Pages

Monday, June 15, 2015

Aspek Finansial Dari Rebuilding Skuat Milan

Adriano Galliani, CEO Milan yang telah mengabdi pada klub Merah Hitam selama dua dekade lebih, adalah salah satu sosok direktur sepak bola paling menarik. Perawakannya amat mudah dikenali. Kepala botak, setelan jas licin dan keramahan telah menjadi ciri khasnya. Namun bukan hal kasat mata saja yang menjadi ciri khas Galliani, lebih dari itu, adalah kemampuan persuasifnya dalam membawa menggiring pemain-pemain bintang dengan harga miring ke Milan.

Entah dengan kata-kata bijak seperti apa Galliani melakukannya. Yang jelas, ia telah membawa ratusan pemain ke San Siro. Banyak yang berhasil menjadi andalan, namun tidak sedikit pula yang hanya menghuni bangku cadangan. Dalam dua tahun terakhir saja, 30 transfer pembelian pemain berhasil dilakukannya. Mungkin tidak semua transfer pemain dieksekusinya langsung, dan beberapa nama juga hadir atas titah langsung dari Silvio Berlusconi, sang presiden kehormatan, namun setidaknya, sudah pasti seluruh pergerakan bursa transfer Milan terjadi sepengetahuannya.

Musim ini, situasinya sedikit berbeda. Angin segar datang dari Asia di mana sekelompok investor yang diwakili Bee Taechaubol telah setuju menanamkan uang senilai 480 juta euro ke klub Rossoneri. Deal belum diresmikan, uang belum masuk, namun Milan melalui Galliani sudah ‘mencuri start’ dalam mencari pemain. Nama-nama yang diincar pun mengalami ‘eskalasi’, dari para penggawa klub papan tengah Seri A menjadi para penggawa klub-klub besar Eropa.

Memang, kita tidak bisa menilai kinerja Galliani sebelum mengetahui berada di mana Milan setidaknya dalam lima tahun ke depan. Apakah pemain-pemain yang dibeli Galliani akan berkontribusi menghadirkan trofi atau tidak. Dan jika memang periode kemenangan yang hadir, apakah periode tersebut hanya untuk kemenangan satu tahun saja lalu selanjutnya kembali babak belur, atau kali ini periode kemenangan akan berlangsung lama.

Saya jelas memilih yang kedua. Apalah artinya satu musim scudetto yang harus dibayar dengan kemunduran selama lima musim? Untuk itu, kualitas dan potensi pemain-pemain yang diincar haruslah sesuai dengan keinginan untuk berprestasi dalam jangka waktu yang lama. Ingatlah pada saat periode emas era Sacchi, saat itu Milan memiliki fondasi kokoh berupa Paolo Maldini, Franco Baresi, dan kawan-kawan yang kemudian menjadi paripurna setelah digabungkan dengan Trio Belanda. Skuat Milan sekarang, sayangnya tidak belum memiliki modal ini.

Pembersihan Skuat dan Pembelian Pemain
Sebelum membeli pemain, ada baiknya Milan melakukan ‘pembersihan’ skuat. Pemain-pemain yang sudah tidak mampu berkontribusi sesuai gaji sudah saatnya dilepas. Biaya gaji jelas menjadi pertimbangan penting mengingat kerugian Milan tahun 2014 mencapai 91 juta euro. Jika tahun ini Milan gagal mengurangi biaya, maka kerugian jelas akan bertambah. Hal ini dapat berimbas pada sanksi dari Financial Fair Play. Percuma saja, bukan, lolos ke Eropa dengan pemain-pemain bintang namun terjegal regulasi. Berikut skuat yang dapat dijual dan dilepas karena kontrak habis atau selesai masa peminjaman:

Skuat yang tersedia untuk dijual dan market value sesuai situs transfermarkt:
Kiper: Michael Agazzi (market value € 2 juta, gaji € 700 ribu)
Bek: Alex, Adil Rami, Cristian Zapata (total market value € 12 juta, gaji € 5,6 juta)
Tengah: Sulley Muntari (market value € 3 juta, gaji € 2,5 juta)
Total uang transfer yang bisa didapat:  € 17 juta
Total biaya gaji yang dapat dihemat: € 8,8 juta

