Pages

Wednesday, August 15, 2012

Preview La Liga musim 2012/2013



Bicara kompetisi ini, memang tidak jauh-jauh dari dua tim raksasa, Real Madrid dan Barcelona. Semua media akan memilih salah satu dari kedua tim raksasa ini untuk menjadi kandidat terkuat peraih mahkota La Liga. Dengan kekuatan skuat dan finansial yang jauh diatas tim-tim lainnya, kedua tim ini seperti menjadikan La Liga seperti layaknya Scottish Premier League (SPL) kala Glasgow Rangers masih bercokol disana. Rangers bersama Glasgow Celtic ganti-gantian menjadi juara SPL.
Kekuatan finansial Madrid dan Barca sangat terbantu oleh nama besar, sejarah, koleksi pemain bintang, prestasi belakangan ini dan penerimaan hak siar televisi. Mereka berdua mendapat hak siar eksklusif dengan bayaran jauh diatas klub-klub lain, bahkan Valencia dan Atletico Madrid yang juga klub papan atas. Kondisi ini semakin memperkuat duopoli La Liga.
Jose Mourinho telah membawa Madrid memutus rentetan kejayaan Barcelona musim lalu dengan menjuarai La Liga, termasuk memenangi duel El Classico di Camp Nou. Dengan skuat yang relatif tidak berubah, Madrid akan semakin solid. Mereka hanya butuh tambahan seorang bek kanan dan seorang gelandang, walaupun jika Mou sedikit saja mau menengok bangku cadangan, ada pemain bagus bernama Nuri Sahin disana.
Mourinho memiliki PR mengenai Ricardo Kaka. Besarnya gaji sang pemain tidak sebanding dengan kontribusinya di lapangan. Kaka dinilai sudah tidak mampu mengulangi performa gemilangnya di AC Milan, untuk itulah Mou bertekad menjualnya, lalu membeli pemain incarannya, Luka Modric.
Di lain pihak, Barcelona tetaplah lawan yang sama seperti mereka temui musim lalu jika dilihat dari kompsisi pemain. Mereka malah bertambah kuat dengan kehadiran bek kiri Jordi Alba. Namun sedikit kekhawatiran tertuju pada sosok pelatih baru mereka, Tito Vilanova.
Banyak pihak menjagokan Marcelo Bielsa untuk pindah ke Camp Nou di awal musim setelah Pep Guardiola mengundurkan diri dari jabatannya. Penunjukan Vilanova dianggap para petinggi Barca sebagai langkah tepat karena Vilanova mengenal betul tim ini. Vilanova juga dinilai tidak akan menggeser filosofi tiki-taka, yang awalnya ditanamkan oleh Johan Cruyff dan kemudian disempurnakan oleh Pep.
Namun gaya berbeda ditunjukkan pelatih yang sempat diserang Mourinho di laga El Classico itu. Ditangannya, Barcelona dinilai menjadi tim tertutup dan terkesan arogan. Promotor sepak bola dalam negeri menyebut bahwa Barca menjadi tim yang tertutup sejak ditangani Vilanova. Pendapat itu tidaklah berlebihan karena Tito menolak menjalani tur Asia selama jeda kompetisi. Tentu Tito memiliki pertimbangan mengenai masalah itu, tapi keputusannya membuat Barca kehilangan potensi penerimaan jutaan euro.
Selain itu, Tito melakukan langkah tangan besi lainnya dengan bersikukuh untuk mendatangkan punggawa Athletic Bilbao, Javi Martinez. Alasannya adalah Martinez fasih bermain sebagai gelandang bertahan maupun bek sentral, posisi yang selama ini dianggap sebagai titik lemah the Catalans. Sasaran alternatif yang sudah disodorkan petinggi maupun scout tidak dihiraukan Tito, sehingga Barca terus saja membawa “peluru kosong” ker San Mames, berharap untuk menggedor direksi Bilbao dan membujuk mereka untuk menurunkan banderol 40 juta euro yang melekat pada Martinez.
Masih belum cukup, Tito juga dianggap melecehkan Supercopa de Catalunya, sebuah pertandingan persahabatan rutin antara mereka melawan Espanyol, sebagai wakil Catalan di La Liga. Tito semula hanya akan memakai pemain cadangan di pertandingan itu, namun ketika pihak Espanyol mengetahui niat tersebut, mereka segera membatalkan pertandingan karena menganggap Tito melecehkannya.
Kesan buruk tersebut sudah tercipta, bahkan sebelum Tito mengawali laga resminya bersama Barca. Hal itu tentu saja bukanlah pertanda baik bagi tim super tersebut. Seberapapun hebatnya materi pemain, seorang pelatih bertangan besi yang terus menerus mengambil keputusan yang berseberangan dengan petinggi klub maupun suporter akan sulit untuk mengeluarkan potensi terbaik timnya. Dengan kondisi ini, Madrid lebih berpeluang untuk memenangi La Liga.
Perebutan posisi 3-4 dan 5-6 akan berlangsung seru. Zona Liga Champions memang sangat menggiurkan karena menawarkan banyak uang hasil partisipasi Liga Champions. Klub seperti Valencia, Malaga, Atletico Madrid, Sevilla maupun Athletic Bilbao memiliki kepentingan yang sama untuk mengejar posisi ini.
Penampilan bagus Bilbao dibawah Marcelo Bielsa amat mungkin terulang kembali, terutama jika Bilbao mampu mempertahankan Martinez dan Fernando Llorente. Permainan cantik yang diusung klub asal Basque tersebut membawa mereka ke dua final cup competition yang mereka ikuti musim lalu. Valencia, dibawah pelatih Mauricio Pellegrino juga tetap menjadi kandidat teratas menduduki zona Champions mengingat konsistensi penampilan mereka beberapa tahun kebelakang.
Diego Simeone dan klub asuhannya Atletico Madrid juga berpeluang meramaikan persaingan. Walaupun harus kehilangan Alvaro Dominguez dan Diego Ribas, dua pemain andalan musim lalu, namun Simeone mendapatkan Raul Garcia Cata Diaz dan Emre Belozoglu, yang memiliki kualitas tidak jauh berbeda. Keberhasilan Simeone mempertahankan Falcao juga menjadi kredit tersendiri, walaupun dia harus merelakan Dominguez dan Eduardo Salvio hengkang.
Yang sangat disayangkan adalah Malaga. Semua orang semula berpikir klub kaya baru inilah yang diharapkan mampu merusak dominasi duo Madrid-Barca. Dengan kekuatan finansial yang mumpuni, mereka mampu membeli banyak pemain bagus yang membawa mereka nyaman menduduki zona Champions musim lalu. Namun karena gagalnya proyek pembangunan resor mewah di pantai kota itu, investor jadi mengurungkan niat mereka untuk jor-joran mengisi kas klub. Proyeksi bisnis yang berantakan membuat para Sheikh dari Qatar itu murka. Akibatnya bukannya membeli pemain, Malaga malah melepas dua pemain kunci musim lalu, Santiago Cazorla dan Solomon Rondon.

No comments:

Post a Comment