho dan Muntari sebagai starter. Allegri menganggap penyerang Brasil ini cocok bermain dengan pola 4-3-1-2, ia juga mencetak gol ke gawang Cagliari pekan sebelumnya. Namun konsistensi adalah musuh Robinho, yang juga membuatnya gagal mempertahankan level permainan tertinggi. Ia menunjukkannya lagi saat laga kemarin. Untungnya, Allegri cepat menariknya keluar di awal babak kedua.

Sementara Muntari, meski ia mencetak gol (beruntung), tetapi ia sering memaksakan umpan-umpan diagonal yang tidak akurat. Situs Whoscored memperlihatkan umpan akurat Muntari rata-rata hanya dua kali. Jaraknya dengan De Jong dan Montolivo juga terlalu jauh dan ia juga terlalu sering membuat pelanggaran dengan rataan 3,5 kali.

Poin ketiga adalah perubahan taktik yang dilakukan Allegri. Masuknya Alessandro Matri turut andil. Matri memiliki kemampuan flick dan kontrol bola yang lebih baik ketimbang Robinho, dan itu ditunjukkannya berkali-kali kemarin. Balotelli mendapatkan lebih banyak peluang ketika Matri masuk. Sayangnya, pertandingan kemarin bukanlah yang terbaik baginya, kecuali penalti yang diambilnya di menit akhir.

Sementara itu masuknya Valter Birsa menggantikan Kaka yang cedera memodifikasi pola 4-3-1-2 ke 4-3-2-1. Balotelli ditarik lebih kedalam menemani Birsa, meninggalkan Matri sebagai penyerang tunggal. Dengan pola ini, sisi pertahanan Milan lebih terlindungi karena Muntari dan Poli kini bermain lebih melebar. Hal yang sedikit aneh namun sangat menguntungkan Milan adalah ditariknya Alessio Cerci setelah Il Toro unggul dua gol. Tidak heran Cerci terlihat kesal ketika diganti. Tanpanya, Torino praktis kehilangan daya sengat dan memberi angin kepada Milan untuk ganti mendominasi laga.


Dua gol balasan Milan tercipta setelah Cerci keluar. Artinya, kemampuan Milan merebut satu poin tidak lepas dari kekeliruan yang dibuat Ventura. Gol-gol yang tercipta juga tidak didapat dengan cara impresif dan skema open play yang rapi. Milan masih kesulitan membongkar pertahanan lawan dengan taktik ini, dan sebaliknya lawan begitu mudah mengeksploitasi pertahanan Milan dari sayap yang kurang mendapatkan cover dari gelandang. Menghadapi Glasgow Celtic yang memiliki permainan cepat dan semangat tempur khas Britania di Liga Champions nanti, Milan patut waspada. Apalagi Montolivo dan Kaka mengalami cedera yang didapat dari laga lawan Torino. Tidak ada salahnya jika Allegri mencoba menggelar taktik 4-3-2-1 ketimbang memaksakan 4-3-1-2.

No comments:

Post a Comment