Pages

Friday, March 22, 2013

Mattia De Sciglio Effect

The Debut


Siapakah bek kiri timnas Italia di Piala Dunia 2006? Fabio Grosso. Euro 2008? Fabio Grosso bergantian dengan Gianluca Zambrotta. Piala Dunia 2010? Domenico Criscito. Euro 2012? Federico Balzaretti atau Giorgio Chiellini atau Emanuele Giaccherini sekali melakoninya di partai pembuka kontra Spanyol.

Lalu bagaimana dengan Piala Dunia 2014?

Paolo Maldini mapan menghuni posisi bek kiri sejak Euro 1988. Sejak Maldini bergeser ke posisi bek tengah di Piala Dunia 2002, posisi bek kiri Italia terus berganti pada nama-nama yang telah disebutkan di atas. Di Piala Dunia 2014 nanti, Prandelli dihadapkan pada beberapa pilihan.

Giorgio Chiellini adalah bek kiri natural, sebelum potensi terbaiknya ditemukan di sentral pertahanan. Chiello bisa saja dimainkan sebagai bek kiri, dengan menempatkan Andrea Barzagli-Leonardo Bonucci di sentral pertahanan. Federico Balzaretti bermain apik di Euro 2012 lalu, namun tahun depan ia sudah berusia 33 tahun. Oke, usia 33 tidak terlalu masalah, namun melihat performa kurang konsisten Balza di AS Roma musim ini, rasanya Prandelli perlu mencari calon lain.

Domenico Criscito sebenarnya berpotensi besar. Ia mencicipi kompetisi Rusia bersama Zenit St. Petersburg, dan bersama Zenit, ia tampil reguler di Liga Champions, hal yang membuatnya matang. Namun karena tersangkut skandal, karir Criscito di level tinggi agak terancam. Prandelli semula akan menempatkannya sebagai pemain inti di Euro 2012 lalu sebelum kasus ini mencuat.

Kini Criscito dilanda cedera lutut yang mengharuskannya dioperasi. Bek berusia 26 tahun ini harus menepi beberapa bulan. Butuh waktu untuk mengembalikan performa terbaik sekaligus “memutihkan” nama di mata pelatih Cesare Prandelli.

Rangkaian cerita dekadensi bek kiri ini seperti menyeret seorang pemua asli Milan bernama Mattia De Sciglio ke tim nasional. Hidup itu seperti menyusuri jalan penuh persimpangan, kita tidak tahu ada apa di balik belokan kanan atau kiri kita. Begitu pula De Sciglio, perjalanannya begitu berwarna dalam dua tahun ke belakang.

Di Milan, De Sciglio juga mendapat kesempatan unjuk kemampuan setelah menurunnya performa Luca Antonini dan menuanya Gianluca Zambrotta. Di musim ini kala performa Ignazio Abate juga sempat menukik, De Sciglio memberi rasa aman bagi lini belakang Rossoneri, sekaligus memberi warna serangan Milan lewat kemampuan crossing apiknya.

De Sciglio kemudian mendapat berkah seiring peremajaan Milan. Ia diberi kostum bernomor punggung 2, nomor yang dipakai Cafu, bek kanan terbaik Milan dalam sepuluh tahun terakhir yang juga idola De Sciglio. De Sciglio adalah produk akademi Milan terakhir yang langsung “dijebloskan” ke tim inti, dan bermain secara reguler. Perjalanan karirnya sungguh mirip Paolo Maldini yang langsung paten di musim keduanya.

De Sciglio menjadi figur yang “dijual” Milan dalam profil akademi mereka. Milan seperti melupakan peran akademi ini sejak angkatan Maldini. Sebelumnya ada Michelangelo Albertazzi yang disebut-sebut berbakat, namun hingga kini masih belum mendapat kesempatan. Sejak De Sciglio menembus tim inti, Milan memang memebenahi betul sektor akademinya, ditambah fakta bahwa Milan bukanlah klub yang mampu membeli dan menggaji pemain mahal kini.

De Sciglio effect ini membuat publik mulai menyebut-nyebut Cristian Maldini, Hachim Mastour, Bryan Cristante, Simone Andrea Ganz dan juga Mattia Valoti. Mereka menanti kesempatan yang diberikan Max Allegri untuk mengenakan kostum merah-hitam.

Setelah hanya dipandang biasa saja, kini publik melihat De Sciglio secara utuh, meski kadang dengan kritikan. Debut De Sciglio di tim Azzuri akhirnya terjadi lawan Brazil (21/3) lalu setelah namanya hanya dimasukkan dalam skuat pada friendly game kontra Inggris, Agustus lalu. De Sciglio menjadi starter bersama Cristian Maggio, Barzagli dan Bonucci dalam empat bek sejajar Italia. Sebuah debut yang mungkin sulit ia lupakan.

Italia tertinggal 0-2 setelah Fred dan Oscar membobol gawang Gigi Buffon. Ironisnya, kedua gol berada di posisi kiri pertahanan, yang dihuni De Sciglio. Gol pertama memang kesalahan kolektif, namun gol kedua adalah kombinasi skill inidividu Neymar dan terlambatnya De Sciglio menutup ruang gerak Oscar.

De Sciglio akhirnya diganti Luca Antonelli di menit 74. Debut yang cukup mengesankan meski salah satu kekhilafannya berbuah gol bagi lawan. Tidak ada yang perlu dibesar-besarkan dari kesalahan itu, toh itu hanya pertandingan uji coba. Italia telah menemukan calon bek kiri handal dalam diri pemuda ini. Bek kiri handal yang berposisi natural bek kanan. Kehadirannya di sebuah turnamen seperti membawa dua pemain saja.

De Sciglio memiliki identitas Milan dalam permainannya. Ia banyak tersenyum, banyak belajar, banyak berguru. Ia juga memiliki sentuhan-sentuhan elegan khas defender Milan, seperti Maldini. Ia rendah hati dan terlihat hanya ingin fokus pada sepak bola. Ia berbadan kurus sehingga memudahkannya untuk bergerak menyusur lapangan. Badan kurusnya itu bahkan sempat menimbulkan cerita bahwa ia pernah ditolak masuk akademi Inter Milan. Betapa ruginya mereka.

Ah sudahlah, laga debut De Sciglio tetaplah fenomenal. Tidak mudah menghadang negara yang akan sangat berambisi memenangi Piala Dunia tahun depan, tidak mudah meladeni kecerdikan Neymar dan Oscar. Pelajaran langka didapat De Sciglio yang pastinya akan memekarkan karirnya bersama Italia ataupun Milan. Meski posisi starter belum dalam genggaman, pencapaian De Sciglio sejauh ini jelas sebuah cerita epik yang memang patut dijadikan contoh bagi siapapun.

Sekarang ini, nikmati saja De Sciglio effect!

No comments:

Post a Comment