Pages

Monday, February 27, 2012

Mengamati Polesan Marcelo Bielsa di Athletic Bilbao

Si Gila dan Fanatik Sepakbola
Saya pernah membahas mengenai semangat primordial di klub asal provinsi Basque, Athletic Bilbao, tempat semangat seperti ini adalah satu-satunya hal menarik yang bisa dibahas jika membicarakan mereka. Tapi tidak di musim ini.

Musim ini bisa dibilang adalah musim yang hebat bagi Bilbao, karena hingga saat ini mereka menduduki peringkat keempat yang berarti mereka menduduki zona kualifikasi Liga Champions. Bicara statistik sejarah, Bilbao adalah tiga serangkai klub La Liga yang belum pernah terdegradasi dari kompetisi kasta tertinggi Spanyol bersama Real Madrid dan Barcelona. Bilbao sudah delapan kali menjuarai La Liga.

Kebijakan terkenal dari klub ini adalah penggunaan pemain muda dari akademi sendiri, dan tentunya hanya mereka yang berasal dari Basque. Transfer pemain pun hanya melibatkan pemain kelahiran Basque, yamg artinya mereka hanya bisa bertransaksi dengan Osasuna dan Real Sociedad di kasta tertinggi liga Spanyol. Tidak memberikan banyak pilihan, bukan?

Basque, yang wilayahnya berada di utara Spanyol, memang menyimpan potensi separatisme. Semangat primordial yang boleh jadi tercetus karena kekecewaan yang dialami akibat pemerintahan diktatorial Jenderal Francisco Franco. Di provinsi ini, hanya Athletic Bilbao yang memegang kebijakan ini. Sementara klub dari Basque lainnya seperti Real Sociedad dan Osasuna membolehkan pemain dari luar Basque untuk bermain di skuadnya.

Bicara prestasi, Bilbao tidak pernah bisa menggusur dominasi duopoli Madrid dan Barcelona dalam dua dekade belakang. Terakhir Bilbao menjuarai La Liga adalah saat saya baru umur setahun yaitu tahun 1984. Di tahun ini pula mereka merebut Copa del Rey dan Piala Super Spanyol.

Selanjutnya, paling keren mereka hanya menjadi runner up La Liga 1998 dan terakhir runner up Copa del Rey dan Piala Super Spanyol 2009.

Semua berubah seiring kedatangan pria asal Argentina bernama Marcelo Bielsa. Bielsa, yang dijuluki El Loco adalah pelatih detail dengan kemampuan taktik luar biasa, serta fanatik dengan sepak bola menyerang. “Sepak bola menyerang adalah cara paling sederhana untuk memenangkan pertandingan dan meraih sukses.” Demikian pernyataan Bielsa mengenai filosofinya dalam melatih.

Simak komentar Iker Muniain, bintang muda Bilbao soal Bielsa ketika wartawan menanyai dia mengenai "kegilaan" Bielsa. "Menurut Anda, Bielsa gila? Tidak.. Tidak benar. Dia lebih gila lagi!" Bagaimana tidak gila, Bielsa sudah menonton ratusan mungkin ribuan video pertandingan sepakbola. Bielsa kabarnya pernah menyuruh pihak klub untuk mengguyur lapangan hingga basah karena mendengar kabar cuaca dia pertandingan Bilbao berikutnya akan berada dalam kondisi hujan!

Sewaktu menangani tim nasional Argentina dan Chili, dia menggunakan formasi 3-3-1-3. Ada alasan di balik pemakaian formasi itu. Biela selalu ingin ada seorang spare-man dalam timnya. Tiga bek versus dua striker lawan, lima gelandang versus empat gelandang lawan, tempat formasi 4-4-2 lazim digunakan di Amerika Latin.

Chili terbukti mampu lolos ke Piala Dunia 2010 setelah delapan tahun absen dari kejuaraan sepak bola terakbar di dunia itu. Tapi di Spanyol, Bielsa bukanlah menghadapi tim dengan mayoritas formasi 4-4-2, melainkan 4-2-3-1. Situasi yang lebih kompleks.

