Pages

Monday, January 13, 2014

Pukulan Telak dari Emilia-Romagna

Domenico Berardi, 19 tahun dan berbakat. Foto: footballmanagerstory.com

Entah mengapa saya agak malas menulis soal AC Milan belakangan ini. Seolah seluruh artikel dan tulisan yang ada telah mewakili. Sudah terlalu obvious untuk dilakukan analisa, terlalu basi untuk didebatkan, dan terlalu satir untuk dibela.

Kedatangan Keisuke Honda dan Adil Rami –Rami telah berlatih bersama selama berbulan-bulan- seakan memberi harapan baru yang akan memperbaiki performa Rossoneri pada paruh kedua Seri A 2013/2014. Honda diharap memberi kualitas yang mereduksi mediokritas penciptaan peluang, sementara Rami diharap mampu menambal kebocoran lini belakang. Pada kenyataannya, Cristian Zapata yang terus dipasang meski pemain ini kerap salah posisi dan gegabah. Tolong dipahami bahwa performa Zapata di Milan berbeda dengan Zapata yang berbaju Udinese tiga-empat musim silam.

Debut Honda telah berlangsung kurang lebih setengah jam kala bersua Sassuolo. Ya, Sassuolo klub promosi yang performanya juga sama tidak konsistennya dengan Milan. Namun siapa sangka juara Seri B yang presidennya terang-terangan mengaku sebagai Milanista ini ini membuat debut Honda di Italia terasa hambar.

Honda masuk menggantikan Robinho, yang satu golnya di babak pertama menjadi pledoi bagi Allegri untuk mempertahankannya meski dalam 20 menit babak kedua ia sudah terlihat clueless. Saat akhirnya Honda masuk, permainan Milan berubah cukup drastis dengan tambahan kelas yang dibawa oleh sang playmaker Jepang.

Berbagai kans bagus tercipta, lebih-lebih setelah ditarik keluarnya pencetak poker, Domenico Berardi. Jangan sampai ketinggalan informasi, Berardi yang dimiliki setengah-setengah oleh Sassuolo dan Juventus ini baru berusia 19 tahun dan telah mencetak 11 gol di Seri A musim ini, termasuk sebuah hattrick kala jumpa Sampdoria pada giornata 12 dan sebuah gol yang menahan imbang AS Roma di Olimpico sepekan berselang.

Ditarik keluarnya prontagonis lawan setelah mereka unggul ini mengingatkan saya pada cerita laga lawan Torino dan Livorno beberapa bulan silam. Kala itu, Alessio Cerci dan Luca Siligardi ditarik keluar setelah tim mereka unggul. Akibatnya, Milan berhasil mengunci laga dan gol tercipta tinggal menunggu waktu. Khas Allegri.

Laga yang berlangsung di region Emilio-Romagna ini akhirnya berakhir dengan kemenangan 4-3 untuk tuan rumah. Tiang gawang juga turut memusuhi Milan, termasuk Honda dan Pazzini. Upaya yang dilancarkan baik terencana maupun sporadis hanya mampu menambah sebuah gol di babak kedua. Mereka tidak mampu mengejar gol demi gol yang dicetak Berardi, pemain kidal yang entah kebetulan atau tidak memiliki karakteristik spesial untuk meluluhlantakkan pertahanan Milan seperti yang dilakukan oleh Cerci, Siligardi, dan juga Leo Messi di kancah UCL.

Setidaknya saya memperhatikan satu hal bahwa pertahanan Milan memang sangat lemah menghadapi pemain menyerang kidal yang kerap bermain melebar, baik sebagai inverted winger maupun secunda punta (second striker). Urby Emanuelson yang kerap dipasang sebagai bek kiri memang tidak memiliki kapasitas mumpuni untuk bertahan dengan kuat. Dan pelatih Eusebio Di Francesco tahu betul bahwa kualitas finishing yang dimiliki Berardi lebih dari cukup untuk memanfaatkan celah di antara Emanuelson dan bek tengah kiri, yang saat itu diisi Daniele Bonera.

Sekadar saran, mungkin Allegri dapat mencoba menempatkan pemain berkaki natural kanan jika menghadapi lawan yang memiliki pemain bertipe ini. Sebagaimana diketahui, menempatkan seorang bek kiri yang tidak kidal cukup efektif untuk meredam seorang inverted winger.