Sementara untuk pemain-pemain yang habis kontrak/dikembalikan setelah meminjam:
Michael Essien – Gaji € 2,5 juta
Marco Van Ginkel – Gaji € 1,5 juta
Valter Birsa – Gaji € 600 ribu
Robinho – Gaji € 2,5 juta
Giampaolo Pazzini – Gaji € 2,5 juta
Philippe Mexes – Gaji € 4 juta
Pablo Armero – Gaji € 1,5 juta
Salvatore Bocchetti – Gaji tidak diketahui
Total biaya gaji yang dapat dihemat: € 15,1 juta

Untuk itulah, andai saya Galliani, dengan mempertimbangkan kebutuhan skuat, struktur gaji dan Financial Fair Play, pemain-pemain inilah yang akan saya beli (plus market value dari transfermarkt dan jumlah gaji yang diterima):

Geoffrey Kondogbia (harga yang diminta Monaco € 30 juta, market value menurut transfermarkt € 14 juta, permintaan gaji € 3 juta)
Di antar nama-nama besar yang menjadi incaran, Kondogbia adalah salah satu pemain yang saya dukung untuk didatangkan. Meski masih muda (22 tahun), Kondogbia sudah terbiasa bermain di sepak bola level tertinggi, belum lagi menghitung pengalaman internasionalnya. Ia jelas dapat diandalkan untuk memimpin lini tengah Milan yang belakangan ini memang amat minim kreativitas sekaligus tenaga.

Ron Vlaar – Free transfer, gaji di Aston Villa € 1,8 juta pertahun
Ketimbang mengejar Mats Hummels yang sudah pasti dibanderol mahal oleh Borussia Dortmund, dan sudah pasti meminta gaji tinggi, mengapa Milan tidak ikut memburu tanda tangan seorang bek kenyang pengalaman namun bisa didapatkan dengan gratis? Memang transfer gratis Milan belakangan ini tidak menyelesaikan masalah, namun Vlaar jelas berbeda. Pemain jangkung ini masih dalam performa terbaik karena pada musim 2014-15 masih diandalkan Aston Villa. Meski tidak dapat diandalkan untuk menjadi pemimpin lini belakang, setidaknya Vlaar akan memberi tambahan kekuatan yang signifikan.
Namun untuk itu, Galliani harus bersaing dengan Manchester United yang juga ingin mendatangkannya.

Doria, Alessio Romagnoli dan Nikola Maksimovic (total market value € 25 juta)
Kita pernah menyaksikan Fabio Cannavaro, Alessandro Nesta, Walter Samuel, Roberto Ayala, Fernando Hierro, Lilian Thuram, Jaap Stam, Frank De Boer, Fernando Couto, Lucio, Marco Materazzi, Carles Puyol, atau Marcel Desailly bermain pada era yang sama. Sekarang, tanpa mengecilkan kemampuan bek sentral yang ada, nama-nama yang memiliki kemampuan setara dengan para bek berkelas dunia tersebut sudah jauh berkurang, dan kalaupun ada, sudah pasti harganya teramat mahal.

Milan jelas tidak bisa sulit mendapatkan salah satu dari Thiago Silva, Hummels, Diego Godin, Jerome Boateng, menyebut sedikit dari nama-nama bek sentral terbaik dunia saat ini. Yang bisa dilakukan adalah mengendus potensi pemain-pemain dengan level yang akan menuju ke sana.

Tiga pemain ini jelas akan berharga lebih murah ketimbang Miranda dan Hummels, juga lebih berprospek ketimbang Alex, Zapata, Rami dan Mexes. Doria sudah lama dipandang sebagai bek masa depan Brasil, sementara Romagnoli adalah bek muda asli Italia yang musim lalu tampil cemerlang, membelinya akan sejalan dengan proyek Italianisasi yang diinginkan Berlusconi. Terakhir, Maksimovic adalah contoh pembelian berhasil dari Torino. Bek kokoh asal Serbia ini juga masih belum terlalu terpantau klub-klub besar sehingga harganya semestinya tidak terlalu mahal. Untuk mereka bertiga, Milan dapat menawarkan masing-masing € 1,5 per tahun.