Itulah sebabnya Bilbao mengalami start yang lambat. Dua poin dari lima pertandingan awal adalah hasil dari polesan Bielsa. Metode yang sulit dipahami, mutasi posisi dan proses adaptasi membuat Bilbao mengalami start buruk.

Namun lihatlah di mana mereka sekarang. Bielsa kini mendapat buah dari metode uniknya. Javi Martinez bermain baik di sentral pertahanan walaupun posisi naturalnya adalah seorang holding midfielder.

Bielsa beralasan bahwa menempatkan pemain dengan kemampuan olah bola prima macam Martinez akan memudahkan timnya untuk membangun serangan. Bielsa menuntut beknya untuk tidak sekadar menjadi seorang ball-winner, tapi juga seorang ball-player.

Martinez adalah seorang pemain tengah komplet dan mulai diandalkan di tim nasional Spanyol, namun potensinya untuk menjadi center back coba dimaksimalkan oleh Bielsa. Tingginya yang nyaris dua meter membuatnya mudah untuk memenangi bola atas. 

Berpasangan dengan Fernando Amorebieta dan Mikel San Jose di lini pertahanan membuat pertahanan Bilbao menjadi kokoh.

Bielsa juga mengubah total pendekaan permainan Bilbao. Tim yang semula lebih mirip Stoke City diubahnya menjadi mirip Barcelona. Penguasaan bola dan umpan-umpan pendek cepat menjadi hal mutlak yang diinginkan Bielsa dari anak asuhannya di setiap pertandingan.

Kini Fernando Llorente adalah alternatif yang bisa dicoba oleh Vicente Del Bosque untuk mengatasi problem lini depan Spanyol yang absen ditinggal David Villa, serta absen ditinggal ketajaman Fernando Torres.

Llorente kini telah menjadi penerus Ismael Urzaiz, bomber Bilbao tahun 90-an. Jika dulu Urzaiz selalu ditopang oleh Julen Guerrero sebagai playmaker dan dua sayap Joseba Etxeberria dan Francisco Javier Yeste, kini Llorente didukung oleh Ander Herrera, Iker Muniain dan juga Oscar De Marcos.

Kini, Bilbao menjadi tim paling produktif di liga Spanyol, tanpa menghitung Real Madrid dan Barcelona. Regenerasi Bilbao yang seolah tidak pernah kehabisan bakat alam inilah yang membuat Bielsa menerima tawaran melatih tim ini ketimbang melatih Inter Milan di awal musim 2011/2012.

Permainan pendek dan cepat, pemakaian pemain muda, serta semangat Basque akan menghasilkan sesuatu bagi Bilbao musim ini dan di masa depan. Bakat istimewa, kultur yang kuat dan pelatih hebat akan menjadikan Bilbao sesuatu di musim ini, sesuatu yang mungkin saja bisa diambil dari mereka jika Bielsa pergi musim depan. Ya, musim depan Bilbao bukan tidak mungkin mengganggu Madrid dan Barcelona, jika mereka membenahi lini pertahanannya.

Hasil kerja Bielsa di Bilbao memang menarik banyak pihak, bahkan pihak sebesar Barcelona dan Real Madrid. Jika ingin kompetisi La Liga lebih berwarna dan lebih sulit ditebak, Bilbao harus melakukan segala cara untuk mempertahankan Bielsa. Hal ini juga demi menyelamatkan kompetisi La Liga dari duopoli Barca-Madrid.

Friday, February 24, 2012

Milan (tidak) Tergantung Ibrahimovic

Semasa kecil di lapangan sepak bola, sudah tercipta image bahwa yang paling jago di lapangan adalah seorang striker. Striker dalam sebuah tim sepak bola anak-anak biasanya adalah sosok yang memiliki keunggulan fisik dibanding teman-temannya. Lari cepat, tendangan keras, gocekan mantap adalah skill wajib yang dimiliki striker cilik demi mendapatkan respek dari kawan dan lawan. Ditambah ego besar, karena dirinya selalu ingin menjadi yang terbaik, ingin dipandang dan menjadi pemimpin tidak resmi dimata kawan-kawannya.

