Pages

Wednesday, January 25, 2012

Review Novel: Menerjang Batas

Saya girang begitu kiriman dari Bogalakon Pic akhirnya sampai di rumah saya. Penantian atas pre order novel Menerjang Batas yang sudah saya lakukan kira-kira sebulan lalu akhirnya terjawab sudah. Antusiasme seperti bocah yang mendapat mainan baru membuat saya melahap lembar demi lembar nonstop buku hasil buah pemikiran, penelitian, impian dan harapan Mas Estu Ernesto, yang juga berkolaborasi dengan Bang Andibachtiar Yusuf.

Seperti terhipnotis di dalamnya, saya susah terlepas dari buku itu. Sebagai pecandu sepakbola sejak 20 tahun lalu dan tentunya sebagai orang Indonesia, saya merasakan betul setiap kata demi kata yang ditulis di novel ini menggambarkan harapan tinggi rakyat Indonesia pada umumnya, baik yang suka sepakbola ataupun tidak, akan hadirnya prestasi sepakbola Indonesia.

Cerita di novel ini mungkin terlihat utopis, mungkin juga untuk saat ini jauh dari kenyataan dan bertolak belakang dari fakta yang terjadi. Tapi secara tersirat, inilah harapan dan solusi yang ditawarkan oleh penulis menyangkut persepak bolaan Indonesia. Tidak ada dualisme kompetisi, tidak ada kisruh pemilihan pengurus PSSI, tidak ada kecurangan, kerennya infrastruktur, dan berjalannya pembinaan.

Bab demi bab yang saya lalui di novel ini menunjukkan luasnya pengetahuan penulis akan sepakbola, khususnya sepakbola Indonesia. Detil pertandingan, proses seleksi pemain, sekolah sepakbola, formasi 4-3-1-2 atau 4-3-3, suasana ruang ganti sampai proses transfer pemain digambarkan dengan jelas sehingga orang yang membacanya akan banyak mengangguk-angguk dan bergumam "ooo begitu.." tanda dia mendapatkan pengetahuan baru.

Saya menggarisbawahi pembinaan sepakbola yang sepertinya menjadi hal yang diperhatikan betul oleh penulis di novelnya ini. Saya belum tahu banyak sepakbola Indonesia dari level grassroot (kelak akan saya cari tahu) dan tidak tahu persis apakah pembinaan seperti yang ada di buku ini memang benar dijalankan oleh klub-klub sepakbola kita, atau ini memang harapan dari penulis. Yang jelas, dari pembinaan dan kompetisi berjenjang yang diceritakan ini, muncul pemain-pemain bagus yang kelak menjadi muara bagi terciptanya tim nasional Indonesia yang mampu berbicara di pentas dunia, serta pemain-pemain yang kualitasnya diakui klub-klub Eropa.

Pemain yang ditonjolkan penulis adalah Gabriel Omar Baskoro, sang prontagonis. Striker yang juga mampu bermain sebagai second striker ini namanya terinspirasi kekaguman ayahnya, Edi Baskoro terhadap tim nasional Argentina dan salah satu striker terbaiknya, Gabriel Omar Batistuta. Sebenarnya Edi Baskoro lebih mengagumi Diego Maradona, tapi karena suatu alasan dia tidak menamai anak laki-lakinya dengan nama si anak emas (baca novel untuk detailnya).

Di novel setebal 245 halaman ini, diceritakan bagaimana perjalanan panjang dan berliku Gabriel Omar Baskoro dari menimba ilmu di sekolah sepakbola Ungaran, bermain di klub Jakarta hingga menjadi pemain tim nasional.

Di awal bab yang banyak menceritakan kehidupan Edi Baskoro, ayah Gabriel, kita disuguhi fakta sejarah sepak terjang timnas Indonesia, tentunya dengan sedikit sentuhan dan modifikasi sehingga ada korelasi dengan keadaan sepak bola pada era Gabriel Omar.

Kepiawaian Estu Ernesto bercerita juga ditunjukkan dengan bahasa yang lugas, penambahan konflik, drama dan sedikit bumbu percintaan di dalamnya seperti layaknya sebuah novel, sehingga novel ini tidak melulu berbicara soal sepak bola, tapi juga kehidupan sehari-hari pada umumnya. Tidak lupa juga tambahan sisi filosofis dan kata-kata bijak yang menjadikan novel ini berisi tapi tetap mudah dimengerti.

Bertolak belakang dengan latar kehidupan sederhana yang diperlihatkan tokoh-tokoh fiktif di novel ini, terdapat pula nama-nama "real" pemain maupun pelaku sepak bola Indonesia dan juga sedikit pelaku sepak bola dunia yang membuat novel ini semarak sekaligus penuh kejutan.

Di cover novel yang menggambarkan Edi Baskoro berbaju timnas Indonesia nomor 13 yang sedang menggendong Gabriel Omar, juga dengan baju timnas Indonesia nomor 8, sambil menonton langsung dari stadion, ada tulisan menarik: segera difilmkan. Saya sudah lihat teaser film ini, dan menemukan beberapa perbedaan dari beberapa nama tokoh di teaser dengan yang ada di buku. Tapi mungkin aja itu memang bagian dari kejutan yang sedang dipersiapkan Bogalakonpic. Jadi, mari kita sama-sama membaca buku ini sambil menunggu filmnya, yang saya yakin sih bakal keren.

Semoga makin banyak lagi karya seperti ini, yang melambangkan harapan dan optimisme Indonesia, khususnya karya bertema sepak bola Indonesia. Semoga banyak pihak yang mampu mengambil manfaat dari cerita ini sehingga membuang jauh-jauh permusuhan sesama bangsa, menghilangkan ego pribadi dan golongan demi dua kata: merah dan putih. Sudah sepantasnya pihak-pihak yang bertikai untuk berjalan bersama demi terciptanya harapan kita akan tim nasional sepakbola yang mampu berbicara di level dunia. Terdengar klise, tapi memang inilah harapan kita semua, bukan?

Saya belajar banyak dari novel ini, karena minat dan visi yang juga sama: sepak bola dan menulis, serta menulis tentang sepak bola. Mudah-mudahan saya juga berkesempatan membuat karya untuk sepak bola Indonesia seperti beliau-beliau ini. Akhir kata, buku ini layak dibaca dan dikoleksi.

2 comments:

  1. Kereenn kaak...

    Ini review saya : http://ristabola.blogspot.com/2012/02/imajinasi-dan-khayalan-yang-tinggi.html

    masih jauh dari bagus, tapi kalau ada waktu bisa ditengok :D

    terimakasiih.. :D

    ReplyDelete
  2. Hai,
    Keren kok review lo, buktinya dikomen langsung sama penulisnya.. hehehe.. follow2 ya..

    ReplyDelete