Pages

Friday, March 30, 2012

Mohamed Kallon, the real Sierra Leone hero

Si hati emas

Masih ingat dengan pemain murah senyum satu ini? Mohamed Kallon. Salah satu pemain paling nomaden, unik, namun memiliki jiwa kepahlawanan tinggi untuk tanah airnya, Sierra Leone.

Kallon kecil sering bermain bersama dua abangnya, Kemokai dan Musa. Dibandingkan dengan kedua abangnya, justru dialah yang paling menonjol. Tidak heran di usia 15 tahun dia sudah bermain di Liga Primer Sierra Leone bersama klub Old Edwardian. Hebatnya, di tahun yang sama dia juga sudah memperkuat tim nasional negaranya dalam perhelatan Kualifikasi Piala Afrika 1996. Calon legenda telah lahir.

Disinilah kisah petualangan Kallon dimulai. Dari Timur Tengah, Eropa Tengah, Eropa Utara, Mediterania hingga ke negeri tirai bambu Cina pernah dia jelajahi. Hanya setahun saja di Old Edwardian, Kallon remaja memilih hijrah ke Lebanon, dan bermain di klub Tadamon Sour. Setahun kemudian Kallon hijrah lagi ke belahan bumi utara untuk bermain di Spanga FC, sebuah klub di Swedia. Disaat anak-anak seusianya menjadi tentara anak-anak di negaranya yang sering dilanda konflik dan pemberontakan, Kallon sudah menjelajah separuh dunia.

Bakat dan mental baja Kallon ternyata tercium oleh Internazionale FC. Kallon direkrut klub besar Italia itu, untuk kemudian disekolahkan ke berbagai klub. Selama 4 musim dia dipinjamkan ke Lugano, Bologna, Cagliari dan Genoa. Tempaan dari kerasnya calcio menjadikan Kallon penyerang berbakat saat itu. Kallon kemudian mengikat co-ownership dengan Reggina, dimana dia berhasil mencetak 11 gol dari 30 pertandingan. Inter belum mau menebusnya, kemudian Kallon dioper ke Vicenza, dimana dia mengukir 8 gol dari 24 pertandingannya.

Nama Kallon dikenal dunia saat Inter akhirnya menariknya di musim 2001/2002. Kallon memang hanya menjadi penyerang cadangan di tim kota mode itu, karena saat itu tengah bercokol deretan penyerang kelas atas seperti Ronaldo Luiz Nazario, Christian Vieri, Alvaro Recoba, Hakan Sukur dan Nicola Ventola. Kallon mendapat kesempatan kala Ronaldo dan Recoba mengalami cedera. Total selama tiga musim di Inter, Kallon melesakkan 14 gol dari 42 pertandingan yang dijalaninya.

Kemunculan pemain muda berbakat, Obafemi Martins dan kembalinya Adriano dari masa pinjaman membuat Kallon tidak mendapatkan tempat di skema Luige Simoni. Belum lagi masalah cedera dan kekagalan tes doping yang pernah dialaminya selama bermarkas di Appiano Gentile.

Sampai disitu saja petualangan Kallon di Inter, dia kemudian hijrah ke Monaco, dimana dia menghabiskan 3 musim disana dan mencetak 13 gol sebelum konflik dengan pelatih Didier Deschamps memaksanya hengkang ke Al Ittihad, klub Arab Saudi sebagai pemain pinjaman.

Setelah ditolak oleh Birmingham City dan Derby County akibat persoalan izin kerja, pada tahun 2008 Kallon akhirnya kembali ke Eropa dengan bermain di AEK Athens, namun hal itu tidak berlangsung lama karena kemudian Kallon hijrah ke Al Shabab sebelum kemudian mudik ke klub miliknya Kallon FC. Belum puas menjelajahi separuh bumi, Kallon sempat mencicipi Liga Cina bersama Shaanxi Chanba untuk bermain sebanyak 27 pertandingan. Kallon memutuskan untuk meninggalkan klub ke 16 sepanjang karirnya tersebut karena alasan keluarga. Dia menginginkan putrinya mengenyam pendidikan berbasis bahasa Inggris, hal yang tidak ditemuinya di kawasan klubnya bermain. Hingga kini, belum diketahui dimana Kallon bermain.


Kallon FC dan MKCF


Selagi mengukir petualangannya di Eropa, Kallon tetap peduli dengan tanah airnya. Dia membeli sebuah klub bernama Sierra Fisheries seharga USD 30,000 lalu mengganti namanya sesuai nama keluarganya, Kallon FC. Klub ini dia beli untuk menyalurkan bakat para anak-anak tanah airnya.

Tidak hanya itu, Kallon juga mendirikan yayasan sosial yang bernama Mohamed Kallon Children’s Foundation. Kallon mendedikasikan dirinya untuk membantu anak-anak jalanan kota Freetown untuk meraih hidup yang lebih baik. Selain film Blood Diamond yang mengisahkan perdagangan berlian oleh pasukan pemberontak untuk membeli senjata, kisah Kallon sangat pantas diangkat ke layar lebar.

Darah sepakbola dan nomaden memang seperti sudah mengalir di ketiga Kallon. Abang tertuanya Kemokai juga pernah bermain dua musim di klub Swedia, sementara Musa sempat mencicipi Liga Indonesia di PSM Makassar. Pengalamannya menjelajah separuh dunia di usia yang sangat muda membuat Kallon memiliki kebijaksanaan yang tinggi untuk ukuran seorang pemain bintang yang memiliki gaji besar. Disaat para pesepakbola itu berlomba-lomba mengumpulkan mobil mewah atau berganti-ganti pasangan, Kallon sudah banyak melakukan hal-hal luar biasa. Heroik dan bermanfaat. Pahlawan berhati emas.

No comments:

Post a Comment