Tapi, orang macam ini biasanya punya kelemahan yang nyata yaitu sifat pemarah. Kekuatannya tidak akan ada artinya jika emosinya terpancing. Provokasi lawan atau kegagalan mencetak gol sering kali membuat pemain hebat ini justru merugikan tim sendiri.

Saya punya teman masa kecil yang memiliki sifat persis seperti itu. Memiliki sepasang kaki yang kokoh dan sifat yang selalu ingin dipuji, teman saya itu sering membuat lawan gentar dengan kekuatan tendangan dan determinasinya.

Namun di banyak kesempatan, terutama dalam pertandingan besar, teman saya ini tidak mampu mengontrol emosinya. Berkelahi di lapangan tidak jarang dilakukannya, walaupun setelah itu dia menyesal.

Siapa yang tidak kenal Zlatan Ibrahimovic. Milan sungguh beruntung memiliki striker jangkung yang punya skill olah bola ajaib ini yang membuatnya dijuluki Ibrakadabra. Ibra diakui dunia sebagai striker dengan skill terbaik, walaupun sering terkesan malas mengejar bola.

Meski peran utamanya adalah sebagai finisher, justru dia sering memberi assist yang berkelas. Di Milan versi Max Allegri, Ibra memiliki tuntutan permainan yang berbeda.

Allegri memang mengakui bahwa dia menjadikan Ibra sebagai pusat permainan timnya. Memberikan bola kepadanya lalu menjadikannya pencetak gol utama. Di banyak kesempatan, muncullah Ibradependencia atau ketergantungan pada Ibra.

Namun di Milan, Ibra tidak melulu diberi peran mencetak gol. Jika sedang diserang, Ibra sering terllihat membantu pertahanan, kadang pula dia menjadi seorang false-nine, bahkan false-ten yang membuat lawan sulit menjaganya. Milan-nya Allegri adalah Milan yang dinamis.

Allegri menyukai pemain-pemain yang banyak berlari dan aktif melakukan pressing. Karena itulah pemain-pemain seperti Mark Van Bommel, Kevin Prince Boateng, dan Antonio Nocerino menemukan mojo-nya di Milan, sementara pemain stylish macam Andrea Pirlo dibuang.

Memiliki Ibra adalah jaminan memenangkan gelar liga, dan itu sudah terbukti di sepanjang kariernya. Kini manajemen membidik target lebih tinggi lagi yaitu gelar Scudetto dan juga Liga Champions, ketika Ibra belum pernah meraihnya.

Pada pertandingan first knock-out minggu lalu, Milan berhasil memenangi leg pertama secara meyakinkan 4-0 atas Arsenal. Walaupun segalanya bisa terjadi di Emirates Stadium, Allegri telah mematahkan trauma Milan atas klub-klub Inggris. Dan lebih menggembirakan lagi, Ibra mencetak gol di laga itu.

Di liga Italia sendiri, Ibra kembali menjadi pesakitan setelah diskors tiga pertandingan akibat tindakan emosionalnya menampar Salvatore Aronica saat melawan Napoli. Kejadian ini mengulangi catatannya musim lalu ketika dia diusir dua kali di putaran kedua seri A, yang membuatnya absen dalam beberapa pertandingan.

Dan sama seperti musim lalu, Milan berhasil melalui pertandingan tanpa Ibra dengan kemenangan. Allegri mampu menjawab tudingan Ibradependencia dengan mengandalkan kolektivitas dan kemampuan banyak pemainnya dalam mencetak gol. 17 pemain Milan sudah muncul di score-sheet, yang merupakan tertinggi di seri A.

Allegri sudah memiliki plan b, yang memungkinkan Milan tetap tampil baik meski tanpa Ibra. Allegri lebih memercayai pemain muda. Ketimbang memainkan Pippo Inzaghi, Allegri lebih memilih Stephan El-Shaarawy sekarang yang permainannya makin menanjak.