Andrea Bertolacci dan Marco Van Ginkel (total market value € 12,5 juta)
Menduetkan Bertolacci dengan Kondogbia jelas merupakan ide yang bagus. Dengan didampingi kedua pemain ini, Jack Bonaventura, Suso ataupun Keisuke Honda akan lebih leluasa bergerak di belakang dua penyerang utama. Bertolacci juga masih muda dan asli Italia yang bermain di Genoa, klub yang memiliki hubungan baik dengan Milan.

Sementara Van Ginkel telah menunjukkan potensi besarnya musim lalu. Kemampuannya sebagai gelandang box-to-box amat dapat diandalkan untuk memberi tenaga di lini tengah Milan. Untuk mereka berdua, Milan dapat menawarkan masing-masing € 1,5 juta per tahun.

Matteo Darmian dan Pierre Aubameyang (total market value € 27 juta)
Pembelian dua mantan pemain akademi ini jelas akan menunjukkan kegagalan Milan dalam mengembangkan pemain-pemainnya. Tapi tidak mengapa, toh Milan pernah mengalaminya pada Ignazio Abate, Luca Antonelli dan Alessandro Matri.. Pembelian Darmian akan sangat berguna untuk memperkuat sisi sayap pertahanan, sementara penyerang tajam dan cepat seperti Aubameyang akan menjadi tandem sehati bagi Stephan El Shaarawy. Untuk mereka berdua, Milan masing-masing dapat menawari gaji € 3 juta per tahun.

M’Baye Niang (kembali dari Genoa)
Dengan kontribusi lima gol untuk Genoa musim lalu, sekaligus menjadikan Il Rossoblu sebagai tim yang bermain atraktif, Niang jelas patut diberi kesempatan kedua oleh Milan.

Pertimbangan Finansial
Dengan skenario di atas, berarti Milan akan mendapatkan setidaknya € 15 juta dari uang transfer. Nilai tersebut memang jauh dibandingkan dengan target pengeluaran transfer Milan sebesar € 95 juta. Secara bersih, Milan harus mengeluarkan € 80 juta untuk biaya transfer pemain. Memang cukup besar, namun masih jauh lebih kecil dibandingkan rencana pengeluaran € 150 juta untuk pemain-pemain yang kebanyakan sudah berusia di atas 28 tahun.

Selain itu dari sisi biaya gaji, Milan dapat berhemat € 24 juta dari pemain-pemain yang pergi, sementara dari pemain-pemain baru, Milan harus mengeluarkan € 18, juta. Secara keseluruhan, Milan dapat mengurangi biaya gaji mereka (belum termasuk pemain yang memperpanjang kontrak tahun ini) sebanyak € 6 juta. Nilai ini sungguh lumayan untuk diperhitungkan dalam kalkulator Financial Fair Play.

*Catatan: skenario harga beli, jual dan biaya gaji dapat berubah tergantung kelihaian Galliani

Friday, June 12, 2015

Eskalasi Rumor Transfer dan Dipertahankannya Solusi Instan

“Milan dilaporkan tengah mengincar pemain-pemain ini: Mats Hummels, Joao Miranda, Geoffrey Kondogbia, Jackson Martinez dan… Zlatan Ibrahimovic.”

Begitulah berita yang belakangan ini tersebar di media-media Italia tentang rencana transfer Milan musim panas ini. Suntikan dana 480 juta euro hasil pembelian 48% saham Milan oleh pihak investor Asia yang diwakili oleh seorang pria Thailand bernama Bee Taechaubol pun menjadi angin segar, terutama bagi Milanisti yang amat merindukan kejayaan.

