Pages

Wednesday, August 6, 2014

Menyaksikan Langsung Umpan Diagonal Pirlo

Cepat, klinis dan tidak sekadar menunggu bola di kotak penalti lawan adalah ciri seorang second striker klasik. Dan kira-kira dua tahun lalu saya berkesempatan menyaksikan seorang mantan pemain yang mengusung gaya tersebut. Dialah Andriy Shevchenko. Di stadion GBK kala itu, saya menyaksikan Sheva yang bermain untuk Milan Glorie.

Sedikit memodifikasi gaya bermain lantaran usia, Sheva kemudian menjadi seorang target man yang berada di antara dua bek tengah lawan. Dalam sebuah kesempatan ketika berhasil lolos dari jebakan offside, Sheva membobol gawang tim gabungan Indonesia dengan sebuah penyelesaian akhir yang amat dingin, tidak jauh berbeda ketika ia masih bermain. Sheva seperti bisa mencetak gol bahkan dengan mata tertutup.

Bermain di posisi deep-lying playmaker dapat membuat kita amat menikmati permainan karena dari posisi itulah bola dialirkan ke segala arah. Di posisi itu, siapa lagi yang lebih baik ketimbang seorang Andrea Pirlo. Dan semalam, saya melihat langsung bagaimana Pirlo (susah memotretnya karena kualitas kamera ponsel yang tidak secanggih kamera DSLR andalan para turis kece) mengirim puluhan umpan terobosan diagonal ke sisi kiri pertahanan lawan dengan amat smooth dan effortless dalam latihan terbuka klub Juventus. Pirlo seperti bisa mengirim umpan bahkan dengan mata tertutup.

Saya tidak ingin membahas detail statistik Pirlo bermain, atau bagaimana perannya secara taktikal karena sudah ada 12334565437 orang yang telah membahasnya. Yang saya ingin kedepankan adalah bagaimana Pirlo mengirim umpan.

Passing, passing, dan passing adalah senjata mematikan dalam sepak bola kekinian. Banyak tim yang amat terobsesi dengan passing, namun lupa bahwa gol harus dicetak. Namun banyak pula tim yang memang mengusung gaya possession football demi meruntuhkan sistem pertahanan lawan lalu kemudian mencetak gol ketika pertahanan tersebut melonggar. Bisa melakukan simple passing dengan presisi adalah keahlian yang dibutuhkan untuk menyusun serangan.

Simple passing atau umpan pendek mendatar yang dikirimkan kepada rekan terdekat terlihat amat sederhana dan mudah dilakukan. Namun jika simple passing tersebut dilakukan 10-20 kali dalam satu serangan, dan dalam satu babak terjadi 20 serangan, bayangkan betapa pentingnya kebisaan seorang pemain melakukan sebuah simple passing. Sepak bola jaman sekarang bukanlah mendribel bola melewati dua-tiga pemain lanjut berlari dengan heroik, lalu seolah tidak masalah untuk mengirim umpan yang salah. Sepak bola jaman sekarang adalah seperti yang digambarkan oleh pelatih rekaan bernama Erick Dornhelm kepada pemain yang juga rekaan bernama Santiago Munez dalam sebuah sesi latihan yang juga rekaan dalam film bertema sepak bola berjudul Goal.

Bagi Pirlo, mengirim umpan terobosan diagonal ke sisi sayap maupun umpan terobosan ke kotak penalti mengalahkan perangkap offside sudah seperti seorang Sergio Busquets mengirim umpan pendek kepada Xavi (Hernandez) atau (Andres) Iniesta untuk mengolah permainan Barca.

Tanpa bermaksud membandingkan Pirlo dengan Busquets, apa yang dilakukan Pirlo secara kasat mata terlihat lebih menentukan. Ia tidak sekadar mengirim umpan diagonal, namun juga menjadi algojo bola mati atau bahkan melakukan dummy running yang akan berperan langsung pada gol yang tercipta. Dengan karakter unik dan kebisaan yang  jarang dimiliki pemain lain, maka tidak heran jika Pirlo akan menjadi pusat permainan tim manapun yang diperkuatnya.

Sesuai dengan judul biografinya, ‘I Think Therefore I Play’, Pirlo adalah pemikir di lapangan. Ia tidak banyak beradu fisik dengan lawan dan jarang melakukan sliding tackle. Ia bermain dengan ratusan skenario untuk membangun serangan, untuk itu sebagian orang menjulukinya sebagai ‘sang arsitek’. Ia sudah teramat berkharisma tanpa harus berteriak dan memarahi teman-temannya. Ia sudah mengalirkan bola sejauh puluhan meter tanpa harus berlari kencang dengan dribel heroik. Entah kapan sepak bola Italia (atau bahkan sepak bola di negeri manapun) mampu memproduksi lagi pemain seperti Pirlo.