Tanpa Ibra yang mengandalkan skill ajaib dan kekuatan fisiknya saat menyerang, Allegri mengubah pendekatan ke arah kecepatan dan kolektivitas. Pemain seperti Kevin-Prince Boateng, Robinho, dan Urby Emanuelson kini menjadi pilar-pilar penting dalam skema tanpa Ibra milik Allegri.

Dukungan manajemen yang brilian di bursa transfer juga amat membantu kerja Allegri, dengan memberikannya banyak pemain-pemain berguna untuk tim. Allegri mampu membuat Maxi Lopez, Djamel Mesbah dan Sulley Muntari langsung tampil bagus dan cepat menyatu dengan skema permainan.

Muntari datang di saat yang tepat. Milan memang memiliki 12 gelandang musim ini, tapi pemain seperti Van Bommel, Claerance Seedorf, Gennaro Gattuso dan Massimo Ambrosini memiliki kondisi fisik yang rentan karena usia dan sebagian lagi seperti Alex Merkel, Alberto Aquilani, Rodney Strasser dan Mathieu Flamini masih berada di ruang perawatan.

Mengandalkan Emanuelson dan Nocerino terus menerus tentu bukan langkah bijak, karena jika mereka cedera maka praktis tidak ada pelapis. Kehadiran Muntari memang penting, walaupun dalam beberapa waktu terakhir permainannya menurun. Ingat, Milan adalah tim yang memiliki reputasi bagus dalam mengembalikan performa pemain yang anjlok.

Dengan mulai kembalinya pemain-pemain cedera dari ruang perawatan, Milan bisa berharap untuk meraih kejayaan musim ini, dengan atau tanpa Ibra di lapangan.

(Tulisan ini juga dimuat di Berita Satu http://www.beritasatu.com/blog/olahraga/1416-milan-tidak-tergantung-ibrahimovic.html)

Monday, February 13, 2012

Denyut sepakbola kota Depok


Pendekar Ciliwung
Sabtu (11/2/2012) lalu adalah partai kandang terakhir Persikad Depok di kompetisi Divisi Satu Liga Indonesia. Persikad memiliki 4 partai sisa yang kesemuanya tandang. Partai kemarin mempertemukan mereka dengan Persikasi Bekasi, dimana pada pertemuan pertama di kandang lawan, Persikad menyerah 1-2.

Hanya 5 menit menggunakan sepeda motor waktu yang diperlukan untuk perjalanan dari rumah ke Stadion Merpati, stadion yang buat saya juga menyimpan kenangan sebagai tempat bermain di pertandingan antar kelas pada waktu SMP, 15 tahun lalu. Stadion ini sangat sederhana fasilitasnya. Ruang parkir sempit, tribun yang hanya berkapasitas kurang lebih 1000 orang, dan kondisi rumput lapangan yang tidak rata.

Saya menyaksikan pertandingan di Tribun kelas satu, yang hanya seharga 15 ribu saja. Lagu dangdut dan Ebiet G. Ade membahana menjelang pertandingan, lagu Honky Tonk Woman-nya Rolling Stones mengalun di jeda pertandingan dan panduan dari announcer kocak berlogat Betawi-Depok yang kental adalah a simple happiness. Kalau untuk jalan-jalan ke mal-mal besar di Jakarta, mungkin uang segitu gak ada artinya. Tapi, membelanjakan 15 ribu rupiah untuk menyaksikan sebuah pertandingan grass roots level sepakbola Indonesia ternyata memiliki cerita tersendiri yang cukup menginspirasi dan menyentuh.

Pertandingan sendiri berlangsung menarik. Persikad yang ingin menang mengusung formasi ofensif 4-3-3. Dipimpin kapten Ahmad Sobari yang berpartner dengan Razi dan Imran di lini tengah, Persikad tampil mendominasi permainan. Sementara tim tamu bermain defensif dengan memasang hingga 5 pemain belakang dan 2 gelandang bertahan dalam skema 5-4-1. Persikad akhirnya menang tipis 1-0 melalui strikernya yang bernama Aidil setelah sundulannya hasil umpan lambung Sobari tidak mampu dibendung kiper lawan. Aidil adalah salah satu peserta seleksi Timnas U-21.

