Pages

Tuesday, April 15, 2014

Perjuangan Si Anak Punk

Anda ingin dicap sebagai penggemar sepak bola yang unik dan berbeda dari yang lain? Saran saya mulailah memperhatikan Atletico Madrid, tontonlah pertandingannya, koleksilah jersey-nya. Anda akan sekeren dan sekece penggemar baru Bayern Muenchen dan Borussia Dortmund.

Berbicara Atleti, berarti membicarakan tim underdog. Secara alamiah, tidak semua orang menyukai hegemoni. Bayern Muenchen adalah penguasa baru, Real Madrid atau Barcelona adalah penguasa lama, sementara Chelsea meski baru 1 dekade ini menggebrak namun sudah 7 musim beruntun lolos ke semi final Liga Champions. Atleti? Mereka hanyalah anak bau kencur dibandingkan 3 semifinalis lainnya.

Jika diibaratkan sebagai anak musik, Atleti ini seperti anak punk. Bermodal tampang gahar, penampilan urakan, musik yang berisik dan minim pertunjukan skill. Mereka tidak peduli pada kord miring atau solo gitar yang keriting. Mereka hanya ingin meluapkan ekspresi seliarnya, berteriak sekenanya, dan melawan segala bentuk kemapanan meskipun hanya sepukul dua pukul.

Oleh masyarakat, anak-anak punk mungkin dijauhi. Mereka dicap suka berbuat onar, gak jelas, dekil dan stereotip-stereotip beserta generalisasi lain yang memang sudah terdoktrin. Tapi jangan lupa, mereka kini adalah underdog. Seorang underdog bisa berubah dari troublemaker menjadi liberator. Lihatlah sosok Bane dalam film Batman. Coba katakan, Bane itu penjahat atau liberator?

Atleti bukanlah Bayern Muenchen yang begitu digdaya, rapi, intelek dan kece. Bayern seperti halnya musik band Dream Theater yang begitu presisi, rumit, rigid, megah dan berkelas. Apakah semua suka musik seperti itu? Tidak juga.

Bagaimana dengan Real Madrid? Madrid itu seperti musisi Glam Rock yang dulunya berjaya, namun sekarang masih mencoba mengumpulkan puing-puing kejayaan. Proyek megah senilai MRT Jakarta seperti Los Galacticos jilid 1 dan 2 terus digulirkan namun hasilnya masih nihil. Terakhir kali mereka merebut Champions League adalah tahun 2002 saat Zinedine Zidane cs sukses mengandaskan pasukan Cristoph Daum, Bayer Leverkusen.

Kalo Chelsea itu seperti musik apa? Hmm mungkin seperti musik dance, elektrik dan hip-hop yang digemari mayoritas anak-anak muda. Mereka lamban di intro, lalu menghentak di chorus, lalu mengakhiri lagu dengan klimaks. Persis seperti gaya Jose Mourinho.

Jadi, 'musik' apakah yang akan berkumandang di Lisabon nanti? Mampukah anak-anak punk asuhan Diego Simeone membuat kejutan?

No comments:

Post a Comment