Pages

Wednesday, October 31, 2012

Come-back nanggung!

Il Faraone kembali jadi penyelamat, namun Bojan patut dipuji


Sebuah display kurang memuaskan kembali dipertontonkan Milan semalam lawan Palermo. Milan sebelumnya mampu mengalahkan Genoa 1-0 meskipun dengan performa buruk. Lawan Palermo kemarin, Milan butuh semangat ’45 untuk mengejar ketertinggalan 2 gol dari tuan rumah.

Allegri menyadari bahwa dengan formasi 3-4-3 lawan Genoa sebelumnya, lini tengah Milan kurang tenaga dan berjarak terlalu jauh dari belakang, serta tidak mampu mengalirkan bola ke depan. Allegri lalu kembali ke pendekatan konservatif dengan mengusung 3-5-2 dengan harapan penumpukan pemain di lini tengah akan membantu Milan menguasai pertandingan.

Namun apa yang terjadi dari penggunaan 3-5-2 adalah bencana. Milan membiarkan Palermo meraja lela, Palermo yang dimotori dua pemain senior Franco Brienza dan Fabrizio Miccoli tampil trengginas menyayat pertahanan rapuh Milan. Serangan Milan di babak pertama praktis hanya dengan percobaan tendangan jarak jauh, yang juga sering gagal. Palermo seharusnya bisa menutup pertandingan sejak babak pertama jika Miccoli lebih dingin lagi di depan gawang.

Di babak kedua, Allegri memasukkan Urby Emanuelson menggantikan Mathieu Flamini. Allegri kembali ke 3-4-3-. Masuknya Emanuelson memberi dimensi kelebaran permainan karena pergerakan Emanuelson yang memang cenderung ke sayap kanan. Kombinasi Emanuelson dan Ignazio Abate memang berkali-kali membuahkan crossing ataupun tusukan dari sisi kiri pertahanan lawan, seperti saat lawan Genoa. Namun posisi yang ditinggalkan Abate (as usual) dimanfaatkan oleh Franco Brienza dengan tendangan placing cantik yang membuat Renzo Barbera bergemuruh.

Kepala Allegri sepertinya pecah begitu gol itu tercipta. Segeralah dia melakukan pergantian panik tapi masuk akal. Alexandre Pato diganti Bojan Krkic, Mario Yepes diganti Giampaolo Pazzini. Dan Allegri bermain dengan 4-2-4. Benar saja, sepertinya Bojan Krkic sedang on fire dan langsung memberikan immediate effect lewat tusukan-tusukannya. “that’s what Milan need!” seru komentator.

Kontribusi Bojan nyata ketika assistnya membuat Riccardo Montolivo mencetak gol balasan saat adzan subuh berkumandang di Indonesia. Seperti menyiram bensin pada api, Milan makin bernafsu menyerang hingga akhirnya the golden boy Stephan El Shaarawy membuat hati publik Barbera hancur berkeping-keping layaknya confetti pada sebuah pesta. Sayangnya, hanya sebatas itulah come-back yang bisa dilakukan Milan karena Bojan yang di menit-menit akhir mendapat peluang, kemudian menyia-nyiakannya.

Apa lagi pembelaan Allegri? Dia pasti akan membela skuadnya yang sudah tampil heroik di sisa setengah jam terakhir. Namun Mister Alle, pertandingan itu 90 menit, bukan 30 menit. Palermo walaupun memang hebat di kandang, namun mereka kini adalah penghuni zona degradasi. Seandainya saja Allegri lebih berani memegang kendali permainan sejak awal, mungkin hasilnya berbeda.

Milan memang dilanda krisis hasil, namun serangkaian kekalahan yang diderita tidak ada yang skornya lebih dari 2 gol, semua berselisih satu gol. Hal itu memang bukan hal yang bisa dibanggakan juga, tapi setidaknya skuad ini sebetulnya memiliki potensi untuk meraih hasil lebih baik. Bagusnya, kini Milan sudah mulai bermain berbeda dengan keberanian para gelandang menusuk hingga kotak penalti lawan, seperti yang dilakukan Montolivo.

Penampilan Bojan juga patut diapresiasi karena anak ini lebih percaya diri melakukan tusukan dan gocekan. Banyak pergerakan bagusnya yang membuahkan pelanggaran. Bojan, menurut saya adalah Man of The Match pertandingan semalam. Pato? Well, bagaimanapun dia adalah striker muda dengan rasio gol tinggi untuk Milan. Dia pantas diberi kesempatan untuk mulai kembali membuka kran golnya, karena saat dia mulai mencetak gol, akan sulit menghentikannya.

Perkembangan terakhir, Silvio Berlusconi nampak sudah menyerah dengan Milan, merasa tidak mampu lagi mengelola rossoneri. Sheikh Hamad bin Khalifa Al Thani, pengusaha yang tergabung dalam Qatar Investment Authority (QIA) yang juga pemilik Malaga dan masih saudara dengan Nasser Al Khelaifi pemilik Paris Saint Germain.

Setelah gosip penjualan Milan kepada keluarga Ferrero dan juga perusahaan minyak raksasa Gazprom, kini nama Al Thani yang muncul. Owner turbulence ini diyakini memang akan terus menghiasi perjalanan Milan musim ini.

Entah bagaimana skema yang akan dijalankan, yang jelas kegagalan investasi Al Thani pada Malaga akibat konflik kepemilikannya dengan sesama anggota QIA di PSG seharusnya menjadi pelajaran. Ada kemungkinan Berlusconi bakal menjual sebagian saja saham Milan, ataupun menggunakan uang Al Thani ataupun Gazprom tersebut melalui skema sponsorship sehingga konflik kepemilikan tidak terjadi.

No comments:

Post a Comment