Dua minggu lalu saat melawan Perserang Kab. Serang, saya sama sekali tidak mengenal pemain-pemain Persikad. Tapi kini dengan modal sebuah koran lokal dan mem-follow akun twitter @superdepokcyber yang dibuat oleh salah seorang suporter loyalnya, saya mulai akrab dengan klub berjuluk Pendekar Ciliwung ini.

Pengetahuan saya makin bertambah setelah secara kebetulan saya duduk menonton disebelah seorang Ibu yang ternyata adalah istri dari seorang staf pelatih dari Persikad. Dari beliau, saya mendapat cukup banyak cerita mengenai pasang surut klub ini.

Saya tahu kalau tim ini benar-benar dalam kondisi yang memprihatinkan. 2008 adalah tahun awal kehancuran tim saat Pemerintah setempat memutuskan untuk menyetop anggaran dana untuk operasional klub. Imbasnya, gaji pemain tidak dibayar hingga 10 bulan. Seperti posting di blog saya http://footballerwannabe.blogspot.com/2012/01/pleasure-of-watching-grassroots-level.html beberapa waktu lalu, saat itu padahal Persikad sedang meniti jalan menuju Kompetisi Divisi Utama Liga Indonesia (kala itu belum ada ISL, jadi Divisi Utama adalah kompetisi kasta tertinggi sepakbola Indonesia).

Persikad sempat diperkuat pemain-pemain asing yang cukup bagus seperti J.P. Boumsong (sekarang Persiram), Yusuke Sasa (sekarang Persikabo) dan Nana Onana (sempat di Persija) dan beberapa pemain Indonesia berkelas menengah seperti Nana Priatna, Guntur Gunawan, Syahroni, Irfan Sapari dan Nehemia Solossa. Di klub Persikad juga Muhammad Roby mengawali karir sepakbolanya, bahkan Syamsir Alam dan Irfan Bachdim juga dikabarkan pernah berlatih disini.

Krisis keuangan yang parah membuat tim tidak mampu menggelar dua pertandingan kandang, yang berakibat hukuman degradasi dari Divisi Utama ke Divisi Satu serta larangan berkompetisi di Divisi Satu selama setahun. Sepakbola kota Depok lalu mati suri. Seorang pemain yang mengalami cedera patah tangan bahkan harus merogoh kocek pribadi untuk biaya operasi.

Dari Ibu tadi saya mendapat informasi terkini tim ini. Kini dengan bantuan dari seorang tokoh lokal perorangan yang tidak dia ungkapkan identitasnya, Persikad mencoba bangkit. Dengan regulasi yang membatasi usia pemain hingga 23 tahun saja, Persikad diperkuat pemain-pemain muda. Pemain seperti Razi, Ahmad Sobari, Syukron, Tri Sumantri, Agung dan Aidil kini menjadi tulang punggung tim guna perjuangan mereka meloloskan diri ke Kompetisi Divisi Utama. Jika lolos ke Divisi Utama, Persikad diperbolehkan kembali untuk diperkuat pemain-pemain senior.

Persikad sekarang berbeda dengan Persikad yang kala itu diperkuat beberapa pemain asing dan bersaing di papan atas Divisi Utama. Sekarang, tim Persikad tidak memiliki Training Camp, mess atau sejenisnya. Tidak adanya fasilitas standar klub sepakbola tersebut membuat para pemain harus berada dalam kondisi prihatin. Mereka bahkan harus pergi ke stadion secara sendiri-sendiri tanpa menggunakan bus tim saat pertandingan. Begitu pula persoalan gizi pemain yang biasanya diatur oleh seorang ahli nutrisi, kini hanya diserahkan kepada masing-masing pemain, yang tentu berakibat buruk bagi pemain. "Banyak yang sakit mas, ada beberapa yang kena thypus segala, gara-gara pola makan gak diatur akibat ketiadaan mess." Kata Ibu tadi.

