Pages

Monday, July 20, 2015

Ramai-Ramai Melambung

Terciumnya gosip transfer pemain oleh media, tidak bisa dipungkiri menjadi salah satu penyebab melambungnya harga seorang pemain. Dikatakan melambung, karena kenaikan harga yang terjadi sangat drastis –bisa mencapai dua hingga tiga kali lipat dari harga pasar sebenarnya dari sang pemain.

Data komprehensif situs Transfermarkt dapat dijadikan referensi harga pasar pemain –meski tidak mutlak. Sebagai contoh, harga gelandang baru Inter, Geoffrey Kondogbia sebetulnya tidak sampai 20 juta euro menurut situs database berbasis Jerman ini, namun kenyataannya, Nerazzuri harus mengeluarkan cek senilai 40 juta euro untuk menebus pemain berusia 22 tahun ini dari AS Monaco. Cerita yang sama juga berlaku untuk Raheem Sterling, yang dibeli Manchester City dari Liverpool sebesar 49 juta pound. Sebagai ilustrasi, nilai ini lebih mahal ketimbang transfer Zinedine Zidane dari Juventus ke Real Madrid sebesar 46 juta pound tahun 2001 lalu. Komparasi yang boleh jadi one-sided, tapi tetap saja tidak menghilangkan fakta bahwa harga Sterling –yang baru berusia 20 tahun dan belum memenangi apapun- terlalu mahal jika dibandingkan Zidane yang saat itu berstatus sebagai pemain terbaik dunia.

Di samping berita yang diramaikan media, harga pemain juga mengalami eskalasi karena campur tangan dari agen pemain. Seperti diketahui, peran agen pemain, ataupun pihak dengan nama dan dalam bentuk apapun yang menguasai lisensi kepemilikan pemain, memegang peranan amat penting dalam proses negosiasi perpindahan pemain. Terang saja, untuk beberapa kasus, nilai komisi dari para agen ini bisa melebihi 10% dari nilai transfer. Wajar bukan, jika harga pemain akan terus dikipas-kipasi semahal mungkin.

Faktor lainnya, bisa muncul tergantung kasus yang spesifik. Misalnya, preferensi sang pemain untuk bermain di klub tertentu, contoh hal ini adalah pilihan Kondogbia terhadap Inter alih-alih Milan. Atau bisa jadi keinginan klub pemilik untuk tidak menjual pemainnya kepada klub tertentu, misalnya dengan alasan rivalitas tradisional ataupun alasan lainnya.

Hal inilah yang sialnya dialami Milan dalam bursa transfer kali ini. Padahal, perbaikan di tubuh klub milik Silvio Berlusconi ini bukan lagi main-main. Investor dari Asia sudah diberi lampu hijau menanamkan modal, stadion baru siap dibangun, hutang-hutang siap dibereskan, dan direktur-direktur asal Italia sudah diberi garansi untuk tetap mengendalikan klub agar ciri khas tidak hilang. Ini baru dari sisi manajerial saja, dari sisi kepelatihan, Sinisa Mihajlovic -pelatih yang jauh lebih berpengalaman dibanding dua pendahulunya, Clarence Seedorf dan Pippo Inzaghi- resmi ditunjuk. Mihajlovic juga telah diberi kebebasan untuk memilih sendiri staf pelatihnya, juga disediakan budget besar untuk membenahi skuatnya.

Hasil pembenahan skuat juga telah hadir. Andrea Bertolacci, Carlos Bacca, Luiz Adriano, dan Jose Mauri telah menjadi bagian dari keluarga besar Milan. Ditambah lagi, Milan juga telah melepas pemain-pemain yang dianggap tidak lagi diperlukan dan malah membebani biaya gaji seperti Sulley Muntari, Michael Essien, Daniele Bonera hingga Robinho dan Valter Birsa.

Namun hal ini belumlah cukup. Para penggemar yang lebih cerdas sepertinya paham betul bahwa problem Milan teramat kompleks. Dari mulai semangat bertanding atau grinta, kreativitas di sepertiga lapangan lawan, hingga bocornya lini pertahanan yang musim lalu kebobolan 50 gol, atau rata-rata 1,3 kali per laga. Karena alasan itulah kehadiran Bertolacci, Bacca, Adriano dan Mauri dirasa belum cukup.

Para pakar Twitter menganggap bahwa Rossoneri masih memerlukan setidaknya tiga pemain lagi untuk menjadikan tim mereka sebagai penantang serius gelar scudetto. Seorang gelandang tengah dan seorang trequartista handal amat diperlukan untuk membenahi dua departemen sekaligus, yaitu departemen mesin dan departemen penyerangan. Para fans masih berharap Zlatan Ibrahimovic melakukan comeback dan mengisi pos tiga perempat lapangan, sekalipun usia sang pemain sudah terbilang uzur. Sementara untuk posisi gelandang tengah, pemain asal Belgia yang bermain di Zenit St. Petersburg, Axel Witsel, menjadi kandidat yang paling pantas.

