Pages

Monday, November 21, 2011

Stop benci Malaysia!

Lagi, lagi dan lagi.
Kenapa bangsa kita ga pernah diperdengarkan lagi kabar baik? Selalu kabar buruk. Kalah lagi dari lawan yg sama dikandang sendiri bukanlah suatu kebetulan. Bukan kalah beruntung lagi kalo kejadiannya sampe berkali2.

Padahal secara kualitas, pemain2 Indonesia gak kalah sama pemain Malaysia. Hanya Malaysia unggul di lini tengah, yg katanya sih lini paling vital di permainan sepakbola. Kehadiran Baddrol Bakhtiar benar2 terasa bedanya. Dialah kepingan puzzle terakhir yg sayangnya tidak dimiliki Indonesia. Playmaker yg bermain di Keddah FA ini pernah mengikuti trial 2 minggu bersama Chelsea dan sempat pula diajak trial oleh Wigan Athletic. Tapi dia hanya bisa sebatas mengikuti trial, karena terganjal masaiah work permit Inggris dimana salah satu persyaratannya adalah negara si pemain harus berada di kisaran peringkat FIFA 1-70. Tanpa mengecilkan gelandang2 Indonesia, kualitas gelandang2 Malaysia memang lebih baik. Cuma kapten Egi Melgiansyah yg paling menonjol. Akibatnya, solusi direct pass lagi2 diandalkan, padahal selalu menemui jalan buntu.

Baddrol, tidak salah lagi adalah pemain terbaik turnamen. Dia adalah sosok team player yg gak egois, mendistribusikan bola dari tengah ke sayap atau langsung ke depan, belom lagi ancaman yg datang dari tendangan2 jarak jauh dan eksekusi bola matinya. Dialah sosok nomor 10 masa depan Malaysia, dan calon playmaker terbaik Asia Tenggara. Walaupun terlalu naif membandingkan gaya mainnya dengan Paul Scholes atau Frank Lampard, tapi pemain ini benar2 punya potensi besar.

Tentu bukan hanya karena Baddrol seorang yg membuat Malaysia bisa menang. Malaysia jelas lebih siap menghadapi adu penalti. Perencanaan mereka lebih matang. Pemain nomor 17 mereka, yaitu Fandi dimasukkan di menit perpanjangan waktu karena memang dipersiapkan sebagai salah satu algojo. Bandingkan dengan Ramdani Lestaluhu yg juga dimainkan di babak tersebut tapi ternyata tidak dijadikan sebagai eksekutor.

Permainan yg lebih terkoordinir, lini pertahanan yg disiplin dan rapi adalah juga kunci kemenangan Malaysia. Mereka sangat tenang dan tanpa kompromi, juga biasa tampil dibawah tekanan penonton. Gw ga bisa ngebayangin gimana Indonesia kalo sea games ini terjadi di kandang lawan, bisa gak kita sampai ke final kaya gini? Kelemahan Malaysia mungkin hanya lini depan, dimana mereka gak punya striker2 haus gol layaknya duet Patrich Wanggai-Titus Bonai di tim Indonesia, atau duet Safee Sali-Noorsahrul Idlan di timnas seniornya.

Kita kembali kalah oleh lawan yg sama 2 kali di sea games ini. Jika diliat kebelakang, timnas senior kita juga rontok ditangan Malaysia di Piala AFF 2010. Kita terlalu membenci dan menghujat mereka, sepakbola yg sebenarnya hanya permainan ini berubah jadi pertaruhan gengsi bangsa serumpun dan penyaluran kebencian serta amarah yg gak ada ujungnya. Kalo seandainya kita menang kemarin, kita pasti tambah jumawa dan menghina mereka. Ingat bung, sebuah bangsa yg besar bukan hanya dilihat dari cara mereka menyikapi kekalahan, tapi juga bagaimana menyikapi kemenangan. Kalau kalah jangan terlalu terpuruk tapi kalau menang jangan mabuk kemenangan dan menjelek2an lawan. Mungkin Tuhan juga belum mau memberi kemenangan kepada bangsa yg memang belum siap menang.