Ya begitulah Persikad sekarang. Jauh dari kemewahan yang umumnya didapat oleh tim sepakbola. Jersey original pun belum diproduksi, jadi gak ada tuh kita melihat seragam biru khas tim ini dipakai oleh penonton yang hadir di Stadion Merpati.

Sisa 4 pertandingan tandang akan menentukan nasib tim ini. Jika setidaknya mampu menduduki posisi runner-up, mereka akan lolos ke babak selanjutnya yang akan dibagi kembali menjadi grup baru. Mirip model kualifikasi Piala Dunia zona Asia-Oseania.

Walaupun bukan asli Depok, saya tetap memiliki ikatan emosional dengan kota ini. Saya sudah tinggal 20 tahun disini dan tentu saja berharap olahraga sepakbola menjadi bagian dari kota ini, menjadi khas kota ini. Denyut sepakbola kota ini masih ada, semoga ada pihak-pihak yang peduli untuk memberikan bantuan bagi klub ini. Menyalurkan talenta-talenta emas sepakbola Indonesia dari kota ini.

Sunday, February 12, 2012

SSB asing, Akademi Nusantara dan Pengiriman Timnas Junior ke Luar Negeri

Kids, our future


Saya terkagum-kagum membaca sebuah headline berita mengenai FC Barcelona yang akan membuka akademi sepakbolanya di Indonesia, September tahun ini. Indonesia patut berbangga bahwa klub sebesar Los Cules mau membuka akademinya. Visi dan misi sekolah yang dinamakan FCB Escola ini sangat mulia dan mantap: menciptakan generasi pemain yang mampu membawa Indonesia ke empat besar Asia dalam waktu 10 tahun dan membawa Indonesia ke Piala Dunia 2026!

Barcelona menambah daftar klub asing yang membuka akademinya di Indonesia. Sebelumnya sudah ada akademi sepakbola Arsenal, Liverpool, Real Madrid. AC Milan, yang dua tahun terakhir ini menggelar Milan Junior Camp -dimana Indonesia dua tahun berturut-turut menjuarai turnamen pengisi liburan sekolah tersebut- juga dikabarkan tengah serius membidik Indonesia sebagai sasaran investasi pemain mudanya.

Barcelona juga diberitakan akan mengirim jajaran staf pelatih langsung dari Spanyol untuk menangani FCB Escola. La Masia-nya Indonesia ini dibentuk dengan visi jangka panjang, yang dipercaya akan menggunakan kurikulum pendidikan sepakbola yang sama dengan apa yang didapat oleh Lionel Messi, Xavi Hernandez dkk. Melihat konsep La Masia yang berupa boarding house, kita mungkin akan melihat FCB Escola dilengkapi asrama, dan mungkin juga mereka akan menggandeng lembaga pendidikan formal di Indonesia untuk dilebur bersama FCB Escola, sehingga siswa mereka mendapatkan pendidikan yang komplit: sekolah formal dan sekolah sepakbola.

Kita juga tahu kalau pendidikan sepakbola di eropa pada umumnya tidaklah semata memperhatikan perkembangan bermain bola. Mereka percaya bahwa sekolah formal akan membentuk hal yang lebih penting dari sekedar tehnik sepakbola, yaitu mentalitas dan intelektualitas pemain. Pendidikan formal juga bentuk antisipasi agar siswa mereka tetap bisa melanjutkan sekolah mereka ke jenjang perguruan tinggi, jika impian untuk menjadi pesepakbola kandas.

FCB Escola yang memiliki program usia 5-11 tahun dan 12-18 tahun serta menargetkan 250 siswa setiap tahunnya ini pastinya memiliki afiliasi langsung dengan tim sepakbola Barcelona. Jadi di masa depan, kita bukan hanya bisa melihat lulusan akademi ini membela tim nasional Indonesia, tetapi juga mengenakan seragam Los Azulgranas.

Saya bukanlah pihak yang skeptis terhadap pendirian akademi sepakbola klub-klub eropa tersebut di Indonesia, hanya mempertanyakan bagaimana muara dari akademi ini serta biaya pendafaran serta biaya bulanan yang akan dibebankan oleh mereka terhadap siswa-siswanya.