Witsel, yang tahun ini berusia 26 tahun, dianggap memiliki atribut kreativitas, power sekaligus pengalaman bermain di level tertinggi. Kehadirannya akan berdampak signifikan bagi lini tengah lesu Milan. Ia akan memberi tambahan perisai bagi lini belakang, memperlancar peredaran darah bola, hingga menjadi ancaman nyata bagi lawan lewat tendangan-tendangan jarak jauhnya. Tetapi Zenit, sang pemilik, juga tidak akan melepas sang andalan dengan mudah. Mengapa?

Pertama, Zenit memperoleh sang pemain dengan harga yang amat mahal, yaitu 40 juta euro. Ia didatangkan dari Benfica tahun 2012 lalu. Sempat menjadi sasaran rasis suporter dan sasaran iri hati rekan setim karena gajinya yang besar, nyatanya Witsel tetap tegar dan kini menjelma sebagai pemain tak tergantikan di lini tengah klub asuhan Andre Villas-Boas.

Kedua, Zenit ingin tetap menjadikan Witsel sebagai poros tim yang ingin berprestasi lebih baik di Liga Champions. Bukan rahasia lagi jika klub yang didukung penuh oleh perusahaan raksasa Gazprom ini sudah lelah hanya menjadi jagoan di tingkat domestik saja, namun masih melempem di Eropa. Melepas Witsel berarti menjauhkan mereka pada target tampil baik di Eropa.

Ketiga, dan cukup krusial, adalah ketertarikan klub-klub lain atas pemain gimbal ini. Milan tidak sendirian mengincarnya, karena Chelsea dan Juventus juga meminatinya. Sisanya adalah hukum demand dan supply, dan posisi Milan amat tidak bagus jika dibandingkan dua pesaing mereka tadi. Sama sekali tidak ada jaminan bahwa Milan akan memenangi perburuan meski mengklaim bahwa Witsel telah menyetujui personal terms yang ditawarkan.

Kasus Witsel juga terjadi sebelas-dua belas pada bek paling potensial Italia saat ini, Alessio Romagnoli. Baru berusia 20 tahun dan menjalani satu musim cemerlang, harga Romagnoli tidak tanggung-tanggung melonjak lima kali lipat ketimbang harga pasar 6 juta euro yang dipampang situs Transfermarkt. AS Roma, klub pemiliknya sekembali pemain ini dari Sampdoria, membanderol 30 juta euro untuk siapapun yang menginginkan jasanya.

Saga Romagnoli menjadi lebih pelik karena ialah yang dianggap kepingan puzzle terakhir yang amat dibutuhkan Milan dalam mengarungi musim yang baru. Romagnoli dianggap memiliki kecakapan teknis untuk membangun serangan dari belakang, sekaligus kemampuan tekel dan duel di udara yang mumpuni. Seorang bek yang bukan lagi sekadar hot prospect, tapi juga telah dibanding-bandingkan dengan para legenda seperti Alessandro Nesta atau bahkan Paolo Maldini. Suporter rasanya masih akan memahami jika Milan gagal mendatangkan Witsel dan Ibra, namun tidak untuk Romagnoli. 

Mengetahui pengharapan Milan yang teramat tinggi, Roma jelas memiliki keleluasaan untuk mempertahankan asking price mereka. Tidak ada kata diskon, turun harga ataupun pertukaran pemain. Mereka juga butuh uang untuk mendatangkan target mereka sendiri, yaitu Edin Dzeko. Jika pun Romagnoli tidak jadi dilepas, Romanisti pun akan senang karena akan bertambahlah ‘gladiator’ asli Roma lainnya menemani Francesco Totti, Daniele De Rossi dan juga Alessandro Florenzi. Posisi Milan pun semakin sulit karena peminat bek bertinggi badan 185 cm ini juga bertambah, setelah Arsenal dan Chelsea ikut melakukan pengejaran.

Melambungnya harga para pemain incaran ini mau tidak mau membuat Milan menjalankan rencana kedua. Incaran-incaran alternatif ini pun telah diumumkan, yaitu Stevan Savic dan Ezequiel Garay untuk posisi bek tengah, serta Roberto Soriano dan Diego Perotti untuk posisi gelandang. Memang terdengar kurang ‘premium’, namun lebih baik dibandingkan tidak sama sekali.

Sayangnya, untuk para pemain incaran alternatif ini pun, Milan tidak akan mendapatkannya dengan mudah. Savic dikabarkan sudah merapat ke Atletico Madrid (ya, seperti yang mereka lakukan atas Jackson Martinez), sementara Garay sudah berusia 28 tahun dan terhitung terlalu mahal, yaitu 25 juta euro. Milan bisa saja berpaling kembali kepada bek Torino, Nikola Maksimovic, namun seperti yang sudah-sudah, harga Maksimovic sudah pasti akan ‘dilambungkan’ terlebih dahulu. Ya, ramai-ramai melambung.

No comments:

Post a Comment