Bandingkan dengan sikap Malaysia menghadapi kebencian rakyat Indonesia. Mereka tetap tenang dan fokus pada diri sendiri. Gw gak asal ngomong. Gw punya sodara jauh dari bokap yg warga negara Malaysia. Dia dan keluarganya bermigrasi kesana pada jaman penjajahan Belanda. Melihat fenomena kebencian Indonesia terhadap Malaysia ke segala lininya, dia justru heran. Ini hanya masalah politik yg sebenernya bisa diselesaikan tanpa berlarut2 jika pemerintah Indonesia bertindak tegas mengenai masalah perbatasan, TKI, kebudayaan, maupun masalah2 lainnya. Yah kalo bicara gimana menyelenggarakan negara, kita gausah malu deh klo mereka memang lebih unggul. Pergi aja ke KL sekali2, liat bedanya.

Sampai kapanpun, dengan sikap seperti ini, susah untuk menandingi mereka. Kita maju satu langkah, mereka mungkin sepuluh. Tiap taun, klub2 besar pasti dateng ke negara mereka. Gak heran pemain seperti Baddrol jadi mudah masuk radar klub sebesar Chelsea. Disini? MU mau dateng aja disambut bom Ritz Carlton sama teroris norak yg ga ngerti bola dan phobia sama orang bule! Kompetisi dan pembinaan pemain mereka gausah ditanya.

Yah bukannya gw ngejelek2in bangsa sendiri, tapi karena itulah faktanya. Gw ga percaya kita kemaren kalah beruntung. Ga ada tuh istilah keberuntungan, yg ada adalah persiapan. Mereka menang karena menang lebih siap. Siap ngadepin tekanan penonton, siap adu penalti. "Luck is when preparation meets opportunity"

Udah gausah ngebahas 2 gol kita dianulir, karena memang jelas offside kok, gausah pula nyari kambing hitam lainnya dalam bentuk wasit. Itu juga bagian dari sepakbola. Kita bagaimanapun tetap kalah terhormat. Kalo kita memang baru bisa jadi runner up, just live with it! Piala AFF runner-up 4 kali tanpa gelar. Sea Games juara terakhir 20 taun lalu, ya terima aja.

Harapan? Tentu selalu ada. Dari solusi instan seperti naturalisasi pemain sampai pembinaan berjenjang tersedia, tinggal kita pilih yg mana. Bikin kompetisi teratur tanpa kontroversi dan dualisme dulu aja deh, bisa gak?

Jayalah sepakbola Indonesia!

Friday, November 18, 2011

Belajar dari kekalahan!

Euforia. Mental. Lagi2 itulah penyakit sepakbola Indonesia. Dengan penduduk berperingkat 4 terbanyak di dunia setelah Cina, India dan AS, serta tingkat fanatisme dahsyat berisi gabungan antara suporter sejati, suporter dadakan, dan suporter labil melebur jadi satu kalau bicara timnas sepakbola Indonesia. Tapi itu setelah dikurangi suporter yg ngambek ya.

Personel timnas seolah jadi milik bersama rakyat Indonesia. Diundang sana sini, diekspos sana sini, mereka mendadak tenar melebihi artis sinetron dan band alay, serta diperlakukan lebay kaya presenter Dahsyat memperlakukan bintang tamunya.

Euforia berlebih ini memiliki 2 sisi. Bisa mendongkrak semangat juang tim, bisa juga membebani pemain. Sayangnya untuk kasus timnas kita, hal yg disebut belakangan itulah yg kerap terjadi. Udah banyak contoh, tapi paling gampang ya Piala AFF 2010 lalu. Saat 2nd leg di GBK, Indonesia mungkin bisa berpeluang lebih besar andai Firman Utina mampu mengeksekusi penalti, tapi sayangnya tekanan dan harapan terlalu tinggi membuat sang kapten gugup dan tidak mampu mengeluarkan power pada eksekusinya.

Di Sea Games 2011 dengan tim U-23 yg menjanjikan, timnas memang benar2 tampil bagus di 3 partai pertama. Kamboja dibantai setengah lusin gol tanpa balas, Singapura dan Thailand yg diatas kertas bakal menyulitkan ternyata mampu diatasi. Tiket semifinal pun diraih sebelum matchday terakhir penyisihan grup menghadapi musuh bebuyutan, Malaysia.