Walaupun belum valid, dari informasi yang saya dengar, biaya perbulan untuk FCB Escola adalah 10 juta rupiah per bulan. Coba Anda bayangkan, berapa orang sih potensi siswa yang bisa mereka jaring dengan iuran perbulan yang fantastis itu? Apakah sekolah sepakbola dengan kurikulum Barcelona ini bisa dinikmati oleh banyak lapisan masyarakat kita? Apakah dengan hanya menjaring anak-anak dengan kemampuan ekonomi tertentu saja bisa mewakili seluruh potensi pesepakbola Indonesia, yang justru kebanyakan berasal dari masyarakat kalangan bawah? Apakah mereka akan menutup mata terhadap anak-anak seperti Eriyanto, yang secara ekonomi kurang beruntung tetapi memiliki bakat sepakbola yang luar biasa?

Saya mengkhawatirkan proyek fantastis ini akan sia-sia jika ada hambatan ekonomis disana. Tidak ada yang bisa menjamin bahwa anak-anak yang orang tuanya mampu membayar 10 juta per bulan untuk bersekolah disini akan lebih baik dari anak-anak seperti Eriyanto. Tuhan maha adil, bakat alam sepakbopla tidak mengenal status ekonomi atau apapun juga. Jadi, proyek besar ini boleh jadi memang hanya sebatas sarana promosi yang dilakukan klub-klub asing itu agar semakin dikenal di dunia.

PSSI yang sekarang katanya berorientasi pada pembinaan, akan membuat akademi sepakbola untuk pemain muda dengan nama Akademi Nusantara, yang tersebar di beberapa kota di Indonesia. Kita masih menunggu seperti apa program mereka. Semoga eksekusi program ini sebaik perencanaannya. Mereka berpendapat bahwa program pengiriman anak-anak muda berbakat keluar negeri adalah pemborosan jika hanya menghasilkan sedikit pemain yang dikontrak klub-klub eropa dan amerika latin. Pengiriman timnas junior ke luar negeri ini memang sudah kesekian kalinya, dan hasilnya pun sudah kita sama-sama lihat. Tapi sekali lagi, pengiriman anak-anak berbakat ini keluar negeri bukanlah sepenuhnya kesia-siaan. Pengalaman mereka berada diluar negeri akan membentuk mental yang lebih tangguh dan mudah beradaptasi, serta tidak kalah penting adalah peningkatan kemampuan bahasa asing, yang pastinya berguna bagi mereka dimasa depan.

Bagaimanapun, perjuangan untuk membuat sepakbola Indonesia menjadi lebih baik bisa melalui banyak cara. Keberadaan Sekolah Sepakbola dari klub-klub asing itu harus diambil sisi baiknya bahwa anak-anak Indonesia berkesempatan menimba ilmu sepakbola sesuai standar eropa yang memang terbukti menjadikan sepakbola mereka terdepan. Begitu pula program pembentukan tim nasional untuk berlatih diluar negeri, yang tujuannya tidak lain adalah untuk mencontoh sistem pembinaan dan kompetisi antar kelompok umur yang memang terbukti lebih baik.

Alangkah baiknya jika niat baik dari pihak-pihak ini juga difasilitasi dengan baik oleh PSSI. SSM asing dan pengiriman tim keluar negeri adalah program sekunder, dimana Akademi Nusantara harus menjadi embrio pembinaan pemain muda Indonesia. Dibentuknya Akademi Nusantara tentu akan semakin baik dampaknya jika diadakan kompetisi berjenjang antar sekolah sepakbola itu. Dari kompetisi itulah klub-klub professional kita bisa mengambil pemain-pemain yang memang sudah berbekal ilmu sepakbola yang memadai dan sudah tertempa di kompetisi yang bermutu. Tidak ada lagi pemain karbitan. Hal ini pasti juga berdampak baik bagi tim nasional.

We may not the best, but we are well trained. Semoga slogan inilah yang kelak akrab dengan pemain-pemain Indonesia.