Pages

Monday, July 13, 2015

Arti Stadion Baru Bagi Milan

Di antara berita-berita transfer Milan yang cukup menggembirakan (jika tidak bisa dikatakan impresif) pada liburan kompetisi ini, muncul berita yang amat menggembirakan, yaitu terkait pembangunan stadion baru.

Rencana pembangunan ini bukanlah berita baru, melainkan telah didengungkan sejak beberapa tahun ke belakang, tepatnya saat kesulitan finansial Milan terkuak telak –seiring penjualan para bintang dan ketidakmampuan mereka mendatangkan penggantinya yang berujung dekadensi prestasi. Rencana ini kemudian mulai dijalankan saat sang patron, Silvio Berlusconi akhirnya membuka pintu bagi pihak lain yang ingin berinvestasi di klub berjuluk Rossoneri.

Februari lalu, rancangan stadion yang akan berada di wilayah Portello dan tepat di sebelah Casa Milan, museum dan toko resmi Milan, telah terdengar media. Digambarkan, Milan akan membangun stadion di wilayah yang masih masuk hitungan pusat kota Milan, yaitu hanya berjarak 2,5 km dari kawasan Duomo di Milano atau Galeria Vittorio Emanuele II. Berbeda dengan lokasi stadion San Siro milik pemerintah daerah yang selama ini mereka gunakan bersama FC Internazionale, di mana stadion ini berjarak 9 km dari Duomo.

Dan tepat tanggal (7/7) yang lalu, Milan akhirnya mendapatkan jawaban positif dari pemilik lahan, yaitu Fondazione Fiera Milano untuk membangun stadion yang akan berkapasitas 48 ribu penonton ini. Anggukan kesetujuan dan penandatanganan berkas perjanjian ini –meski tidak disebutkan dalam rilis pernyataan resmi kedua belah pihak- tidak dapat dilepaskan begitu saja dari akuisisi sebagian saham Milan kepada investor asal benua Asia yang diwakili oleh Bee Taechaubol, seorang pengusaha asal Thailand.

Stadion ini tentunya akan digunakan mereka sendiri, tidak lagi berbagi dengan klub lain. Dari stadion ini, Milan juga dapat membuka episentrum gaya hidup yang baru dengan cara menyewakan restoran, pusat perbelanjaan hingga hotel. Pusat kegiatan, rekreasi dan gaya hidup. Tipikal penggunaan stadion modern yang tentu saja akan menambah pendapatan klub secara signifikan.

Proyek besar ini, seperti dikatakan joint-CEO mereka yaitu Barbara Berlusconi, memang belum final. Proses “ketok palu” dan peletakan simbolis batu pertama masih harus melalui berbagai izin dari pemerintah setempat, meski banyak pihak berpendapat bahwa hal ini hanyalah formalitas. Meski demikian, “(Kota) Milan akan melangkah seperti kota London” merujuk pada perkataan Barbara dalam komparasi kota Milan dengan London, melihat begitu banyaknya klub-klub sepak bola berbasis di London yang sebagian besar telah memiliki stadion sendiri.

Pernyataan ini sekaligus menjadi jawaban atas kepastian nasib Inter Milan, yang juga memiliki proyek stadion baru. Dengan menyisakan beberapa dokumen formalitas legal, Milan akan memulai proyek pembangunan dalam beberapa bulan ke depan, di mana hal ini memudahkan rencana Inter untuk menggolkan proyek mereka membeli dan merevitalisasi San Siro. “Dengan memiliki dua stadion, kota Milan bisa menjadi pelopor (di Italia),” ujar Marco Fassone, salah satu direktur Nerazzuri.

Menuju Modernisasi = Lepas Dari Tradisi
Dari stadion baru, Barbara yang juga putri dari Silvio Berlusconi menyatakan bahwa Milan setidaknya dapat meraih tambahan pendapatan senilai 50-80 juta euro. Bagaimana hitung-hitungannya? Sederhananya seperti ini:

Rata-rata harga tiket (+/- 50 euro) x +/- 45.000 penonton = 2.250.000 euro per pertandingan.