Ternyata Malaysia memang mimpi buruk, baik di percaturan politik, dunia ketenaga kerjaan, sampai ke sepakbola. Di Piala AFF lalu memang Indonesia tampil beringas dari penyisihan hingga semifinal dengan menyapu bersih seluruh kemenangan termasuk diantaranya membantai Malaysia 5-1, tapi di partai final pertama di Kuala Lumpur, penampilan anak2 asuhan Alfred Riedl kala itu sangat anti-klimaks. Timnas dihajar bertubi2 bukan hanya oleh laser ijo, tapi juga oleh kegesitan Safee Sali, kecepatan Noorsahrul Idlan, dan visi apik Safiq serta ketangguhan yg membuat benteng2 Indonesia runtuh dan striker2 kita jadi macan ompong.

Sebelum berangkat ke KL, timnas memang didaulat bagai juara dunia, diangkat dan diagungkan layaknya tim tak terkalahkan, padahal juara aja belom. Akibatnya memang fatal, timnas garuda bermain dengan beban 1 ton di sayapnya, sehingga mudah dimangsa harimau malaya yg menang tampil tanpa beban. Irfan Bachdim, Cristian Gonzalez, Okto Maniani dkk gagal meneruskan penampilan cemerlangnya.

Kejadian serupa terulang lagi di event yg berbeda. Ditengah euforia penampilan cemerlang Titus Bonai, Patrich Wanggai, Andik Vermansyah, Egi Melgiansyah dkk, timnas kembali takluk 0-1 ditangan Malaysia, sang juara bertahan sepakbola Sea Games 2009. Biar diteriakin seisi stadion, lagu kebangsaannya dicela, pemain2 diintimidasi, terbukti Malaysia adalah lawan tangguh bermental baja. Mereka lebih terbiasa menghadapi tekanan ketimbang pujian. Itulah yg membuat mereka superior.

Kekalahan tetap saja kekalahan, tapi kekalahan kali ini adalah hal yg pantas disyukuri. Kekalahan ini diyakini akan membuat pemain2 timnas lebih terpacu untuk menebusnya. Pemain pelapis yg diturunkan kemarin akan lebih siap karena sudah teruji menghadapi lawan tangguh. Kekalahan ini juga diharapkan menjauhkan timnas dari euforia berlebihan, sehingga fokus pemain tetap terjaga untuk memenuhi target medali emas. Coach Rahmad Darmawan adalah seorang yg tenang dan disiplin. Dia juga terkenal mampu memotivasi pemain. Jangan lupa, pengalamannya membawa Persipura juara Liga Indonesia beberapa tahun lalu akan sangat berharga mengingat timnas U-23 diisi oleh pilar2 asal Papua.

Evolusi taktik timnas dari kebiasaan formasi 3 bek menjadi 4 bek sudah berjalan mulus, walaupun berakibat lini pertahanan lebih rentan karena pemain2 sayap masih jarang membantu pertahanan yg membuat lawan mudah menembus sektor sayap. Dari sektor serangan, kecepatan Okto, Andik, Ferdinand, Tibo dan insting gol tinggi Wanggai masih menjadi andalan, cuma sayangnya permainan eksplosif ini hanya berumur 1 babak karena masalah stamina. Coach RD menekankan pentingnya transisi saat bertahan dan menyerang. Pemain dimintanya tidak buru2 melepas bola kedepan.

Semoga kali ini kita gak lagi disuguhi kata2 "kekalahan adalah kemenangan yg tertunda" atau kata2 penghibur semu lainnya. Kita butuh kemenangan. Bangsa ini butuh gelar, karena satu gelar mungkin akan menjadi gerbang bagi gelar2 berikutnya serta pembuka masa depan cerah persepakbolaan Indonesia!

Friday, November 4, 2011

Cepat sembuh Cassano!


Pendukung AC Milan mendapat berita baik sekaligus berita buruk. Kalau sebagian besar orang lebih memilih berita buruk duluan yg mau didengar, itu adalah collapse-nya Antonio Cassano di bandara Malpensa, dimana saat collapse, Cassano gak mampu bicara dan bergerak. Berita baik? Milan baru aja menang di kandang AS Roma, yg merupakan kemenangan pertama dalam 6 tahun terakhir disana!

Kemenangan yg patut disyukuri Milanisti, karena selain kemenangan langka, juga kemenangan yg penting. Dengan kemenangan ini Milan makin mendekati perolehan poin Juventus, yg sedang dalam performa menanjak ditangan Antonio Conte. Milan sekarang menduduki posisi keempat dengan hanya berselisih 2 poin dengan il Bianconeri. Tapi dengan sakitnya Cassano, kemenangan tersebut sama sekali gak bisa dirayakan, karena Fantanito ternyata mengalami sakit yg cukup serius.