Sudah bukan hal aneh, bukan jika dalam laga-laga memimpin Milan, Allegri selalu berhasil menampilkan drama hingga laga usai. Dan skenario roller-coaster sebagai kompensasi buruknya pertahanan memang terjadi. Menunjukkan sebuah tim yang immature. Serangkaian peluang tercipta, bahkan banyak di antaranya berkategori peluang emas. Namun publik Alberto Braglia -yang merupakan kandang asli Modena, digunakan Sassuolo karena stadion Enzo Ricci tidak memenuhi syarat- urung melihat comeback  dramatis Milan dalam laga terakhir putaran pertama Seri A ini.

Sepertinya memang harus berkata arrivederci kepada kompetisi UCL musim depan, dan harapkan partisipasi Eropa lewat jalur Coppa Italia, kejuaraan yang ironisnya sudah 11 tahun tidak dimenangi Rossoneri.

Wednesday, January 8, 2014

Cerita Diskon Jersey

Photo: Personal

Dalam mendukung klub favorit, saya bukanlah orang yang militan. Saya memilih untuk membela tim dalam diam. Saya juga memilih untuk tidak bergabung dengan perkumpulan fans club karena alasan yang tidak akan saya share di tulisan ini.

Ada hal baru yang terjadi tahun lalu, yaitu mulainya saya ikut-ikutan mengoleksi jersey. Tidak perlu saya sebutkan apakah jersey original atau jersey KW, karena memang tulisan ini tidak bertujuan mendebatkan soal itu. Kegiatan mengoleksi jersey tentu saja semakin mengikat diri kita kepada 'perusahaan' bernama klub sepak bola. Klub-klub sepak bola memang dengan cerdik memanfaatkan fanatisme pendukung untuk terus menjual merchandising, yang tentunya akan dibeli oleh para fans tersebut berapapun harganya. Alasan kecintaan buta pada klub telah benar-benar membutakan.

Sikap tidak militan pada klub favorit itu ternyata terbawa dalam cara mengoleksi jersey. Dalam mengoleksi 'kain laknat', saya tidak terfokus mengoleksi jersey klub favorit, melainkan lebih tertarik mengoleksi jersey yang relatif jarang dikoleksi orang.

Tanpa bermaksud menjadi hipster atau eksklusif, entah mengapa ada kepuasan tersendiri saat memiliki jersey klub seperti St. Pauli atau Spartak Moscow. Seperti ada kemenangan kecil saat berpapasan dengan seseorang yang memakai jersey klub mainstream, dan orang itu seperti mengernyitkan dahi menerka-nerka jersey apa yang saya sedang pakai.

Maka perasaan saya bercampur aduk antara senang dan sebal ketika terjadi diskon besar-besaran akhir tahun lalu terhadap jersey buatan sebuah brand besar. Jersey yang agak langka di Indonesia seperti Wolfsburg, Benfica, Bayer Leverkusen, Olympique Marseille, hingga tim-tim nasional seperti Ukraina, Rusia, Denmark dan Yunani pun didiskon dengan harga yang sangat gila, meskipun mereka yang berkecimpung di industri perlengkapan olahraga sudah pasti tahu bahwa menjual dengan harga tersebut pun perusahaan masih meraup untung. Momen ini tentu saja turut memukul pedagang jersey KW.

Saya memang ikut arus pemborongan, meskipun tidak terlalu membabi buta. Jersey Ukraina dan Rusia baik home maupun away tentu menjadi sasaran utama mengingat cinta buta saya pada dua negara itu.

Untuk saat ini, entah sampai kapan, saya tidak akan sering mengenakan hasil buruan tersebut. Dengan adanya diskon besar-besaran, sudah pasti akan banyak orang yang tiba-tiba memakai jersey Rusia atau Ukraina di mall atau tempat umum lain. Perasaan saya jika bertemu orang yang mengenakan jersey unik identik akan sama seperti seorang perempuan yang gaun andalannya disamai perempuan lain saat berada di sebuah acara. Untuk itu, saat ini saya masih akan jarang mengenakan jersey hasil buruan tadi.