Dalam satu musim kompetisi liga domestik, Milan minimum menggelar laga kandang sebanyak 19 kali. Jadi total semusim, Milan akan mendapatkan sekitar 40 juta euro. Ini baru dari sektor penonton, belum menghitung penyewaan ruangan dan lapangan untuk acara non-sepak bola yang bisa saja mencapai 10 juta euro per tahun. Ditambah lagi, kemungkinan penjualan stadium naming right yang bisa menghasilkan 10 juta euro per tahun. Dan jangan lupa, asumsi ini hanya berlaku untuk kompetisi liga domestik saja, belum termasuk ajang kompetisi antarklub Eropa.

Pendek kata, ucapan Barbara bahwa Milan dapat menyisihkan uang untuk pembelian pemain baru per musimnya bukanlah omong kosong belaka. Milan dapat mengikuti Juventus sebagai klub Italia pertama yang memiliki stadion sendiri, juga mengikuti proyek Roma dan Udinese yang saat ini tengah memulai pembangunan stadion, dan dalam skala yang lebih besar, Milan juga akan berdiri sejajar dengan klub-klub papan atas lain yang telah lama menikmati guyuran fulus dari kepemilikan stadion.

Bagaimanapun, tidak melulu aspek finansial jika membicarakan klub sepak bola. Ada romantisme, sejarah dan kenangan-kenangan yang harus ditinggalkan seiring langkah relokasi mereka dari San Siro. Stadion terbesar di Italia ini tidak bisa dilepaskan dari sejarah kesuksesan (dan kegagalan) Milan. Romantisme semacam ini tentu tidak dapat dikesampingkan begitu saja, terlebih jika para legenda seperti Franco Baresi dan Gianni Rivera telah angkat bicara.

Menurut Rivera, mendukung Milan selain di San Siro akan terasa berbeda. Sementara Baresi dengan senada juga mengatakan bahwa San Siro telah menyimpan banyak kenangan. Namun kedua legenda ini juga mengemukakan bahwa inilah satu-satunya cara bagi Milan jika ingin terus menjadi klub papan atas di Italia dan juga di Eropa.

Keputusan ini, tentu saja menjadi kabar gembira bagi kubu Inter. Mereka tidak perlu meninggalkan rumput bersejarah dan tiang gawang San Siro, meskipun untuk itu mereka harus mengeluarkan banyak uang, bahkan amat mungkin lebih banyak ketimbang 300 juta euro yang akan digelontorkan Milan dalam proyek stadion di Portello. Inter harus lebih dahulu membeli San Siro (Oke, Giuseppe Meazza) kepada pemerintah setempat, lalu mereka juga harus mengeluarkan biaya besar untuk merenovasi stadion. Si Merah membuka lembaran baru, Si Biru melanggengkan memori.

Lalu bagaimana pengaruh proyek ini pada kelompok suporter kedua klub? Apakah masih ada sebutan Curva Sud bagi Milanisti atau Curva Nord bagi Interisti, mengingat sebutan ini tercipta atas pembagian ‘lapak’ mereka ketika masih berbagi San Siro, ketika mereka bergantian mendukung tim kesayangan dari pintu dan kursi yang sama, ketika Derby Della Madonnina yang megah itu begitu khas dengan latar pemandangan San Siro. Romantisme seperti ini, kelak akan berganti tempat, atau bahkan berbagi bentuk.

Namun setidaknya, cerita ini toh tidak akan memadamkan rivalitas dan gengsi di antara kedua kubu yang telah berlangsung lebih dari seabad. Karena kota Milan, publik sepak bola Italia dan bahkan publik sepak bola dunia akan tetap menantikan derby panas antara kedua tim. Keberhasilan proyek stadion baru Milan, berarti pula keberhasilan Inter membeli San Siro, sekaligus kebangkitan bagi dua tim kota mode untuk kembali ke papan atas Italia sekaligus Eropa, karena duo Milan ini telah 10 kali merebut Liga Champions (Milan 7, Inter 3), lebih dari kota-kota lain di Italia, dan hanya mampu disamai kota Madrid di Eropa.

1 comment:

  1. Fondazione Fiera Milano untuk membangun stadion yang akan berkapasitas 48 ribu penonton ini, jangan lupa pasang tim favorit anda bersama agen taruhan bola terpercaya

    ReplyDelete