Situs resmi AC Milan telah merilis informasi bahwa Cassano terkena serangan ischemic yang dipicu oleh terganggunya pasokan darah ke otak. Gangguan ini membuat penyerang 29 tahun ini harus menjalani operasi kecil di jantungnya. Kehilangan Cassano ternyata bukan hanya dirasakan Milan, tapi juga seantero Italia. Gianpaolo Pazzini dan Marco Materazzi adalah dua pemain dari klub rival Inter Milan yg menengok langsung sang Peter Pan. Disinilah sepakbola menunjukkan bahwa kepedulian sesama mengalahkan sengitnya rivalitas.

Belum lagi dukungan datang dari suporter yg menginginkan Fantanito kembali, yg paling heboh adalah dari ketua federasi sepakbola Italia, Giancarlo Abete. Gak heran, karena Italia akan menngikuti turnamen besar Euro 2012 di akhir musim kompetisi serie a, dimana Cassano sudah didaulat sebagai pemain nomor 10 kunci serangan lini depan skuad Cesare Prandelli. Walaupun begitu, Abete mengungkapkan bahwa kesembuhannya adalah yg utama, dan jangan pikirkan Euro 2012.

Adriano Galliani sebagai wakil presiden Milan sangat khawatir dengan kondisi Cassano, dan dalam wawancaranya dia mengatakan "Cassano still throw jokes like he always do, he already misses football, but unfortunately he will be out of pitch for a few month, maybe four - five - or six. We expect the best for him, this thing won't stop him and won't risk his career" Pelatih Max Allegri pun begitu terpukul dengan kejadian mendadak ini, dan mengatakan bahwa pertandingan selanjutnya di Liga Champions lawan Bate Borisov akan didedikasikan untuk pemain kelahiran Bari tersebut, sayangnya Milan gagal memenangi pertandingan, tapi di pertandingan itu dapat terlihat solidaritas terpampang saat Kevin-Prince Boateng membuka kaos berpesan cepat sembuh untuk Cassano saat Zlatan Ibrahimovic mencetak gol.

Cassano adalah pemain kunci Milan belakangan ini. Dengan cederanya Robinho dan Pato di awal musim, fantanito adalah penyerang fit bersama Ibra yg tersisa dimiliki Milan. Tapi terbukti, Fantanito mampu menjawab ekspektasi fans dengan mencetak 2 gol dan 5 assist di 9 partai awal serie a. Pun di timnas Italia, Cassano adalah starter lini depan yg mencetak 4 gol dalam 3 pertandingan terakhir Gli Azzuri lawan Slovenia, Kep. Faroe dan Irlandia Utara sekaligus memastikan langkah juara dunia 4 kali tersebut ke Euro 2012. Mengingat kurangnya pemain bertehnik tinggi sekarang di lini depan Italia, Prandelli jelas pusing mengingat Giuseppe Rossi juga harus menepi selama 6 bulan. Harapan tinggi kini disematkan kepada si bengal Mario Balotelli dan striker Juventus ex akademi Milan yg kini tengah naik daun, Alessandro Matri. Tapi tetep aja kehilangan Cassano mengurangi kans Italia.

Bagaimana dengan Milan? Galliani adalah seorang visioner yg pantang menyerah. The show must go on. Galliani walaupun menyebut Milan masih bisa mengandalkan Ibra, Robinho, El Shaarawy sekaligus menunggu kesembuhan Pato, tapi banyak media meyakini Milan akan mencari penyerang baru di transfer musim dingin. Duo striker Juve, Amauri dan Fabio Quagliarella disebut bakal dipinjam Milan hingga akhir musim. Ditambah ketertarikan Galliani kepada Del Piero untuk menampungnya diakhir musim karena kontraknya gak diperpanjang Juve, il Pinturchio bisa saja didatangkan lebih cepat. Ada juga Paulo Ganso, yg diawal musim gencar diberitakan akan bergabung, bisa jadi saat ini adalah saat yg tepat baginya untuk memulai petualangan baru di Eropa.

Kita tunggu sepak terjang Milan dan timnas Italia. Tapi bagaimanapun, kesembuhan Cassano adalah yg utama saat ini!