Rumor transfer pemain-pemain Milan begitu cepat berubah sejak berita akuisisi saham ini. Setelah sebelumnya rumor diisi oleh pemain seperti Jose Mauri, Pedro Obiang, Nikola Maksimovic dan para penggawa klub-klub papan tengah Seri A lainnya, kini Milan dihubungkan dengan nama-nama besar Eropa. Namun haruskah keadaan ini disikapi dengan kesenangan berlebih? Tidak, tentu saja. Eskalasi rumor target pemain memang begitu menarik untuk disimak, namun lebih dari itu, tidakkah seharusnya klub ini menempatkan Financial Fair Play (FFP) dan pembenahan struktur gaji sebagai prioritas utama ketika akan membangun kembali?

Katakanlah, anda sudah lima tahun hidup prihatin, plus dengan hutang bank mencapai 2 miliar rupiah. Lalu misalnya anda menemukan sebongkah besar batu akik yang ternyata bernilai 3 miliar rupiah, apakah anda akan memilih untuk berfoya-foya membeli rumah dan mobil baru namun tidak melunasi hutang terlebih dahulu?

Sepertinya seperti inilah cara Milan dikelola saat ini. Padahal, kerugian mereka tahun 2014 sudah mencapai 91 juta euro, dan biaya gaji dari skuat gemuk mereka mencapai nyaris 100 juta euro. Belum lagi berbicara hutangnya sebesar hampir 300 juta euro. Namun tanpa lebih dulu membereskan persoalan-persoalan besar ini, mereka sudah mengincar nama-nama papan atas?

Senada dengan entri terbaru dari seorang Milanista asal California, Amerika Serikat bernama Elaine, saya juga memiliki kekhawatiran yang sama dengannya. Dalam tulisannya, Elaine telah memaparkan dengan jelas bagaimana manajemen Milan terus mengandalkan solusi instan dan tidak adaptif akan tuntutan pengelolaan sepak bola modern. Sebagai contoh paling mengena, Elaine mempertanyakan urgensi pembelian pemain-pemain bintang ini dibandingkan dengan rencana pembangunan stadion.

Kehausan akan kejayaan memang bisa membuat kita berpikir pendek. Cobalah sesekali pergi menonton kejuaraan sepak bola junior lokal di mana para pemain cilik ini bertanding dengan disaksikan para orang tuanya. Dalam beberapa menit, anda akan melihat sendiri bagaimana perilaku para orang tua ini. Mereka memaki semua orang, mulai dari wasit, pemain lawan, pelatih, bahkan anaknya sendiri ketika gagal mengeksekusi sebuah peluang gol. Tanpa bermaksud menggeneralisir, ini adalah pertunjukan karakter dari sebuah bangsa yang memang tidak pernah menang dalam sepak bola. Padahal dalam ilmu pembinaan pemain muda mana pun, sepak bola kanak-kanak bukanlah soal meraih kemenangan.

Menggapai kejayaan dengan cepat pasca keterpurukan mungkin hanya bisa diwujudkan dalam dunia game. Anda bisa memainkan kode cheat atau apapun di sana untuk memenangkan jagoan dan memukul musuh yang senjatanya berkali-kali lipat lebih canggih. Namun pada kenyataannya, anda tidak bisa langsung menyuruh berlari kepada seseorang yang yang baru pulih cedera patah kaki, kecuali anda adalah The Rock dalam film Fast Furious 7. 

Dibutuhkan kesabaran dan kesadaran untuk membangun Milan dari awal. Jika memang harus menjual 70% anggota skuat utama terlebih dahulu, ya lakukan saja. Dan jika memang harus mulai mengisi skuat dengan pemain-pemain muda dari klub-klub papan tengah Italia, mengapa tidak? Toh memang Milan sudah berada di papan tengah dalam dua musim terakhir.

Jika memang harus menyebut nama, saya lebih suka jika Milan memprioritaskan kedatangan Andrea Bertolacci, Alessandro Romagnoli, Nikola Maksimovic, dan Daniele Baselli untuk disandingkan dengan pemain-pemain yang ada sekarang namun tampil eksepsional musim lalu, seperti Jack Bonaventura, Diego Lopez, atau Stephan El Shaarawy yang sudah mulai kembali pada performa terbaik.

Jika pun memiliki dana untuk membeli pemain bintang, saya berpendapat cukup satu saja untuk setiap lini.